2. Si Sarkas Sairish

102 21 81
                                    

Sairish masih duduk nyaman di Cafe Carammel setelah Meeting usai. pandangannya masih fokus melihat ke luar jendela ke arah tempat parkir motor dan mobil. Hari sudah menjelang magrib, lampu-lanpu jalan sudah mulai menyala, bahkan hujan sudah turun sejak satu jam yang lalu.

Meeting yang alot membuat kepala Sairish sedikit berdenyut, ditambah rekan bisnisnya yang sangat tidak tau diri. Bagaimana bisa hanya karna cafe ini milik saudaranya, dia melakukan Meeting di tempat terbuka seperti ini. Sairish tidak mempermasalahkan tempatnya, tapi suasananya. Suasana bising dan terbuka seperti ini membuat Sairish tidak nyaman. Konsentrasinya benar-benar buyar, alhasil sepanjang Meeting Mita lah yang mengambil alih. Sekretarisnya tau kalau suasana hati bosnya tidak baik, semuanya akan rusak. Dari pada nanti dia kena imbas dimarahi ibu Gloria, lebih baik sekarang mengalah pada mood buruk Sairish.

"Belum mau pulang?" suara Mita sedikit membuyarkan lamunan Sairish. Gadis itu menggeleng pelan.

"Ntar dulu, aku masih mau disini?"

"Kenapa? masih nyaman disini?"

Perkataan Mita yang disusul kekehan pelan itu langsung mengalihkan atensi Sairish secara penuh. Gadis itu memandang asistennya dengan raut jengkel. Dia mendengus sinis.

"Nyaman? in your dream mbak." Gadis itu memutar bola matanya malas. Pandangannya kembali fokus ke arah luar. membuat Mita mengernyit heran, apa yang membuat Sairish sampai fokus melihat ke bawah sana sedari tadi. Gadis itu bangun untuk berpindah tempat duduk menjadi diseberang meja, yang langsung berhadapan dengan Sairish. Matanya langsung fokus mengarah ke bawah kearah tempat parkir mobil dan motor. Tapi dia tidak menemukan apa-apa, hanya beberapa orang yang berteduh menunggu hujan reda saja, dan tukang parkir yang mondar-mandir mengatur keluar masuknya kendaraan. Tidak ada yang spesial menurutnya, gadis itu hanya bisa menggaruk kepalanya, bingung.

"Kamu dari tadi liatin apa sih, Rish? kok fokus banget. giliran Meeting aja langsung bad mood."

Tanpa mengalihkan perhatiannya, Sairish berucap. "Beruntung ini Meeting final-nya, kalo diawal, udah aku batalin kerja sama ini, ngga profesional." Gadis itu kembali mendengus kesal, "lain kali, cross check dulu tempatnya. Gimana bisa mbak langsung acc tempat Meeting penting di tempat kayak gini. Ini Cafe baru buka, masih ada banner promonya lagi. Ya, jelas rame lah, suara dari lantai bawah aja sampai kedengaran dari sini." Gadis itu sangat kesal, benar-benar merusak moment terakhir dia bekerja.

"Sorry, Rish. Ini terakhir deh." Mita memasang wajah memelasnya, membuat Sairish menjadi tidak enak sendiri.

Gadis itu Akhirnya mengalah, dia terkekeh pelan. "Iyalah terakhir, mbak. abis ini kan, aku libur panjang."

Sekarang gantian Mita yang mendengus kesal. "Untung gajinya gede ya, Rish."

perkataan Mita membuat Sairish mau tidak mau tertawa juga.

"Pulang, yuk, aku udah bosan disini."

"Aku malah udah bosan sedari tadi. suara musiknya bener-bener ganggu." Mita berucap sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Baru nyadar sekarang, Bu? setelah tiga setengah jam berlalu?" Sairish menyindir sambil berdiri, membenahi blazer-nya yang sedikit kusut, lalu berlalu dari sana disusul Mita yang hanya bisa tersenyum polos mendengar sindiran bosnya.

Sairish berjalan sambil memainkan ponselnya, dia tersenyum sendiri mendengar rentetan voice note yang dikirim keponakannya yang menyuruh dia cepat pulang, karna mereka sudah berada di rumah. Tidak lupa lollipop yang bertengger di tangannya yang sesekali dia masukkan kedalam mulut. Itu adalah kebiasaan Sairish, mengemut lollipop dimanapun dia berada. 'Dandanan boleh tua, tapi kelakuan tetap aja kayak bocah.'  Mita membatin.

Sang Putri MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang