Nabastala

38 6 0
                                    

SANG Bayu membelai manja surai hitam kelam, yang saat ini tengah elus manja bulu kucing yang kerap kali mampir di taman asri milik Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Ia keluarkan botol berisikan dry food kucing dan sebarkan beberapa di paving block. Dari arah bersebrangan, pemuda dengan celana jeans putih juga kaos hitam berlari mendekatinya. Kala ia-Kama injakkan kedua kakinya di sana, ia menghela napas kesal bukan main sebab pemuda itu-Banyu tak dapat dihubungi dan malah memadu kasih dengan kucing oren yang terkenal tak ramah itu. 

"Woi, Nyu!" Ia daratkan telapak tangannya di pundak kanan Banyu dengan keras. Banyu yang tengah berjongkok ria sembari elusi bulu si oren, memincing tak terima dengan pukulan yang ia terima. "Opo sih, su?" (Apa sih, anjing?) Katanya kesal.

"Gue daritadi nelponin lo mau ngajak maksi malah sibuk pacaran sama ini gembrot satu!" Ucap Kama kesal dengan penuh penekanan. Jemari lentik Banyu ambil satu biji makanan oren dan lempar tepat kenai wajah pemuda Jayendra tersebut. 

Wajah Kama memerah tahan kesalnya pada sang kawan. Hei! Makanan itu sudah terkontaminasi dengan ratusan bakteri yang tertempel pada tanah dan kini kenai wajahnya! Banyu sepertinya tengah mengibarkan bendera perang padanya. Dengan kesal ia lempar kembali makanan oren tepat di pipinya. "HAHAHAHA." Gelegar tawa Kama kejutkan mahasiswa yang tengah lewat di sana. Banyu terdiam, lantas berdiri memiting leher Kama kuat-kuat. Ah, sial mereka mulai mempermalukan diri di muka umum ... 

Pergulatan tidak penting itu menghentikan langkah kaki Gia yang tengah lewati taman FEB, matanya memutar malas melihat hal aneh apalagi yang dua makhluk itu perdebatkan. Ia berjalan dekati kedua sekawan itu, angkat tinggi proposal yang perlu ia revisi. Ia pukulkan ke kepala mereka hingga keduanya terdiam layaknya patung terkejut dengan rasa pening yang tiba-tiba hampiri mereka. "Kalian milih diem atau gue gebuk pake sneaker?" Ajaib, Kama dan Banyu terdiam, tak lakukan pertengkaran bodoh itu lagi sebab titah dari Gia yang jelas bagai mandat yang harus mereka lakukan. Sebab Gianita Rumi Bestari tak pernah main-main dengan ucapannya.

"Iya, Gi ... Duh, jangan ngomong gitu lo serem banget." Kata Banyu yang diangguki tanda setuju oleh Kama. Lantas Kama tersenyum seraya berkata "Sssttt Mending kita maksi, gue yang traktir."

Banyu mengangguk penuh semangat. Hei! Siapa yang tak suka makan makanan gratis? Hampir sembilan puluh sembilan koma satu persen orang akan mengatakan iya. Jangan salah Banyu pun penyuka traktiran kawan dan barang-barang diskonan.

Mereka bertiga susuri jalan beriringan dengan tujuan kantin FEB, salah satu kantin mewah dan terlengkap di kampus Biru. Tak lama keduanya sampai di kantin bernuansa putih gading  itu. Kini mereka memilih duduk di sudut kantin, enggan berada di tengah-tengah mahasiswa lain.

"Mau pesen apa Nyu, Gi?" Tanya Kama yang duduk tepat di depannya.

"Gue Mie ayam bakso sama es buah, tambah ceker ya hehehe..." Kata Banyu dengan tawa, sebenarnya Banyu ini tidak tahu diri atau memang melakukan kesempatan dalam kesempitan? Sudah memilih mie ayam bakso masih minta ekstra ceker ayam pula! 

"Lo mau ngerampok gue, Nyu?" Balas Kama dramatis hingga ia—ralat—mereka menjadi pusat perhatian di kantin. Kama ini memang sulit sekali mengontrol intonasi dan volume suaranya, apa tidak malu?

"Sekali-kali, gantian dong kemarin gue yang ngetraktir lo di burjo!" Kan mereka bertengkar lagi, katakan pada keduanya tolong jangan bertengkar di kantin kasihan yang lain ingin makan malah mendengar perdebatan tidak jelas mereka.

"Lo ikhlas gak? Diungkit-ungkit mulu! Ya udah, iya gue beliin gue baik gak kayak lo pelit" Jawabnya final, alihkan atensi pada satu-satunya gadis di meja mereka. "Gue geprek level 5 sama air putih, kam." Ia anggukkan kepalanya dan berlalu tiinggalkan mereka berdua yang tertawa melihat ekspresi kesal milik Kama.

Singkat cerita, Kama kembali ke tempat duduk mereka dan membawa satu mie ayam bakso ekstra ceker ala bu Mahmi dengan semangkuk es buahnya pesanan Banyu, ayam bakar dengan segelas es jeruk miliknya juga geprek pesanan Gia. "Niki Raden, Ndoro pesenenan njenengan." (Ini tuan, nyonya pesenanan kamu) Katanya dengan senyum dipaksakan.

"Lo cocok banget jadi babu kita, Kam HAHAHAHAHA." Ucap Banyu yang tertawa dan disusuli tawa Gia yang menyutujui perkataan Banyu, sedangkan Kama yang kesal segera mengambil kol di piring ayam bakarnya dan memasukkan ke dalam mulut Banyu agar ia diam. "Makan tuh kol, lo cocok jadi kambing!" Wajahnya merah padam kesal akan perbuatan sang kawan.

Aksara DelusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang