Chapter 3 -part1-

157 2 0
                                    

Dengan segera aku memencet sederet kode rahasia untuk membuka pintu apartment. Setelah mendengar klik dari alat keamanan yang menempel disisi pintu, aku langsung mengganti sepatu dengan sandal rumah yang biasa kukenakan, melepaskan coat yang sedari tadi kukenakan,dan menaruhnya asal, lalu terakhir  menghempaskan badan di sofa terdekat.

Lelah. Hari ini aku merasa sangat lelah, lelah karena menghabiskan waktu 10 jam untuk urusan kantor ditambah lelah pikiran gara-gara tingkah gilaku yang berdampak harus memperkenalkan 'kekasihku' saat ulang tahun perusahaan nanti. akupun memijit pelan pelipisku,dengan mata terpejam.

Aku mensyukuri tinggal seorang diri seperti ini,karena setidaknya bisa merasakan ketenangan kapanpun aku mau. Suasana tenang membuatku sedikit nyaman, bahkan lebih nyaman dari mendengarkan lagu atau pun segelas coklat hangat -pikirku-.

Apartementku memang tidak besar,tetapi sangat rapi jika mengingat penghuni nya adalah seorang pria yang cukup sibuk. Disini hanya ada dapur -lengkap dengan perabotnya- yang tidak terlalu besar berstyle minimalis yang kaya akan warna abu-abu, di ruang tamu terdapat sofa berwarna coklat tua besar empuk yang sedang kududuki dengan tv LCD 43" didepannya yang ditemani dengan rak buku kaca dengan ukiran pahat disetiap pinggirnya memberikan kesan mewah sekaligus elegan di ruangan itu dan dibelakang sofa terdapat pintu kaca yang cukup besar -sekilas tampak seperti jendela- dipercantik dengan gorden putih yang jika diperhatikan terdapat bordiran bermotifkan bunga lily  dengan benang senada dengan warna gordennya, dibalik pintu kaca tersebut terdapat teras mini dengan sofa taman berserta dengan mejanya yang sekedar untuk duduk bersantai atau melihat pemandangan kota Seoul yang tidak pernah tidur ini. Disudut ruangan terdapat kamar mandi bernuansa biru laut, dengan bathtub dan shower box warna serupa sedangkan didekat pintu masuk terdapat sebuah ruangan yang terpisah dengan ruangan lainnya, ruangan itu berfungsi sebagai kamar utama dan satu-satunya kamar di unit ini. wallpaper kamar yang dominan warna putih gading ini menambah kesan mewah namun benar-benar mencerminkan kepribadian si empunya yang bersifat dingin dan cuek. ruangan yang berukuran 6x7 meter itu hanya berisikan king size bed, lemari pakaian, dan sofa. Semua tertata dengan rapi,bahkan sangat rapi.

Aku membiarkan rasa nyaman ini -yang memang mau ku- mulai menjalar keseluruh tubuh. Aku masih membiarkan badanku tergeletak asal di sofa.

Drrtttttt drrrttttt.

Aku mencari sumber suara itu. Ku cari disaku celana,tapi tidak ada. Di kantong coat yang tadi kupakai,juga tidak ada.

Drrrttttt drtttttt.

Haishhh dimana si benda itu? maki ku kesal. Sekilas aku melihat sebuah kotak tipis bercasing abu-abu menyala-nyala disudut dalam sofa. Setelah aku memastikan kalau benda itu yang sedari tadi menjadi sumber yang kucari, aku langsung menyambarnya dan menjawab seseorang disebrang sana.

"Sedang apa kau? Kenapa lama sekali menjawabnya?" Aku hanya mencibir, mendengar protes dari sipenelpon. Bukan salahku juga, lagian sapa yang tahu kalau benda mati tersebut sudah tergeletak di sudut dalam sofa tanpa sepengetahuanku. Rasanya aku belum mengeluarkan nya, atau jangan-jangan benda 'mati' itu benar-benar hidup dan keluar sendiri dari kantong coatku?? Seketika pikiranku melayang kemana-mana, yang sebenarnya tidaklah penting. Sangat tidak penting, tambahku.

"Yak! Yang YoSeob! Kau masih disana kan??" Refleks aku menjauhkan ponsel dari telingaku. Suara alto pria itu sangat lah membahayakan pendengaranku.  

"Yak! Hyung, tidak bisakah kau berkata tanpa harus berteriak seperti itu??" Kataku tak kalah kerasnya.

"Hahaha... Seob ah~ kau ada di apartement kan?? Sekarang aku lagi dijalan menuju apartment mu, 10menit lagi aku sampai" tanpa meminta persetujuan dari ku, orang itu memutuskan teleponnya. Lagi-lagi aku berdecak kesal gara-gara nya. Kenapa ada orang menyebalkan seperti ini? Tanyaku dalam hati.

CaffeineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang