1 minggu sudah berlalu dimana kejadian hilangnya Alan membuat Reza terkena panick attack, selama 1 minggu itu Reza semakin protective pada Alan, dan dirinya setiap jam istirahat kantor izin untuk keluar hanya untuk menjemput Alan.
Seperti saat ini Reza sedang menunggu Alan di kursi depan sekolah Alan tersebut, Reza menunggu sembari memainkan ponsel hingga tanpa sadar ada yang menghampiri dirinya.
"Hmmm... permisi boleh saya duduk disini" ujar orang tersebut kepada Reza
Reza yang terlalu sibuk dengan hp nya tidak mengindahkan orang tersebut dan hanya mengangguk tanpa melihat siapa yang berbicara tersebut.
"Hmmm pak, apa bapak butuh pengasuh" ujar orang tersebut tiba-tiba
Reza yang merasa binggung dengan perkataan orang yang disebelahnya Reza mengangkat kepalnya untuk melihat siapa orang tersebut.
"Hmm maksudnya" ujar Reza mengernyitkan dahinya
"Hmm maaf pak kalau lancang, tetapi kebetulan saya sering berjualan di seberang sana dan saya perhatikan bapak selaku menjemput anak bapak dan setiap ingin pergi saya lihat bapak seperti terburu-buru, jadi saya memberanikan diri menanya apakah bapak butuh seorang pengasuh" jelas orang tersebut
"Ohh... mungkin untuk saat ini saya belum terlalu membutuhkan pengasuh untuk anak saya, tetapi penawaran kamu menarik juga boleh saya tau nama kamu" ujar Reza mengulurkan tangannya mengajak kenalan
"Baik pak, perkenalkan saya Dwi pak rumah saya ada di Jl. Xxxxxxx pak biasanya saya berjualan keliling pak, untuk saat ini saya butuh uang lebih jadi siapa tau bapak membutuhkan pengasuh saya siap pak" ujar Dwi lagi
"Bundaaaa" disela-sela perbincangan antara Dwi dan Reza ada suara lain yang mengintrupsi mereka
"Haii sayang, udah selesai sekolahnya, gimana hari ini hmm" tanya Reza mengelus surai hitam rambut Alan
"Yah semuanya menyenangkan bun" jawab Alan dengan tampang polosnya
"Maaf Dwi, tapi sepertinya kami sudah harus kembali, ini saya kasih kamu kartu nama saya dan boleh saya tau nomor kamu" tanya Reza memberikan hp nya kepada Dwi
"Sudah pak, itu nomor saya pak terima kasih" dan Reza hanya mengangguk sebagai jawaban dan pergi dari aana.
Dwi yang melihat kepergian Reza dan Alan tersenyum devil menatap mereka berdua seolah-oalah ada yang direncanakannya.
Reza dan Alan sudah sampai di depan gedung pencakar langit a.k.a kantornya Adnan, mereka berjalan beriringan masuk ke dalam, Alan banyak disapa banyak orang karena memang Alan juga adalah anak yang periang.
"Ndreww..." panggil Reza pada salah satu staf di kantor itu
"Heiii what's wrong" tanya orang tersebut menghampiri Reza
"Apa Adnan ada diruangannya saat ini hmm?" Tanya Reza
"Oh sure Pak Adnan ada diruangannya, boleh saya antar sekalian saya ingin ke atas" Reza hanya mengangguk saja sebagai jawaban.
Reza, Alan, dan Andrew berjalan beriringan masuk ke dalam lift khusus untuk menuju ke ruangan Adnan, yah memang tidak sembarang orang yang bisa mengangkses lift tersebut hanya beberapa staf saja mungkin yang berperan penting untk perusahaan.
Tingg...
Suara lift sudah berbunyi yang menandakan mereka sudah berada di depan ruangan Adnan, Alan yang berantusias bertemu Daddynya langsung berlari masuk ke dalam ruangan tersebut meninggalkan Reza yang membuat Reza menggeleng saja melihat tingkah Alan."DADDYYYY" teriak Alan berlari dan berhambur kepelukan Adnan
"Heii son, kenapa harus lari hmm" Adnan membalas pelukan Alan dan mengusap surainya lembut
"No dad, Alan cuma mau peluk daddy doang" jawab Alan polosnya dan semakin mengeratkan pelukan mereka.
"Kalian saja nih yang mau pelukan hmmm" tanya Reza mengambek di depan pintu
"Huhh bundaa, gitu aja ngambek padahal tiap hari Daddy sama bunda" jawab Alan mengejek Reza dan malah semakin tidak melepaskan pelukannya pada Adnan
"Hei son, jangan gitu okee, kamu udah makan siang belum hmm" tanya Adnan
"Belum dad, why" ujar Alan melepaskan pelukannya dari Adnan
"Makan yah sama om Andrew oke sayang, nanti Daddy sama Papi nyusul kalian ke bawah oke jagoann" ujar Adnan lagi dan Alan mengangguk saja
Langsung saja Alan berlari berhamburuan ke arah Andrew dan mereka turun lagi ke bawah menuju kafetaria. Kini diruangan itu tersisa Adnan dan Reza saja. Tanpa menunggu aba-aba Adnan langsung menghampiri Reza dan mengulum bibirnya.
"Ughhh.." Reza mendesah di tengah-tengah perguluman mereka
Karena sudah merasa kehabisan oksigen, Reza mendorong Adnan menjauh.
"Dasar pencuri ciuman" ujar Reza kesal memanyunkan bibirnya
"Heehhe sorry babe, aku kelepasan hmm aku miss banget sama kamu" jawab Adnan polos sembari menduselkan kepalanya pada leher Reza.
"Oh yah, Nan apa kita perlu sewa baby sitter yah untuk menjaga Alan juga hmm" tanya Reza
"Kenapa tiba-tiba hmm" tanya Adnan masih pada posisinya menyender di bahu Reza
"No... aku hanya merasa mungkin kalau Alan ada perawat jadi Alan ga perlu nunggu aku lagi semisalnya aku ada kerjaan tambahan, aku juga jadi merasa gaenak sama Rio izin terus hmm" jawab Reza menjelaskan semuanya.
"Yahh...it's okee kalau Eza mau gitu, saya mah ikutin maunya kanjeng ratu aja, kalau menurut kamu itu yang terbaik yaudah Alan kita carikan perawat" jawab Reza
"Yeayy, Maaciww Anan memang lope-lope aku ter the best, aku udah ada kok perawatnya mungkin besok aku panggil kerumah aja" dan Adnan hanya mengangguk saja
"Yaudah yuk buruan ihh kebawah, nanti Alan nunggu kelamaan" kesal Reza
"Yukk..." tapi saat hendak keluar lagi-lagi Adnan mencuri ciuman dari Reza dan itu berhasil membuat sang empunya kesal, dan tentu saja Adnan langsung bergegas meninggalkan Reza.
"Sabar...sabar untung gue sayang sama lu Nan, kalau ga udah gue kubur lu hidup-hidup huhh" ujar Reza menarik nafas sambil mengelus dadanya.
Haii Guyss.
Kasih support dan komentar yang membangun buat Thorr yahh, tinggalakan jejak kalian VOTE dan KOMEN oke😊.Thor Tampann
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh 100% *BOOK II*
General FictionWarning🚫🚫🚫 Cerita ini cerita BxB/Gay jadi yang HOMOPOBIC skip ajaa❗️❗️❗️ Lanjutan kisah rumit antara Adnan dan Reza, lebih baik membaca BOOK I agar tidak binggung kelanjutannya. Selamat membaca kembali kisah Adnan dan Reza❣️ Adnan(Seme) Reza(Uke)