3. Kenangan Kecil di Masa Lalu

89 26 86
                                    

Sean pulang ke rumah dalam keadaan basah kuyup, dia lupa memasukkan jas hujan yang dia jemur kemarin malam ke dalam jok motornya . Hujan yang turun dari tadi sore belum juga reda, malah semakin bertambah lebat. Bahkan banjir sudah terjadi di beberapa ruas jalan yang dilewati Sean tadi. Padahal tadi dia berniat untuk mengojek sepulang bekerja, tapi ternyata alam tidak merestuinya. Dia ingin menambah pundi-pundi uang untuk membawa ibunya berobat. Beberapa hari ini, ibunya mengeluh kakinya kembali sakit.

Sean menenteng sepatu basahnya memasuki rumah kontrakan mereka. Lampu ruang tamu sudah padam, jelas ibu dan adiknya sudah tidur sekarang. Laki-laki itu kemudian berlalu ke belakang rumah menuju kamar mandi. Kontrakan Sean sangat kecil, hanya punya satu kamar tidur yang sekarang ditempati ibu dan adiknya, ruang tamu yang merangkap ruang tengah yang menjadi tempat tidurnya setiap malam, dan juga dapur kecil. sedangkan kamar mandinya berada di luar rumah. Beruntung di belakang kontrakan mereka masih ada lahan kosong yang digunakan untuk menjemur pakaian, serta dimanfaatkan oleh ibu Sean untuk menanam beberapa sayuran hijau. Hitung-hitung mengurangi biaya pengeluaran mereka.

Sean masuk ke kamar mandi setelah menyambar handuk di tali jemuran. melepaskan semua pakaian basahnya, lalu mencucinya sendiri. Dia tidak ingin membebani ibunya dengan meninggalkan pakaian kotor. menyikat hati-hati sepatu satu-satunya karna sol-nya sudah menipis serta lemnya yang sedikit terbuka. Beruntung besok hari minggu, jadi dia tidak akan memakai sepatu. Sean hanya akan berada di pasar seharian, karna minggu adalah jadwalnya menjadi kuli panggul di sana. Mungkin besok dia sekalian akan mencari sepatu. Dari pada mencari di toko, sepatu di pasar harganya lebih masuk akal menurut Sean yang miskin. Toh fungsinya juga tetap sama, sama-sama diinjak, pikirnya.

setelah selesai mandi, Sean memasuki satu-satunya kamar di kontrakan mereka. menatap sebentar pada punggung ringkik ibunya yang tidur sambil memeluk adik laki-lakinya yang berusia 6 tahun itu. laki-laki itu membuka satu-satunya lemari pakaian mereka, tempat bajunya dan baju ibu serta adiknya berada. menyambar kaos dan juga celana pendeknya dan berlalu menuju kamar mandi.

Sean merebahkan tubuh lelahnya keatas kasur busa yang sudah disiapkan ibunya di ruang tamu, membungkus tubuhnya dengan selimut yang sudah mulai tipis karna terlalu lama dipakai. Pikiran Sean berkelana pada kejadian tadi sore di Cafe Carramel, pada wanita menor dengan tahi lalat besar serta kacamata betty yang terlihat lucu di mata Sean. laki-laki itu menyunggingkan senyum mengingat itu, walaupun hatinya juga sangat sakit mendengar perkataan pedas yang dilontarkan kakak Carramel padanya. Dia marah, jelas. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karna dia sedang bekerja disana. Lagipula apa yang diucapkan kakak Carramel itu benar, jadi dia tidak perlu merasa terlalu sakit hati kan? bukankah kata-kata makian seperti itu sudah menjadi makanannya setiap saat?

"Irish ... apa kabar? abang kangen." Sean menatap langit-langit ruang tamunya, matanya sedikit berembun. Pikirannya tertuju pada gadis kecil yang dulu selalu mengajak Sean berbicara sembari dia menunggu mobil jemputannya. Gadis kecil itu, cinta pertamanya. Sean masih ingat, bagaimana dadanya selalu berdegup kencang ketika gadis kecil itu mendatangi tempat jualan ibunya yang berada di depan SD tempatnya bersekolah. mengajaknya mengobrol, menanyakan segala hal pada Sean, walaupun terkadang laki-laki itu tidak menanggapi karna sedang berperang melawan hatinya yang deg-degan.

