*1*

478 79 16
                                    

Langit mendung berubah semakin gelap, cahaya dari kilat yang datang terlihat seperti akar menggantung yang di susul suara gemuruh petir, angin bertiup kencang menghempas dedaunan, hujan deraspun jatuh tak terelakkan.

Panti asuhan Media Kasih, terletak di pinggiran kota dengan pemandangan hijau nan asri, bangunan yang tak terlalu besar itu memiliki teras bermain di halaman depan yang cukup luas dengan berbagai macam permainan yang tersedia untuk para anak asuh yang berjumlah 10 orang dengan usia yang beragam.

Tampak sepi di halaman depan, hujan yang mengguyur memaksa mereka untuk menghentikan aktivitas bermainnya di luar demi menjaga tubuh agar tak jatuh sakit.

Saat anak-anak yang lain sedang bercengkrama dan menghangatkan diri di kamar dengan selimutnya masing-masing, di ruang tamu yang sepi tampak gadis kecil berumur 8 tahun berpenampilan tomboy, rambut pendek tertutup topi yang di balik ke belakang, memakai jelana jeans panjang dengan kaos longgar warna hitam bergambar dinosaurus, ia tengah duduk seorang diri sedang mengerjakan sesuatu.

Jihan Camelia, salah satu anak asuh di panti asuhan yang tinggal sejak masih bayi, bu Dewi sang pemilik panti menemukan Jihan kecil tengah menangis di dalam kotak kardus yang tergeletak di depan pintu pagar panti asuhan, orang tua Jihan yang di duga hamil di luar nikah telah tega membuangnya begitu saja tanpa meninggalkan pesan.

Menghela napas tanda lega ketika ruang tamu menjadi sepi setelah beberapa menit yang lalu kericuhan terjadi, Jihan merasa terganggu dan tak bisa konsentrasi saat banyak tatapan mengejek mengarah kepadanya.

Di ketahui Jihan bukanlah anak kutu buku seperti yang terlihat, hari itu di ruang tamu ia sedang menulis kata permintaan maaf sebanyak 2 lembar sebagai hukuman atas kesalahan yang sering ia lakukan. Tak pernah jera, Jihan yang di cap sebagai anak nakal malah terbiasa dengan segala hukuman, omelan juga ejekan dari anak asuh yang lain, di ibaratkan sudah seperti makanan sehari-hari.

Terdengar samar-samar suara deru mobil memasuki halaman menembus lebatnya hujan, bu Dewi tergopoh-gopoh membuka pintu sambil membawa payung di tangannya, Jihan menatap heran dengan rasa ingin tau, namun ia belum boleh beranjak saat hukumannya belum usai.

Selang beberapa menit bu Dewi muncul bersama gadis kecil yang seumuran dengan Jihan, ia di persilahkan duduk di kursi ruang tamu. Jihan terdiam sambil sesekali mencuri-curi pandang kearahnya karena penasaran.

Tampak gadis manis berpenampilan rapi dengan boneka di tangannya serta tas ransel kecil yang menggantung di punggung, ia memakai aksesoris mengkilap di bagian telinga dan jari-jemarinya yang terlihat mahal, jelas sekali jika ia adalah anak dari keluarga orang kaya. Pantas saja bu Dewi memperlakukannya dengan sangat istimewa.

Saat bu Dewi sedang sibuk mempersiapkan kamar untuknya dan memasukkan barang-barang, gadis itu tiba-tiba mendekati Jihan.

"Hai, namaku Adila Jasmine, biasa di panggil Dila, namamu siapa ?" mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

"Aku Jihan, Jihan Camelia," menaruh pensilnya sejenak, Jihan menyambut uluran tangan halus itu dengan senyum.

"Rupanya kamu juga seorang bunga ?"

"Iya, bunga bangkai !" jawab Jihan sedikit meninggikan suaranya.

"Ahaha ! kamu lucu sekali, Camelia bukanlah bunga bangkai." sambil menahan tawa.

"Aku tau, tapi orang-orang memperlakukanku seperti bunga bangkai." wajah Jihan berubah menjadi murung.

"Aku enggak, apa kamu mau jadi temanku ?" menatap Jihan dengan senyum.

Dila sama sekali tak terpengaruh dengan penampilan Jihan yang tomboy dengan muka jutek dan sedikit acak-acakan, ia merasa terhubung begitu saja kala melihat sorot mata polosnya yang tulus dan sikapnya yang apa adanya.

Dangerous In Love              ( SN x EXO) (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang