🌹36🌹

114 7 4
                                    

Happy Reading...

Setelah menunggu beberapa jam akhirnya Acha sadar, namun ia masih tidak boleh banyak bergerak dan berbicara.

Acha memegangi punggung tangan Cara, air matanya menetes membasahi wajahnya yang masih banyak dibalut perban, "Ca-ra gue mohon, gu_gue sayang Benua." lirihnya seaakan meminta Cara untuk memberikan Benua kepada Acha.

"Tapi cha,"

"Aku mohon," sergah Acha memotong ucapan Cara.

Clekk

Mereka menoleh melihat siapa yang datang, Airin dan Renol yang baru saja pergi untuk makan akhirnya kembali setelah makan ini semua atas permintaan Cara anak sulungnya. "Acha, " seru Airin dan Renol mereka begitu bahagia melihat keadaan anaknya yang sudah mulai membaik.

"Ayah, Cara ke toilet bentar." pamit Cara lalu pergi, ia sudah tidak bisa menahan lagi air matanya. Apa yang harus ia lakukan? Apakah ia harus kembali mengiklaskan Benua untuk Acha adiknya?

Cara menatap lekat wajahnya di cermin besar toilet rumah sakit, ia mengerjap ngerjap menahan rasa sakit yang mulai menggerogoti kepalanya nya. Cairan kental merah juga sudah keluar dari hidung mancung milik gadis itu, hal yang sama terjadi hari ini apa mungkin perkataan dokter kala itu memang benar terjadi.

Gadis itu sudah tidak mampu menahan keseimbangan tubuhnya, tubuh kecil itu ambruk. Matanya mulai menutup gelap dengan sempurna.

**

Perlahan Cara membuka matanya, ia masih  mengerjap ngerjapkan matanya menyesuaikan retinanya dengan cahaya. Ia menoleh saat merasakan punggung tangannya terus digenggam erat," Kak."

Benua yang sebelumnya menatap ke arah tangan Cara dengan tatapan kosong akhirnya tersadar dengan suara kecil Cara." kamu udah bangun? Apa yang sakit?" Benua mencium kening Cara dengan bahagia.

"Kak aku,"

"Kamu tidak apa apa sayang," benua tahu penyakit apa yang diderita Cara dari dokter wiliam tadi namun ia tidak mau memberitahu Cara sekarang

"Aku kanker kan? " benua membeku. Tahu dari mana Cara bukankah gadis ini baru sadar

"Aku udah tahu dari dulu kak," ucap gadis itu seaakan menjawab pertanyaan pertanyaan yang ada dibenak Benua.

"kakak sayang aku? "Cara memecahkan keheningan. Kini mereka ada ditaman rumah sakit karena Cara meminta untuk pergi jalan jalan akhirnya Benua membawa Cara ke taman.

"kenapa tanya gitu?"

"Kakak mau kan kembali sama Acha?" jawab Cara to the Point

Benua mengerutkan dahi nya," maksud kamu apa? Jangan bercanda Cara! "

Cara memegang kedua bahu Benua, ia menatap lekat wajah Benua, " Kak aku mohon, kembali sama Acha aku bisa bahagia kalo adik aku bahagia. " lirih Cara dan Benua hanya diam.

"Kak, aku gak tahu umur aku sampe kapan. Bisa jadi ini permintaan terakhir aku sama kakak." lirih Cara memeluk Benua dengan erat.

**

"Makasih ya Ra, lo emang kakak yang baik." Acha memeluk Cara dengan erat untuk pertama kalinya. Cara tersenyum ia bahagia adiknya kini mau menganggap Cara sebagai kakanya.

"Semoga pertunangan kalian lancar, maap ya aku gak bisa hadir cha." setelah tiga hari berlalu Acha sudah bisa pulang, Dan pertunangan Acha dan Benua akan dilangsungkan dua hari lagi. Cara tidak bisa menghadiri acara itu karena Renol memutuskan untuk mengirim Cara ke Amerika, dia akan menjalani pengobatan disana untuk beberapa bulan kedepan.