Laki-laki 12 tahun yang sedang mengalami masa puber itu akan berlari kencang ketika pulang sekolah agar sampai di warung ibunya tepat waktu. walaupun napasnya ngos-ngosan, serta keringat membasahi seragam SMP-nya, dia tidak peduli. Yang penting dia sampai sebelum sekolah gadis kecil itu bubar. Melihat senyum lebar gadis itu ketika mereka bertemu membuat perasaan Sean membaik, memegang erat tangannya ketika menyeberang jalan menuju mobil jemputannya membuat Sean merasa diinginkan. Dan hanya gadis kecil itu yang memperlakukannya dengan baik, menganggap Sean ada, setelah seharian lelah menghadapi orang-orang yang membullynya di sekolah. Hanya gadis kecil itu, ya ... hanya dia. Sebelum dia menghilang dari hidup Sean 8 tahun lalu.

"Bang Cen, nilai ulangan bahasa inggrisku sempurna hari ini. Jadi, besok berikan aku lollipop dua. ya, ya." gadis kecil itu menggoyangkan lengan Sean remaja sambil memperlihatkan puppy eyes-nya, yang di mata Sean semakin terlihat imut dan menggemaskan. Membuat remaja laki-laki itu tersenyum dan mencubit pelan pipi lembut gadis kecil itu.

"Iya."

"Yes, yes!" senyuman lebarnya yang sangat cantik itu mampu membuat hati Sean menghangat.

Setelah hari itu, dia tidak pernah lagi muncul di sekolah, sekalipun Sean menunggunya sampai hari beranjak petang setiap hari. Berharap gadis kecil itu datang menagih lollipop yang tetap setia Sean bawa, bahkan sampai hari ini. Berharap bertemu dengan gadis kecil itu, memberikan dua lollipop seperti janjinya dulu.

"Abang kangen ...." Sekali lagi Sean bergumam sebelum matanya benar-benar terpejam.

****

Sedangkan di tempat lain, di sebuah rumah mewah. Seorang gadis cantik duduk sendirian di balkon kamarnya, memandang ke atas langit hitam pekat yang masih menurunkan hujan. Jam sudah menunjukkan waktu tengah malam, tapi mata cantiknya sulit sekali diajak bekerja sama.

'Kamu apa kabar disana? aku kangen.' Gadis itu bergumam pelan.

Dia kembali memikirkan perkataan tante Gloria tadi setelah mereka makan malam, gadis itu mendengus kesal. Apa? menikah? dengan Regan? Cih, suruh dia bangun dari khayalan tololnya. Setelah tertangkap basah having sex di kamar apartemennya, laki-laki brengsek itu masih sempat menghina fisiknya, mengatainya buruk rupa.

Terus sekarang dia menjilat tantenya? Regan pikir dia siapa? pangeran Abdul Mateen? Najis, bahkan satpam di kantornya lebih baik dari pria bekasan itu. Mungkin ayahnya yang serakah itu yang memaksanya untuk menjilat tante Gloria. Tapi maaf saja, seribu tante Gloria yang membujuknya untuk menikah dengan Regan, tidak akan membuat seorang Sairish Dayana Malik luluh.

Gadis itu menghela napas pelan, dia harus mencari cara agar si tua bangka Jafar Alamsyah dan anaknya yang modal kontol doang tapi tidak punya otak itu, si Ballyan Regantara tidak lagi merecoki hidupnya dengan pembahasan tentang pernikahan tolol ini. Jadi, sebelum dia berumur 19 tahun beberapa bulan lagi, dia sudah harus mendapatkan seorang suami. ya, suami!.

Lagi-lagi Sairish menghela napas pelan, kepalanya pusing memikirkan dimana dia bisa mendapatkan laki-laki tulus yang bersedia menikahinya?

"Besok gue minta pendapat Mika sama Adena aja, bisa pecah otak gue kalo diajak mikir sendiri. Regan sialan!" Sairish masih sempat mengumpati Regan sebelum berlalu ke dalam kamar.


Jangan lupa vote dan komen ya teman-teman🍑

To be Continue🍒

Sang Putri MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang