" Mati atau Sekarat "
.
.
.
.
.Dua tahun yang lalu...
" Nal, Kak Melvi ganteng banget ya"
Nala sedikit terhenyak ketika Arin menyikut kecil lengannya pun beralih mengikuti arah pandang gadis berambut pendek tersebut,
Seketika nafas Nala tercekat mengetahui senior yang dimaksud Arin adalah Melviano Nakala Harlandra, yaitu Kakak Nala sendiri. Melihat Naka yang tenang berdiri didepan kelas untuk melakukan perkenalan singkat, pikiran Nala menjadi risau dan kalut saat iris hazelnya bersirobek dengan iris setajam elang milik Kakaknya selama beberapa detik.
Disekolahkan di tempat yang sama dengan sang Kakak, merupakan hasil dari sebuah paksaan Ibunya. Kendati ia tahu jika SMA Phatic adalah SMA elit terbaik seantero, Nala sama sekali tidak berharap ataupun berkeingiann mengenyam pendidikan disana. Alasannya, ia takut jika Kakaknya sewaktu-waktu akan melampiaskan rasa kesalnya pada Nala, pemuda itu memiliki tempramen yang cukup buruk jika sedang berhadapan dengan dirinya, sekalipun Nala tak sedang memancing emosi sulung Ayahnya tersebut.
Cukup dirumah saja Nala menerima kekerasan fisik, jangan disekolahpun juga. Nala tak tau lagi tempat mana yang dapat membuatnya nyaman.
Dan, Naka mengaku muak jika harus berpapasan dengan adiknya nanti, ia malu memiliki adik perempuan sialan seperti Nala.
Oleh karena itu, pemuda berahang tegas tersebut serta-merta murka setelah sang Ibu berujar jika adiknya telah didaftarkan di SMA Candanovva, yang bahkan Nala tak tahu menahu.
Maka tepat ketika Nala baru saja menikmati bunga tidurnya, pintu kamar bewarna putih tersebut tiba-tiba digedor-gedor dengan kuat, hingga terdobrak. Yang membuat gadis itu sepenuhnya terbangun saat sebuah vas keramik menghantam cukup keras kepalanya.
" Arin, aku mau kekamar mandi sebentar ya" ujar Nala merasa dadanya kian sesak
"Huh? Iya....mau kutemani?" tawar Arin sembari menutup buku catatannya
" Tidak usah, aku bisa sendiri" tolaknya pelan.
Dan Nala tak pernah menyangka jika keputusan untuk menolak kebaikkan Arin, akan berakhir membuat jantung Nala terpacu makin cepat. Gadis itu bahkan belum sempat memutar knop pintu kamar mandi, namun sebuah tarikkan kasar di kerah belakang baju, mampu membuat tubuh ringkih Nala terseret mundur dan tersungkur di lantai. Lututnya nyeri namun ia abaikan, dan saat ia mencoba mendongak, mata Nala seketika terbelalak.
" K-kak Naka....." lirihnya terkejut.
" Kau pikir siapa dirimu bisa sekolah disini?!" sergah Naka memaksa tubuh Nala berdiri dengan menekan bahu gadis tersebut, dan berlalu mencekik leher adiknya hingga wajah cantik itu memerah,
" Sudah kukatakan, aku tak sudi jika melihat wajah menjijikanmu ini." desisnya bersamaan dengan menekan dalam-dalam kerongkongan Nala.
Cekikan dileher serta merta Nala dapatkan sekalipun dirinya baru saja merasai perih di sekitaran lutut dan sikunya. Mendadak ia kehilangan aktivitas bernafas juga kesulitan untuk bergerak barangkali memberontak untuk melawan kekuatan Kakaknya yang terlampau besar.

KAMU SEDANG MEMBACA
about home_
Fanfiction:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=:=: Perihal tentang rumah yang memberikan rasa nyaman dan aman sebagai mana fungsinya, namun jika berkebalikkan, bisakah tetap disebut rumah? Bukan, ini bukanlah rumah, melainkan sebuah Istana Neraka berjeruji...