Drrrtttttt drrrrrtttt
“yeoboseyo~”
“seob ah~!!” panggil seseorang disebrang sana
“noona~ kau sudah kembali??” tanyaku semangat. “kenapa kau tidak memberi tahuku?aku kan bisa menjemputmu di Incheon.” Sambungku lagi.
“hahhaha. Aku mau memberimu kejutan. Oh iya, seob ah~ nanti kau akan makan malam di rumah kan?” aku tau rumah yang noona maksud adalah rumah keluargaku. Jujur, aku jarang pulang kerumah itu, kecuali kalau ada acara tertentu saja. Aku kurang menyukai atmosfir yang ada disana sehingga lebih memilih tinggal di apartment yang sudah 4 tahun ini aku tinggali lagipula lokasinya tidak terlalu jauh dengan kantor –itu alasan yang kuberikan pada orang rumah-
“seob ah~ kau masih disana?”
“ye??ne noona aku masih disini. Baiklah nanti pulang kerja aku akan kesana.” Jawabku dan sambungan telepon pun terputus.
****
“Oppa~” teriak ku riang pada salah satu pengunjung Keefe. Pria yang ku panggil itu membalas dengan tersenyum sambil melambai kearahku. Aku pun menghampiri meja pria itu.
“Oppa~ sudah lama kau tidak mampir kesini? Apa kau tidak merindukanku?” Tanya ku polos sambil pura-pura ngambek. Pria tadi hanya tertawa mendengar ucapanku.
“mianhe Se Na ya~ akhir-akhir ini aku sedikit sibuk. Tentu aku sangat merindukanmu” jawabnya sambil mengacak-acak lembut rambut atasku, membuat pipiku memerah. “ahh pipimu merah Se Na ya~ “ ledek pria itu. Aku memang merasa pipiku ini memanas.
“oppa~ berhenti meledekku” ucapku malu-malu membuat pria itu tak bisa lagi menahan tawanya. “kau membuatku malu” sambungku lagi. Sedetik kemudian aku pun ikut larut dalam tawanya. “Se Na ya~ tidak kah kau merasa ada orang yang memperhatikan kita?” bisiknya tiba-tiba sambil menunjuk kearah belakang. Aku melihat kearah yang dimaksud dan kudapati Tuan Jang sedang memperhatikan kami, tepatnya diriku. “ah oppa sepertinya aku harus kembali bekerja” aku balas berbisik. Lalu segera menuju meja kasir tempatku seharusnya berada. Aku bisa melihat pria itu memberikan isyarat yang artinya ‘aku akan menghubungimu nanti’ langsung kubalas dengan anggukan mantapku.
****
Dari balik kaca jendela yang ada diruanganku, aku bisa menyimpulkan kalau sekarang sudah hampir pukul 7 malam, dan aku masih saja berkutat di kantor dengan setumpuk berkas-berkas yang masih harus kuperiksa. Sesekali aku juga mengetik di laptop yang letaknya dikananku.
Drrrttttt drtttttt
Ku lihat ada pesan singkat masuk. Oh dari noona, pikirku. Seob ah~ jangan terlambat,aku tidak mau kami semua mati kelaparan gara-gara menunggu mu. Sedetik kemudian aku menepuk dahi ku. Aku lupa. Ku lihat jam tangan yang melingkar di tangan kiri ku. Jarum pendeknya berada di antara angka 6 dan 7 dan jarum panjangnya bertengger di angka 8. Dengan segera ku tarik mantel yang ku taruh tak jauh dari mejaku. Ya, jarak antara kantor dengan rumahku cukup jauh. Jadi aku tidak mau membuang-buang waktu. Dengan kecepatan sedang, aku membelah jalan. Beberapa puluh menit kemudian mobilku sampai pada daerah perumahan elite. Jalanan didaerah rumahku memang sedikit sepi. Taksi saja jarang yang lewat kalau tidak mengantarkan penumpang yang memang tinggal didekat sini apalagi pejalan kaki yang harus berjalan sekitar 20menitan jika ingin menemukan halte bus dan stasiun bawah tanah. Mobilku berhenti tepat didepan pintu pagar besi. Aku masuk kedalam rumah bergaya klasik berlantai dua. Ku lihat Kim ahjumma datang tergopoh-gopoh begitu melihatku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Caffeine
Romance“ Mungkin ini yang namanya kebetulan. Tetapi terlalu janggal juga kalau dikatakan begitu. Sudah tiga kali kami bertemu secara tidak sengaja. Apakah dia takdir yang Kau tujukan bagiku?” “Sekuat apapun aku mencoba untuk tidak memperdulikanmu, tapi hat...