Suasana Baru (3)

489 94 1
                                    

Pemandangan gedung-gedung tinggi menjulang di perkotaan digantikan dengan hutan-hutan lebat khas pedesaan, entah apa yang membuat kedua orang tuanya harus repot-repot pindah kemari hanya karena dirinya yang ingin bersekolah.

Tiga puluh menit lagi hingga Heeseung beserta keluarganya bisa sampai diperkarangan rumah neneknya, lebih tepatnya sekarang sudah menjadi rumah bibinya beserta keluarga kecil bibinya.

"Disana nanti kita akan tinggal dirumah Bibi ya?"

Pertanyaan Heeseung menarik perhatian Ayahnya yang tengah mengemudi, "Untuk sementara. Mungkin seminggu, lalu kita pindah kerumah baru."

"Jauh dari rumah Bibi?"

"Tentu tidak, Bunda sudah menemukan rumahnya didekat rumah Bibi. Bibi yang menyarankan, menurut Bunda cukup bagus," timpal sang Bunda.

Heeseung mengangguk saja, ia masih sedikit sedih karena harus pindah dari rumah tempat ia tumbuh.

Wushh~

Saat tengah asik memperhatikan pohon-pohon yang menjulang tinggi tiba-tiba saja dari dalam sana terlihat cahaya lewat dengan secepat kilat.

Cukup membuat Heeseung penasaran, tapi ia hiraukan begitu pemandangan itu hilang dari pandangannya bersama lajunya mobil keluarganya.

.
.
.

"Heeseung!"

Baru saja Heeseung menutup pintu mobilnya, bahkan ia belum sempat membenarkan tas ransel yang ada pada bahunya. Suara teriakan anak laki-laki terdengar nyaring menyebut namanya.

Begitu langkah kaki kecil mendekat kearahnya, Heeseung mendongakkan kepala dan mendapatkan sepupunya disana.

"Hai, Jay."

Heeseung dulu cukup dekat dengannya, tetapi karena lama tidak bertemu menimbulkan perasaan canggung diantara keduanya. Terlebih Heeseung, lama dirumah tanpa seorang pun teman membuatnya tumbuh menjadi seorang anak yang pemalu.

Cukup lama terdiam, sapaan hangat dari Bibinya memecahkan keheningan yang tidak sengaja terbuat.

"Eh, Heeseung. Jay, ayo Heeseungnya diajak masuk dulu."

Anak itu tersenyum pada Bibinya lalu menjawab ajakan Jay yang mengajaknya untuk masuk melihat kamar yang akan ia tempati.

Sepanjang jalan menuju kamar Jay, anak itu tidak henti bercerita seputar kehidupannya disini, perasaannya mendengar kabar Heeseung akan pindah kesini, dan juga fakta Heeseung akan bersekolah dengannya.

Sedangkan Heeseung? Ia hanya tersenyum dan menjawab seperlunya. Terkadang ia merasa tidak enak hati dengan Jay karena ia tidak tahu harus menjawab apa.

"Seung, kamu di sana kayak anak gaul gitu nggak? Pake lo-gua gitu, gimana sih rasanya?"

Terkadang Jay juga melontarkan pertanyaan random seperti barusan, cukup membuat Heeseung tertawa geli.

"Aku di sana nggak punya teman, keluar aja nggak dibolehin," katanya jujur.

"Seriusan? Sayang banget. Aku kira kamu di sana punya banyak teman, jadi anak gaul gitu."

Lagi, Heeseung tertawa geli mendengar perkataan Jay.

"Pantas aja kamu jadi lebih pendiam sekarang. Ingat nggak sih dulu kita suka ngerjain tetangga? Mencet tombol bel, terus waktu orangnya keluar, kita langsung kabur."

Mereka berdua tertawa mengingat kenangan lama dulu. Heeseung tersenyum mengingat betapa usilnya dia dulu.

"Terus terus, waktu kita nyuri jambu. Kamu ketakutan sampai kencing di celana karena dikejar anjing penjaga rumahnya."

Kali ini hanya Jay yang tertawa, Heeseung sedikit mendorong tubuh Jay, malu. Padahal ia sudah lupa kejadian itu, tapi hari ini ia ingat lagi karena Jay.

Kamar Jay bisa dibilang besar untuk Jay yang tidur sendirian disini. Kamarnya rapih, bersih, juga nyaman untuk ukuran anak laki-laki. Heeseung meletakkan tas ranselnya pada kursi dimeja belajar Jay.

"Kamu kalau mau apa-apa bilang aja sama aku. Kamar aku kamar kamu juga, dulu kita sering sekamar waktu kamu kesini, waktu Omah masih ada."

Heeseung menjawab dengan anggukan. Tidak disangka sepupunya ini sangat suka berbicara, ia ingin menjawab, tapi ia tidak tahu harus berkata apa.

Mengikuti Jay, Heeseung duduk dikasur besar milik Jay. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan berikutnya, makanya dari itu sekarang ia tengah memikirkan haruskah ia meminta Jay untuk mengajaknya keluar.

"Jaㅡ"

Entah karena tertiup oleh angin atau apa, tiba-tiba sebuah buku jatuh dari atas lemari pakaian Jay.

Pandangan mereka tiba-tiba teralihkan kearah buku itu. Keduanya membulatkan mata saat melihat sampul buku tersebut. Sebelum Jay mengambilnya, Heeseung terlebih dahulu mengambilnya.

"Sejarah dan cara Fairy bersembunyi," eja Heeseung membaca judul buku tersebut.

"I-ini, ini apa?"

Jay terdiam ditempat saat Heeseung mengangkat buku tersebut dan bertanya padanya. Entah bagaimana, Jay merasa seperti tertangkap basah.

-to be continued-

FAIRY [HEENOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang