Kuseduh kopiku dengan kerisauan
Kudiamkan butiran sedih karam
Ku seruput nyata harapan
Pahit nikmatnya begitu ramah
Menghangatkan jiwa dari laksana sikapmu.Membuat jejak bersama kini sedang masanya
Bergerilya mencari dermaga, hanya untuk singgah sementara
Kita duduk berdua, mengakui kita adalah saling punya
saling berucap harap, meng aamiin kan semoga
Tak ada yang mau kehilangan satu di antara kita.Memesan makan dan minum supaya badan terisi tenaga
Memakan kenyataan harap, meminum pahit sikap darimu.
Aku masih mengingat jelas, bagaimana tangan mungil mulus indahmu
Mendarat dikeningku sambil membawa Selembar harap, mengelap kecemasan
Akan kepergian, dan pergantian.Berlabuh dari Dermaga sementara kini, menuju asal kita dilahirkan
Aku melihatmu dari kaca cembung, memancing senyummu.
Kau tak malu mengakui siapa diriku dihidupmu
Bagiku mendengarkan lisan ucap darimu adalah kejujuran
Yang tak sedikit pun perlu aku telaah.Duduk bersama di ruang tamu, dengan minuman hangat yang kau suguhkan kepadaku
Sembari mengisi tenaga, kita bercengkerama
Menyanjung dan membanggakan, seakan tak ada makhluk hidup yang sempurna
Selain kita.
Mentari kian menurun menutup mengakhiri laku hari
Yang seolah mempersilahkan, merancang harapan untuk menyambut esok.
Telah tiba dimana merajuk menjadi sambut
Membujuk dengan kata yang nyata tanpa fiksi
Menjadi jalan satu-satunya titik terang.Namun diriku tak pernah merasa jerah
Akan merajuk dan perlakuanmu kepadaku, karna kuanggap
Itu pemanis penyeru iring setiap hembus nafas.
Tak perlu ragu apa yang aku suarakan
Kau hanya perlu menjaga akar percaya agar kita tetap bisa jadi TETAP.Tertawa bersama, menghirup ucap rasa ingin.
BAHAGIA mengalir basah tanpa tepi, sungguh itu yang kurasa
Kita menyuara semoga yang indah
Akan hari selanjutnya, bahkan masa tua
Tak ada sedikit lara yang terlintas, dalam kemudi batu diriku.Gemuruh hitam pekat, mulai mengelabuhi bahagia
Menutupi kisah-kisah indah yang masih teringat jelas.
Sial.!!, Diriku kalah oleh sesuatu yang ghoib wujudnya
Merusak suplai fiksi, mengombang-ambing Pikiran
Masuk sudah pikiran kemunkaran, dalam celah-celah kemudi batu diriku.Ini bukan soal tentang kecurigaan, nyata.
KETIDAKTEGASAN ini ada sejak awal kita berlabuh
Kita ter-ikat rantai tanpa gembok, hingga ikat kurang erat
Dan bisa dibongkar siapa saja selain diriku
Itu begitu sungguh-sungguh aku takutkan menyata.Lebah tak pernah punya ingin untuk menyakiti
Ia hanya menjaga sebongkah harap percaya akan kehidupan.
Mencari sari-sari kenyataan manis
Dikumpul menggumpal, menjadi segumpal semoga
Sembari menjaga hati yang tak luluh akan pengganggu.Sekali lagi aku ucapkan AKU SUNGGUH KETAKUTAN
Akan rantai ikat, yang mengikat hanya kita saling punya
Tanpa ada hubungan berpacar.
Kita telah saling mengaku, kalau kamu suka padaku
Aku pun suka padamu.Senja indah sepertimu pernah berucap tak malu mempunyaiku,
Bukan aku tidak setia, hanya saja rasa takut kehilangan
Ini sungguh menghantui, dan sungguh aku tak menanti.
Apa lagi aku lelaki yang hanya bermodal ketulusan
Yang ekonomi minim akan kebutuhan.Janji-janji yang pernah terucap, semoga jadi patok ingat
Jika akan ingin berpindah.
Saling suka kita adalah pondasi, untuk tidak menerima lain hati
Saling menjaga kamu milikku, aku milikmu
Kamu gadisku, aku lelakimu.Apa dirimu masih kurang yakin akan pengakuanku?
Aku mengakui, aku menyukaimu tanpa alasan.
Lalu bagian mana lagi yang terus-menerus
Akan engkau pertanyakan?"Mantap betul bukan. Rasanya menunggu kepastian, dari pada mengganti perasaan"

KAMU SEDANG MEMBACA
Disklusi Aksara
شِعرsebaik apapun seseorang dalam hidupmu sedikit banyak pasti memberi dua sisi suka dan duka, itu sudah tidak bisa dipungkiri dari nyatanya kehidupan. . teruntuk kamu yang sedang menyukai seseorang kamu perlu ingat, menyukai seseorang yang kamu dambak...