Ketiga

1.5K 204 31
                                    

i am very happy
because of you guys
stay safe and healty!!

---

"Makasih."

Ucap Beomgyu sambil natap si ketua bem pake tatapan males. Aslinya seneng, dikit ya tapi, karena ada yang nganterin dia, mana di beliin minuman lagi. Tadinya sih Beomgyu ogah, karena takut di suruh bayar, tapi..

"GAMAO, GUA JALAN AJA!" teriak Beomgyu, saat ini dia dan si ketua BEM berada di depan cafe.

"bo, saya kan niat baik sama kamu, saya juga udah beliin kamu minuman tuh biar kamu ngga kecapean daritadi jalan, terus daripada nanti kamu lanjut jalan tetep capek, mending saya anterin,"

Beomgyu diem, nih orang baik banget, pasti ada udang di balik tuba.

"Kamu ngga usah mikirin ongkosnya, saya ikhlas nganterin kamu, emang tampang saya kaya tukang ojek ya?"

"Emang" jawab Beomgyu membuat hati ketua bem sedikit tertohok.

"Yaudah mending di pake helmnya, masa mau saya yang pakein?"

Ya sekiranya begitulah percakapan mereka hingga akhirnya si ketua sudah mengantar Beomgyu dengan selamat sentosa di kosan.

"Oh iya, tawaran kamu tadi beneran?"

Beomgyu yang tadinya sudah mau berjalan masuk ke dalam jadi berhenti dan langsung berbalik, menatap tajam si ketua.

"Gua udah bilang, gua cuma kena dare," ucap Beomgyu sambil menatap kanan dan kiri, takut di dengar warga.

"Loh bo saya hmmph–

Mulut si ketua langsung buru - buru di bekap oleh Beomgyu, dari jarak dekat begini, ketua bisa melihat Beomgyu dari dekat, dan bisa di bilang, ketua terpesona dengan Beomgyu, walaupun posisinya Beomgyu sedang memelototinya.

"Nama gua tu Beomgyu, bukan bo, tawaran tadi cuma dare ya setan," ujar Beomgyu, masih dengan posisi yang sama, membekap mulut ketua.

Ia terdiam sepersekon. Beomgyu menatap si ketua dari jarak dekat begini, membuat jantungnya berdisko tidak karuan, entahlah, karena ia sedikit tersepona dengan mata ketua yang terus menatapnya, namun kemudian ia tersadar dan melepas tangannya dari mulut si ketua, dan segera menatap arah lain.

Si ketua menggelengkan kepala sambil sedikit tersenyum. Ia kemudian menyalakan motornya, hendak pulang.

"Saya pulang dulu Beomgyu, nanti kapan - kapan saya ke sini deh, siapa tau tawaran kamu jadi beneran," ujar si ketua. Beomgyu hendak memukulnya namun dengan cepat ia menjalankan motornya dan pergi meninggalkan Beomgyu.

"Eh iya, dia tau nama gua, gua gatau namanya," monolog Beomgyu. Namun setelah itu ia menggelengkan kepalanya dan segera berlari kecil memasuki kosan.

--

Singkat ceritanya, Beomgyu tinggal di kota kecil yang akhirnya  pindah ke kota besar karena ia di terima di kampus yang sekarang menjadi tempat belajarnya. Beomgyu bukan orang kaya, ayah dan ibunya hanya bekerja di pasar, dua kakaknya kuliah di kampus yang sama namun berbeda kota dengan Beomgyu. Jadi Beomgyu sendirian.

Beomgyu bekerja? pastinya. Ia meniru kakak - kakaknya yang bisa membiayai kuliah masing - masing, sehingga Beomgyu memutuskan untuk bekerja sebagai petugas Housekeeping di Hotel bintang 4, tidak buruk bukan?.

Beomgyu dulu sekolah kejuruan, dan ia mengambil perhotelan, maka dari itu, takdir juga membawanya untuk bekerja di hotel, namun kuliah dengan jurusan Hukum. Persetan, kata Beomgyu jika memikirkan bagaimana lucunya hidupnya.

Saat ini, Beomgyu bersiap - siap menuju hotel, ia sudah memakai seragam hotel berwarna krem dan di lapisi jaket abu - abu dengan bawahan celana panjang hitam kain. Sekarang pukul 22.30, ia hari ini mendapatkan shift malam, bukan setiap hari, selang - seling, kadang malam, kadang sore, pagi untuk kuliah.

"Heeseung, itu lo bukan?" Beomgyu keluar dari kosannya, berjalan menuju gerbang untuk keluar, ia sedang telponan dengan temannya yang bernama Heeseung.

"Si bekantan, yang bener, itu lo bukan, pas gua naik ternyata mas kuntil gimana?" tanya Beomgyu lagi, takut kalau yang ada di depan pagar itu bukan Heeseung.

"Enggak setan ini gua Heeseung," Samar - samar suara itu terdengar di telinga Beomgyu, ah iya, itu Heeseung. Ia segera mematikan telponnya, menutup gerbang lagi dan segera berlari kecil ke arah temannya yang membawa motor vespa, ingat, bunyinya tidak berisik.

"Pake nelpon segala buat mastiin ini gua apa bukan," sinis Heeseung. Yang di sinisin cuma ketawa pelan, terus naik di jok belakang, dan kemudian mereka berangkat.

-

"Lo udah sering lewat sini, masih aja natap kanan - kiri," ujar Heeseung yang melihat Beomgyu melihat ruko - ruko dan beberapa bangunan di samping jalanan.

"Ya namanya juga suka liat pemandangan, pemandangan apa aja gua suka," jawab Beomgyu sambil terus menatap bangunan yang mereka lewati.

"Gua juga suka pemandangan Gyu,"

"Oh ya?" Atensi Beomgyu teralihkan kemudian menatap Heeseung, Heeseung bisa melihat dari kaca spion kemudian tersenyum.

"Iya Gyu, pemandangan ini," ujar Heeseung yang membuat Beomgyu menoleh ke kanan dan kiri, mencari yang di maksud Heeseung.

"Yang mana Hee? Gua udah muter kanan kiri nih ama belakang juga," ujar Beomgyu sambil melihat belakang Heeseung.

"Nih," Heeseung mengarahkan spion pas pada wajah Beomgyu, dan Beomgyu segera melihat wajah dirinya. Bukannya merona, Beomgyu malah mengerucutkan bibirnya lalu memukul helm Heeseung.

"Kaga lucu setan, cepetan, ntar telat, arahin spion lo yang bener," ujar Beomgyu, sedangkan kini gantian Heeseung yang merengut, tetapi tetap ia kembalikan posisi spion seperti semula.

"Kapan sih lo peka?"

---

halo haloo!
ada pembacaku yang gemes banget,
dia nungguin ini, dan aku harap kalian salah satunya juga yaa!!
stay healthy and wait for this storyy!!

BO ; TaeGyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang