tiga.

14 5 1
                                    

"PENCULIK!"

Rey sudah menduga akan terjadi hal yang seperti ini, tetapi yang berada diluar ekpektasi dan kuasanya adalah suara dan kekuatan perempuan itu.

Sungguh, telinga Rey seketika seperti ditiupkan terompet sangkakala. Belum lagi bagian punggungnya yang langsung mati rasa. Betina satu ini dapat kekuatan dari mana, sih?

Sembari tetap dalam aksi pemberontakannya, Rey langsung menepikan sang motor. Saat sudah berada di trotoar, Gaby turun dan menatap nyalang ke arah Rey.

Lelaki itu dengan santai menurunkan standar motor dan berdiri menghadap Gaby. Dibukanya sang helm lantas menyugar rambut bagian depan, menampakkan dengan jelas keseluruhan wajah.

Gaby masih setia dengan tatapan mengancamnya, bola mata berwarna kayu manis itu seperti ingin melompat keluar. "Lo siapa?! Gue laporin polisi ya!"

Tak ada tanggapan, Rey hanya menatap gadis itu sekejap lalu beralih mengorek daun telinga miliknya.

Melihat itu, Gaby semakin berang. Ia diolok-olok, huh?!

"Lo tuli? Gue nanya dari tadi!"

Memutar mata ke atas, Rey membalas, "Suara lu ganggu."

"Anjir. Lo nggak tahu diri banget, ya."

Tanpa menjawab lagi, Rey membuka jaketnya dan menampakkan kaos dalam yang ia sembunyikan mati-matian. Baju yang sebenarnya sangat enggan ia pakai. Bagaimana tidak? Tadi malam, Abimanyu datang bersama dengan kaos sialan itu, memaksanya untuk mengenakan selama dalam "masa tugas" membersamai anak orang dengan ancaman, jika tidak dilakukan maka Abimanyu tidak akan mengembalikan PS 5 milik Rey yang ia pinjam.

Abimanyu kampret. Gua 'kan jadi nggak bisa berkutik.

Kaos itu sebenarnya memiliki desain yang minimalis dan sangat kekinian. Namun yang membuat Rey sangat ingin merobeknya adalah pada bagian watermark yang berada tepat di dada atas bagian kanannya.

Teman Healing, The Best Partner For Your Healing.

Apaan banget, anjir.

Melihat itu, bukannya membuat gadis di depannya ini tenang, Gaby malah semakin membeliakkan sang netra. Ia setengah berteriak, "Teman Healing? Lo stalking gue?!"

"Buang-buang waktu stalking cewek modelan kayak lo."

The fuck?

"Heh, jancuk, terus kenapa lo bisa tau rumah gue?"

Rey menghembuskan napas lelah. Ini cewek bego sampai ke akar-akar. Saraf otaknya sepertinya sudah putus. "Bego."

Anjing?!

"Lo tau nggak. Lo udah stalking gue, nipu gue, hampir nyulik gue, dan sekarang ngatain gue? Wah, kok lo bisa sih kerja beginian? Ada yang salah sama bos lo." Jeda sebentar. "Oh, apa jangan-jangan lo nge-cheat ya biar bisa banyak dapet cewek dengan kerja ginian? Modus banget. Dasar cowok brengsek! Maaf aja, gue nggak seBEGO itu."

Rey tertawa sarkas mendengar penuturan omong kosong gadis di depannya ini. "Lu lupa? Lu sendiri yang ngasih alamat ke gua."

Seakan baru terhubung dengan ingatannya, gadis itu sedikit meringis sebelum kembali menormalkan ekspresi tak ramah miliknya. Rey merotasikan mata.

"Y-ya tetep aja! 'Kan gue udah bilang ke lo diundur satu jam!" sahut Gaby tak terima.

"Gua belom bilang iya."

Anjir?

"Kok lo kepala batu banget, sih." Baru saja Gaby menarik napas ingin menyampaikan segala umpatan di kepalanya, tiba-tiba niatnya terpaksa diurungkan karna dering telepon yang masuk ke ponsel gadis itu.

Ia memencak sebelum menerima panggilan. "Apaan?"

"Wey, selow. Lo dimana sih? Anak-anak lumutan setengah jam nungguin lo."

Menghembuskan napas lelah, Gaby menggaruk kepalanya yang tak gatal dan berpikir sejenak merangkai kata-kata yang tepat. "Gue abis kecelakaan."

Sontak, baik gadis yang berada di seberang telepon maupun lelaki di seberangnya memelotot tak percaya. Yang satu menimbulkan raut khawatir, yang satu tertawa tak habis pikir.

"Hah? Demi lo Gab?! Terus sekarang lo dimana?!" ujar Dira dengan nada khawatir yang cukup kentara.

Menanggapi itu, Gaby sedikit meringis. "Emm, nggak papa, cuman jatoh ke gores dikit, paling keseleo sih, ini masih di pinggir jalan. Mau dianterin sama yang nabrak buat pulang," ujar Gaby melirik ke arah Rey.

Lelaki itu semakin tak percaya melihat drama secara langsung di hadapannya sekarang. Ia terus tertawa hampa tak habis pikir. Setelah tukang culik, sekarang, bisa-bisanya ia disebut sebagai tukang tabrak?

Cewek nggak punya akhlak.

Setelah mendengar penuturan Gaby, Dira berencana ingin membatalkan rapat dan menjenguknya, yang lantas membuat gadis itu memelotot dan menolak mentah-mentah.

"Eh, nggak usah, Ra. Gue cuman butuh istirahat aja kok ini."

"Nggak, nggak. Gue mau buktiin kesolidan himpunan kita. Sekarang gue sama anak-anak berangkat ke kos lo. Kita bawain makanan."

Gaby menjatuhkan rahang tak percaya. Hormon adrenalinnya tiba-tiba bekerja dengan cepat dan mengakibatkan sang jantung memompa habis-habisan. Membuat desiran menjalari tiap inci tubuhnya.

Mati gue!

Mati gue!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
G.ReyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang