7. Percobaan Pertama : Ditolak

76 7 41
                                    

"Rish, lo beneran mau temuin kak Sean sekarang?"

Sairish yang sedang mengikat tali sepatunya hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Adena. Sekarang mereka berdua sedang berada di Mushola kampus setelah melaksanakan sholat zhuhur.

"Ck, bisa di tunda, ngga? gue ngga bisa temenin lo nih." Adena berdecak kesal, "mana bentar lagi gue masuk kelas, ck." Lagi-lagi gadis itu berdecak membuat Sairish menoleh sejenak.

"Lo pikir gue bocah pake di temenin segala. Lagian yang gue temuin itu orang, bukan dedemit." Sairish bersungut kesal, dia lalu mengambil lollipop di dalam tas nya. membuka bungkusnya kemudian dia masukkan ke dalam mulut. sesaat gadis itu menghela napas pelan.

"Lo emang bukan bocah, tapi kelakuan lo tuh masih kayak bocah. Udah gede juga masih aja ngemut lollipop. Permen kiss noh lo emut, biar wangi napas lo."

"Napas gue udah wangi," Sairish menatap Adena, lalu menaikkan sudut bibirnya, "wangi duit."

"Sial." Adena terkikik pelan, "mana Mika absen lagi. ini juga, si Rara mana sih? dia kuliah pagi ngga, hari ini?"

"Dia masuk sore, Aden. Ya allah, kenapa rempong banget sih, lo." Sairish memandang jengah ke arah Adena, yang dibalas dengusan kesal gadis itu.

"Ya, lo sih. pake acara mau nyamperin kak Sean hari ini. Personil kita kan lagi ngga lengkap." Adena memberenggut kesal.

"Lo pikir, gue mau ikut qosidahan pake personil lengkap. Gue cuma mau ketemu orang sebiji doang, ngga usah rempong kayak mak-mak lagi nawar cabe di pasar deh, ribet."

"Eh, eh, arah jam 9 Rish," Adena mencolek bahu Sairish kemudian mengedikkan dagunya ke arah samping gadis itu.

"Masyaallah, malaikat tuhan sedang turun ke bumi ya, Rish. Adem banget liatnya, sejuk gitu. Berasa lagi rebahan di atas dadanya." Adena tersenyum lebar, tidak lupa matanya yang berbinar-binar menatap objek khayalannya.

"Jaga pandangan lo, bego. sempat-sempatnya lo genit sama gebetan sahabat sendiri." Sairish menoyor pelan jidat Adena setelah melihat siapa yang di bicarakan gadis itu.

"Cuci mata lah, Rish. Sebelum resmi dimiliki orang. Sukur-sukur lo yang dapat, kalo orang lain kan gue ngga bisa tebar pesona lagi." Adena terkikik geli.

"Kalo udah jadi milik gue, jangankan tebar pesona. Lo lirik aja, gue colok mata lo." Sairish tersenyum sinis, membuat Adena bergidik ngeri.

"Serem lo. Sana ah, pergi. Keburu cabut tuh orangnya. jangan lupa baca Bismillah dulu biar dilancarkan semuanya." Adena mendorong pelan bahu Sairish setelah melihat Sean keluar dari gerbang Musholla.

Sairish perlahan berdiri, mencepol ulang rambutnya yang sudah telihat kusut. Kemudian merapikan kembali kemejanya. Jangan lupakan Adena yang memaksa untuk memakaikannya lip tint, alasannya karna bibir Sairish kering. Padahal dua kali seminggu, Sairish akan selalu rutin datang untuk melakukan perawatan wajah dan tubuhnya. Sangat tidak mungkin kalau bibir gadis itu kering.

Setelah di rasa penampilannya sudah lebih baik, Sairish dan Adena berjalan keluar dari gerbang Musholla. Karna Adena mempunyai jadwal kuliah sekarang, jadi dengan terpaksa gadis itu melepaskan Sairish sendirian untuk berjuang mendapatkan calon suami. Sairish mendengus mengingat segala petuah Adena sebelum mereka berpisah untuk tujuan masing-masing.

"Pokoknya lo kudu kalem, yang. Jangan kasih tunjuk sifat lo yang songongable itu. pokonya, lo harus sopan, itu intinya. Karna gue lihat, kak Sean tipe cowok yang ngga suka cewek pecicilan dan genit. Dan lo," Adena menunjuk Sairish sambil memicingkan matanya, "ngga boleh tunjukin sifat kayak gitu kalo mau dapat cowok paket lengkap kayak kak Sean. Ingat, jangan sia-siain kesempatan ini. Lo ngga mau kan, dinikahin sama penjahat kelamin itu?"

Sang Putri MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang