"Tuntutan menjadi sempurna disegala aspek"
.
.
.
.
.Srek!
Srek!
Srek!
Sobekan kertas hasil ujian terbang kemana-mana mengenai wajah Nala, usai wanita berusia di akhir empatpuluh tersebut mengetahui jika anak tengahnya hanya mendapatkan peringkat tiga.
" Kau pikir menyekolahkanmu tidak pakai uang, ha?!" bentaknya menoyor kening Nala hingga keseimbangan gadis itu sedikit terguncang. "Disekolahkan mahal-mahal, tapi tak pernah sekalipun membanggakan. Apa kau tak malu?"
Sementara gadis itu hanya bisa diam menundukkan kepala, mendengarkan segala sumpah serapah yang keluar dari mulut Ibunya,
"Dan peringkat tiga? Ck, apa kau berusaha merusak reputasi Ayah mu?"
"Dia mungkin sedang ditertawakan oleh koleganya karena memiliki putri bodoh, sebab tak mampu meraih posisi pertama!" betaknya lagi tepat didepan wajah Nala hingga gadis itu memejamkan mata
Gadis itu mengentatkan gigi menahan rasa sesak ditenggorokkan ketika Ibunya mencekal leher polosnya, lantas naik mencengkram rahangnya dengan kuat, hingga serasa ingin remuk.
" Kalau sampai aku melihat mu berada di posisi selain nomor satu, aku bersumpah akan mengirimmu ke Amerika untuk---"
" Aku pulang....."
Bersaman dengan suara rendah yang mengudara, Ibu Nala mulai mengendorkan tangannya dan berlalu pergi, meninggalkan bunyi bantingan pintu yang cukup keras.
" Naka kau sudah pulang, nak~"
Gadis beriris hazel itu tertawa miris mendengar penuturan lembut yang mengalun dari mulut Ibunya, ketika menyambut kepulangan Kakaknya, Nakala. Sangat berbanding balik jika wanita tersebut sedang berbicara dengannya.
Membuang nafas pendek, gadis itu lantas memunguti
pecahan beling yang berserakan dilantai dan memandang kosong sobekan kertas ujian miliknya.:=:=:=:
Dentuman bunyi sendok dan garpu memenuhi ruang makan ketika keluarga besar dari Nenek Nala mengadakan pesta makan malam. Tentu saja penyambutan untuk cucu lelaki kesayangannya, yang baru saja pulang dari Inggris.
Begitu banyak hidangan yang tersaji di meja tak membuat Nala tergiur untuk mencicipi. Seperempat jam terlewat hanya digunakan Nala untuk mengaduk-ngaduk pasta tanpa minat. Hingga ibunya mendepak pelan Kaki Nala yang terbungkus stiletto biru muda, dan membuat gadis itu terkesiap,
" Makanlah dengan benar " desisnya dingin dekat runggu Nala. Maka, mau tak mau gadis itu memakan pasta Carbonara didepannya
" Entahlah, terkadang aku tak memiliki waktu untuk sekedar keluar dari asrama. Tapi setidaknya aku sering berkunjung ke ënemystary's. Kau tau kan, taman yang terkenal akan ribuan jenis bunga Lily yang memiliki bau semerbak. Jika ada waktu luang aku acap kali kesana untuk menyegarkan kepala dari suntuknya menjadi seorang Mahasiswa Oxford " jelas pria berahang tegas tersebut sembari meminum air putih dengan gerak santai.
" Ya tuhan, putraku pasti sangat menderita. Ini........makan yang banyak......lihatlah wajahmu begitu kurus" tutur wanita itu mengelus pipi Naka dan beringsut mengambil sepotong daging kualitas terbaik, untuk dimakan putra kesayangannya.
" Sudah bu, kepenuhanm-mm" keluh Naka menolak usai ibunya memasukkan dua potongan besar sekaligus. Melihat itu beberapa sanak keluarga seperti Paman dan Bibi hanya bisa tertawa kecil,

KAMU SEDANG MEMBACA
about home_
Fiksi Penggemar:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=: Perihal tentang rumah yang memberikan rasa nyaman dan aman sebagai mana fungsinya, namun jika berkebalikkan, bisakah tetap disebut rumah? Bukan, ini bukanlah rumah, melainkan sebuah Istana Neraka berjeruji...