Bab 02

140 17 4
                                    

Flash Back On.

Seorang pria berjalan dengan sempoyongan ditengah gelapnya malam, ia meringis kesakitan berkali kali. Bagaimana tidak, pria itu ditusuk di bagian dada kirinya sekaligus pinggangnya. Untung saja ia memiliki fisik yang kuat, diusianya yang terbilang sudah tidak muda lagi.

Choi Mujin ia berhasil kabur dari hotelnya. Saat ia tersadar, bahwa Jiwoo sudah pergi meninggalkan nya. Dan ia mendengar suara langkah kaki yang begitu serempak, Mujin tau diluar banyak polisi, Mujin tidak mau dirinya tertangkap. Ia memaksakan untuk berdiri dan berjalan, meskipun tubuhnya sangat lemah akibat luka ditubuhnya.

Ia berjalan menuju kearah dinding yang memiliki hiasan dan didalamnya terdapat sebuah brankas. Didalam brankas itu terdapat sejumlah uang yang lumayan banyak, saat menyingkirkan uang yang paling dalam, terlihat sebuah tombol berwarna merah dan sebuah handphone.

Mujin menekan tombol itu, ternyata dinding sebelah kanan brankas itu berputar dan memperlihatkan sebuah tangga kebawah menuju ruangan yang gelap. Mujin mengambil handphone yang berada di brankas, dan pergi menuju tangga itu dengan tertatih tatih.

Setelah masuk, didalamnya terdapat terowongan yang gelap sebuah tombol yang berwarna merah itu kembali terlihat, dan kembali Mujin menekannya. Dinding yang diatas kembali seperti semula.

Saat ini Mujin terdiam didekat pelabuhan, ternyata terowongan itu membawanya ke arah pelabuhan Dongcheon. Ia terlihat sedang menunggu seseorang. Mujin meraih handphone yang ia simpan dikantongnya, dan menekan sebuah nomor.

"Yā, kyōdai.(Halo, Bang)"

"Mujin-can, hisashiburidesu. Ogenkidesuka, mata Taeju?(Mujin, sudah lama kau tidak mengabariku. Bagaimana kabarmu, dan juga Taeju?)" Jawab seorang pria diseberang sana.

"Taeju, shinda, korosa reta.(Taeju, sudah meninggal, dia dibunuh.)"

"Nani? Dōshite, dōshite oshiete kurenakatta no?(apa? Bagaimana bisa, kenapa kau tidak memberitahuku?)"

"Nagai hanashidesuga, go de ohanashi shimasu. Ima watashi o tasukete, watashi wa tsuikyū shite imasu. Anata wa jibun de basho o tsuiseki suru koto ga dekimasu. Watashi wa mō tsuyoku arimasendesitha.(ceritanya panjang, nanti akan aku ceritakan. Sekarang tolong aku, aku dalam pengejaran. Lokasinya bisa kau lacak sendiri. Aku sudah tidak kuat lagi.)" Mujin menjawab dengan nafas terengah-engah menahan rasa sakit di dadanya.

"Ryōkaishimashita, dareka o okurimasu.(baiklah, aku akan mengirim seseorang untukmu.)"

Mujin memutuskan panggilan telpon itu secara sepihak, ia merasa tidak kuat untuk memegangnya kembali. Dan hanya berharap orang yang akan menjemputnya segera datang.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya ia bisa melihat sebuah helikopter berhenti tepat diatasnya. Seorang pria berbaju serba hitam dengan mengenakan peralatan keselamatan turun dan berjalan kearahnya.

"Sā ni kete.( Mari tuan)" ucap sang pria yang menghampiri Mujin.

Mujin membalasnya dengan deheman singkat. Pria itu membantu Mujin berjalan menuju helikopter yang sudah terparkir dengan jarak yang cukup jauh didepannya.

Helikopter itu membawa Mujin kesuatu tempat yang berada di Jepang, meskipun dalam penglihatannya sedikit familiar. Sebuah mansion yang kelihatan sederhana jika dilihat dari jauh, namun sedikit mencolok karena adanya tempat helipad diatasnya. Dan yang lebih unik mansion itu berada di tengah hutan yang lebat, lokasinya cukup terpencil.

 Dan yang lebih unik mansion itu berada di tengah hutan yang lebat, lokasinya cukup terpencil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MY NAME 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang