Part 9

514 48 2
                                    

" Jen, lu yakin gak mau kursi roda? Gue tanyain satpam deh." ujar lisa yang telah sampai di lobby apartment jennie.

" Enggak usah lis, lu bisa bantuin gue kan." jawab jennie kekeh dengan pendiriannya.

Lisa pun memapah jennie untuk berjalan ke dalam lift. Meski terlihat menyakitkan namun jennie tetap bersikeras untuk berjalan. Sesekali ia mengaduh ketika kaki kanannya menyentuh lantai.

" Lantai berapa jen?" tanya lisa.

Jennie menempelkan kartu aksesnya dan memencet tombol 23 pada lift. Tak berselang lama pintu lift pun terbuka, lisa pun dengan cekatan membopong jennie yang memang sangat tertatih untuk berjalan.

" Ah kelamaan." lisa menggendong jennie di depan bak pengantin baru.

" Eh lis.. lis... lu ngapain?" panik jennie.

" Kamar nomer berapa nih?" tanya lisa yang terus berjalan.

" Tuh sembilan enam." jawab jennie.

Saat sampai di depan pintu kamar jennie pun menempelkan kembali kartu aksesnya untuk membukakan pintu. Segera lisa masuk untuk menurunkan jennie di atas sofa.

" Di sini dulu ya, gue ambilin lu minum." ucap lisa menuju ke arah dapur jennie.

Lisa kembali ke sofa dan memberikan segelas air pada jennie.

" Thanks ya lis." jawab jennie dengan senyum manisnya.

" Lu yakin enggak perlu ngabarin ortu lu?" tanya lisa yang duduk di samping jennie.

" Percuma, mereka juga enggak akan dateng." jawab jennie santai.

" Terus lu di sini tinggal sendirian?" tanya lisa lagi.

" Iya kadang ada kakak gue, tapi cuman mau nengok gue aja terus pergi." jawab jennie.

" Wahhh enak dong si jisoo, bisa ngapel tiap hari." ujar lisa dengan senyum kecutnya.

Plak

Sebuah tamparan mengenai bahu lisa yang tak sempat menghindar.

" Otak lu isinya porn doang emang ya." ujar jennie.

" Aw aw, hih cwe kok sukanya kekerasan sih, enggak lu enggak rose sama aja maen fisik." ucap lisa mengusap bahunya pelan, untung bukan pipinya yang kena tampar.

" Bahagia banget ya lu sama dia." ucap jennie menatap dalam lisa.

" Ya namanya juga urusan rumah tangga, ada aja ributnya." jawab lisa.

" Gue kira pacaran bisa bikin gue enggak kesepian, tapi sama aja malah makin bikin makan ati." ucap jennie menyenderkan tubuhnya.

" Bego aja tuh si jisoo udah di kasih cwe yang perfect malah di sia-siain." lisa pun menyandarkan tubuhnya di sebelah jennie.

" Hufffhhttt..."

Jennie menarik nafas dalam seolah ingin melepaskan sesuatu yang menyesakkan dadanya.

" Bagi sebat lis." pinta jennie.

" Nih." tanpa banyak pikir lisa pun memberikan sebungkus rokoknya pada jennie.

Jennie pun menyalakannya, kakinya ia letakkan di atas meja di hadapannya. Lalu ia mulai menghidupkan tv menggunakan remot yang ada di atas meja, lalu memilih salah satu file dan memutar mv stay di dalam sana. Sembari mendengarkan lagu jennie mulai menutup matanya. Rintik hujan terlihat membasahi pintu kaca di samping mereka. Suasana itu tak di sangka membuat jennie menitikkan air matanya.

" Jangan nangis." ujar lisa menghapus air mata jennie.

" Menurut lo tujuan kita hidup selain bahagia apa sih?" tanya jennie membuka matanya menatap lisa.

Mendua itu indahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang