Sudah tiga hari hitungannya Heeseung menginjakkan kaki di Pixie Hollow, desa tempat Bundanya dilahirkan. Sampai saat ini ia tidak tahu mengapa nama desanya seperti itu, mungkin kah ada sejarahnya? Ia tidak tahu.
Kini Heeseung tengah berdiam diri dihalaman rumah Bibinya, duduk sembari menunggu sepupunya, Jay. Omong-omong Jay, anak itu menjadi sedikit aneh setelah hari itu.
.
.
."Sejarah dan cara Fairy bersembunyi," Jay meneguk ludahnya mendengar Heeseung yang membaca judul buku yang sedikit usang ditangannya.
"I-ini, ini apa?"
"I-ini ... buku ini," dengan cepat Jay mengambil alih buku itu dari tangan Heeseung, "Buku ini ... buku ini bukan apa-apa, cuma ... aku cuma bosan. Jadi aku membacanya, haha iya, itu..."
Heeseung mengerutkan dahinya, Jay sedikit mencurigakan, apakah ia berbohong? Mengapa Jay terlihat sangat gugup?
Merasa tidak puas dengan jawaban sepupunya, Heeseung terus memikirkan hal yang ia saja pusing untuk memikirkannya.
"Su-sudah lah, kamu nggak lapar?" Jay berusaha mengalihkan topik.
Heeseung tampak berpikir lagi sejenak, akhirnya ia menyerah dan mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Jay.
.
.
.Wushh~~
Lagi, sebuah cahaya terang lewat dengan cepat didalam pohon-pohon yang bisa dibilang hutan karena sangat lebat dan sangat mustahil menemukan pekarangan rumah didalam sana.
Heeseung lagi-lagi terperanjat kaget, ia penasaran cahaya apakah itu. Namun baru kakinya melangkah untuk mendekati hutan tersebut, teriakan dari arah kanan mengambil fokusnya.
"Heeseung, Heeseung, minggir. Aaaaa, tidaaakk!"
Suara berisik barang bertabrakan, Heeseung membuka matanya setelah refleks memejamkan mata melihat sepupunya yang terjatuh menabrak gerobak yang berisi pasir.
"Aaa, sakit..."
Dengan langkah cepat Heeseung mendatangi Jay dan membantunya berdiri dari tindihan sepedanya.
Dari jauh ada dua anak yang baru datang, "Jay, hati-hati jatuh!"
"Telat, gue udah jatuh," Jay merodakan matanya, sedangkan dua anak yang sepertinya teman Jay hanya tertawa melihat ekspresi kesal Jay.
Heeseung melihat Jay dan dua orang lainnya bergantian seakan bertanya-tanya 'siapa mereka?'
Seakan paham, Jay langsung memperkenalkan dua anak didepannya kepada Heeseung.
"Kenali, mereka adik-kakak, yang itu Jake, yang satunya lagi Ni-ki. Nah Jake, Ni-ki, ini Heeseung sepupu gue."
Setelah berkenalan, Heeseung menatap Jay meminta penjelasan. Mulutnya bergerak tidak mengeluarkan suara, "Gue?"
Yang ditanya cengengesan lalu menjawab jika mereka berdua datang dari luar kota, sama seperti Heeseung, tetapi sudah lumayan lama disini. Jay yang melihat cara bicara mereka yang katanya seperti orang gaul hanya ikut-ikutan saja.
Heeseung yang tidak mau sendirian, ia ikut bersama Jay bermain dengan teman-temannya yang sepertinya akan menjadi teman Heeseung juga.
Asik bermain, seketika anak itu melupakan kejadian cahaya yang melaju cepat dari arah dalam hutan.
Syukur saja Heeseung memiliki sepupu seperti Jay yang dapat mengatur suasana dan kedua teman barunya yang dapat dengan cepat berteman. Heeseung jadi tidak perlu terlalu mengeluarkan tenaganya agar bisa berteman.
Selesai bermain, Jake dan Ni-ki mengajak dua saudara sepupu ini membeli cemilan, mereka yang akan mentraktir. Heeseung merasa tidak enak karena baru bertemu tetapi sudah ditraktir, tapi melihat Jay yang dengan tidak tahu malu mengambil beberapa jajanan hanya bisa membuatnya menggelengkan kepala.
.
.
."Terima kasih ya Jake, Ni-ki, buat traktirannya," kata Heeseung yang masih berusaha mengakrabkan diri.
"Haha, iya santai aja," Jake menjawab santai, tangannya bergerak merangkul bahu Heeseung yang tersenyum canggung.
"Anggap aja ini salam perkenalan dari kita, iya nggak kak?" Jake tertawa menanggapi candaan adiknya.
Mereka asik bercanda bertiga meninggalkan Jay yang masih asik didalam toko mencari beberapa cemilan lagi yang akan ia beli, mumpung gratisan katanya.
"Oh iya, kata Jay lu bakalan sekolah disini ya, kapan?"
"Eh, kalian satu sekolah juga nanti sama aku? Besok aku udah mulai masuk," Heeseung menjawabnya dengan hati-hati. Ia masih terlalu kaku untuk mengikuti gaya bicara mereka.
"Iya dong, emangnya sekolah dimana lagi? Disini kan sekolah cuma ada satu," ujar Ni-ki. Fakta baru yang Heeseung tahu, di desa ini hanya ada satu sekolah.
Heeseung mengangguk dengan mulutnya yang membentuk huruf 'O'.
"Btw, kemampuan lu apa?"
Mendengar pertanyaan yang sedikit aneh dari Jake, Heeseung mengerutkan dahinya, "Kemampuan?"
Jake memajukan tubuhnya untuk bisa lebih jelas melihat Heeseung, "Iya kemampuan, lu Faiㅡ" hampir menyelesaikan kalimatnya sebelum akhirnya seseorang berteriak memutus obrolan mereka.
"WOY!"
Sontak ketiga anak yang tengah beranjak remaja itu menolehkan kepala kearah sumber suara.
"Udah mau malam, ayo pulang."
Heeseung mengerjapkan matanya melihat sepupunya yang mulai melangkahkan kaki menjauh. Begitu sadar, Heeseung akhirnya pamit kepada kedua teman barunya setelah mengucapkan terima kasih sekali lagi karena sudah mentraktirnya.
Dengan langkah kaki lebar Heeseung mengejar Jay yang sudah lumayan jauh dan menghilang. Sebelum terlalu jauh, terdengar suara teriakan lain dari belakangnya.
"Sampai ketemu di Sekolah!"
.
.
.-to be continued-
.
.
.Hai! Kalian suka nggak sama kata-kata yang aku pakai di narasi? Kalau menulis narasi itu aku lebih suka menggunakan kata-kata baku, tapi kalau dialognya aku lebih suka menggunakan kata-kata non-baku. Makanya dari itu aku kadang suka labil dalam penulisan kata.
Terima kasih yang sudah baca sampai sini, jangan lupa vote jika suka dan komen kritik, saran, dan juga reaksi kalian biar aku lebih semangat updatenya! ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRY [HEENOO]
Fantasy"Bunda, Fairy itu apa?" . . . . . Fantasy !baku non-baku! #1 Seungsun [26-11-2021] #12 Heesun [26-12-2021]