Ucapan Cara mampu menghipnotis Benua, ia tidak dapat menolak permintaan Cara kala itu. Akhinya Benua memutuskan untuk menikahi Acha atas permintaan Cara.

"Gue pergi ya Cha," pamit Cara ia akan segera berangkat diatarkan oleh Renol dan nanti ia akan ditemani oleh Ady omnya dan istrinya itu sedangkan Airin akan menyusul setelah pertunangan Acha dilangsungkan.

"Take Care," Acha mengecup singkat pipi Cara dengan penuh kasih sayang.

Kepergian Cara, membuat hati Benua seperti teriris tipis tipis. Ia harus kehilangan gadisnya, melakukan pertunangan dengan orang yang tidak dia cintai sama sekali bahkan acara ini tidak dihadiri oleh ayahnya Rizal yang masih koma dan dirawat di rumah.

**

Caramel hanya dapat menyaksikan pertunangan Acha lewat ponsel miliknya, ia menarik sudut bibir nya kala melihat kebahagiaan berada pada sang adik.

"selamat ya Cha, setelah ini aku mau kemo jadi aku gak bisa ngabarin kamu." ucap Cara dan disambut hangan oleh Acha dari balik ponsel nya disana.

"Makasih ya Ra, lo emang kakak gue." sahutnya disertai senyuman.

Cara akan menjalani kemo besok saat Airin sampai di Amerika, ia ingin ditemani oleh ibunya dan Airin juga ingin menebus segala kesalahannya selama ini dia bersedia menemani Cara bahkan jika nyawa nya bisa ditukar ia bersedia menggantikan Cara.

Pesawat yang ditumpangi Airin tiba malam ini, ia sudah berangkat sejak sore setelah selesai dengan Acara Acha putri keduanya. Airin memeluk erat putri sulungnya yang sudah menunggu kehadiran sang ibu, Cara akan menjalani segala pengobatan selama kurang lebih satu bulan sampai Cara benar benar pulih dan selama ini juga Airin akan tinggal di Amerika dengan Cara sedangkan Renol ia tetap dijakarta karena mengurusi bisnisnya yang tidak dapat ditinggal.

"Mah, " Airin menoleh, ia segera membantu Cara untuk duduk dibrankar rumah sakit.

"Kenapa? Kamu mau minum? Atau ada yang sakit sayang?" Airin mencium punggung tangan Cara.

"Aku boleh tau sesuatu mah?" Cara bertanya dengan tatapan seolah mengintimidasi Airin.

Airin memajukan dagunya," apa? "

"Kalo ayah Renol bukan ayah Cara, lalu ayah Cara siapa mah? Please mah Cara pengen tau sebelum mungkin Cara pergi buat selamanya."

Airin tertegun bayangan bayangan pahit yang ia rasakan dahulu kini hadir kembali saat Cara melontarkan pertanyaan ini." Kamu tidak boleh bilang begitu, Cara akan sembuh sayang."

"Mah, siapa namanya?" Cara tetap kekeh menanyakan perihal ayah kandungnya.

"Rizal," suara dari balik pintu membuat keduanya diam lalu menoleh.

"Namanya Rizal, dia pergi melaut dan tidak kembali sampai saat ini Cara. Setelahnya Ibumu menikah dengan Ayah dan disaat itu lah kamu menjadi anak ayah bukan anak nya." Renol sengaja tidak memberi tahu perihal rencana kedatangannya dengan Acha, untuk kejutan tapi ia mendengar pembicaraan yang serius didalam dan akhirnya memilih diam dibalik pintu, sedangkan Acha gadis itu masih di parkiran untuk mengambil ponselnya yang tertinggal untung saja Taki yang ditumpangi mereka masih ada.

"Ayah," beo Cara

"Ayah kamu sudah mati, dan ayah harap kamu tidak mencari lagi dia, dia sudah meninggalkan kalian. Meninggalkan kamu sejak usia kamu dua bulan." tegas Renol membuat Cara meneteskan air matanya.

"Rizal?" lirih Cara

DandelionWhere stories live. Discover now