Tiara menundukkan kepalanya di bawah guyuran air shower. Menghilangkan penat, itulah tujuannya. Akhirnya tiga proyek dari klien yang berbeda telah selesai dikerjakannya. Setelah membersihkan diri dia berjanji akan menghadiahi dirinya sendiri dengan Crown Ambasador Reverse yang konon cukup susah didapatkan karena limited edition.Saat ponselnya menyuarakan nada dering, Tiara sengaja mengabaikannya. Jika hanya berbunyi sekali, pasti panggilan itu tidak terlalu mendesak dan penelepon akan menghubunginya beberapa saat lagi. Sayangnya, sekarang ponsel itu berbunyi untuk ketiga kalinya.
Segera Tiara mematikan shower dan meraih ponsel yang terletak di dekat wastafel kamar mandi.Nomor yang belum tersimpan.
Tiara mengerutkan kening sebelum menyentuh tombol hijau. "Halo," sapanya."Dengan Tiara, ya?" Terdengar suara wanita yang masih asing di telinganya.
"Betul," jawab Tiara singkat.
"Tiara pacarnya Januar, ya?" Meskipun terdengar ramah, ada sesuatu yang ditahan wanita itu.
"Maaf, ini dengan siapa, ya?" Tiara memilih untuk tidak menjawab pertanyaan wanita itu.
"Pacaran sama Januar sudah lama?" Wanita itu pun mengabaikan pertanyaan Tiara.
Tubuh Tiara yang masih basah dan belum tertutup handuk sama sekali terasa semakin menggigil dengan adanya telepon aneh ini. Perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak.
"Kalau ini hanya telepon iseng, akan saya tutup," ancam Tiara.
"Saya Ranum, istrinya Januar."
What? Istri Januar?
Di kartu identitas resmi Januar statusnya masih terlulis 'belum kawin'. Tiara sudah memastikannya sendiri. Tentu saja wanita tidak jelas ini sedang mengada-ada.
"Mas Janu belum menikah. Mbak jangan mengada-ada!" ucap Tiara dengan nada meninggi. Tubuh polosnya mulai menggigil.
Wanita itu mendesah napas agak panjang.
"Kami sudah tiga tahun bertunangan. Hubungan kami baik-baik saja. Kami memang beda kota, tapi setiap bulan kami rutin bertemu. Sekali lagi, hubungan kami baik-baik saja. Kami juga sudah saling mengenal keluarga masing-masing. Aku sama Mas Januar sudah menikah secara siri. Saat ini aku sedang hamil lima bulan, anak Mas Januar."
Ada tangis dan kemarahan yang tertahan dalam suara wanita itu.
Satu sisi hati Tiara percaya begitu saja dengan ucapan Ranum, sisi yang lain mati-matian menolak kepercayaan itu. Tiara masih berharap telepon ini hanya iseng.
Wanita gila itu sedang bercanda dengannya.
"Sekarang saya dalam perjalanan pulang dari Jakarta. Sewaktu mengantar saya di stasiun, Mas Januar kebelet ke toilet dan meninggalkan ponselnya begitu saja bersama saya. Tak lama kemudian kamu mengiriminya pesan. Dari situlah saya baru tahu kalau Mas Januar menduakan saya."
Jamuar memang mengambil cuti dua hari--kemarin dan hari ini--untuk pulang sebentar di Pemalang. Oleh karena itu, Tiara ingin memberikan kelonggaran pada Januar agar lebih leluasa menghabiskan waktunya untuk keluarga.
Namun, karena ada masalah pekerjaan terpaksa Tiara mengirim pesan untuk Januar. Karena Tiara membutuhkan masukan dari Januar sebagai seniornya di kantor. Pesannya memang terbaca, tapi belum terbalas sampai saat ini.
Awalnya Tiara pikir Januar sedang sibuk dengan keluarganya. Namun, apabila semua ucapan yang dikatakan Ranum benar, artinya Januar sibuk dengan wanita lain.
Bahkan, Januar telah menjadikannya orang ketiga tanpa sepengetahuannya.
"Mungkin kamu menolak untuk mempercayai saya. Mari kita ketemuan minggu depan. Tidak usah bilang apa pun sama Januar dulu. Waktu satu minggu ini mungkin bisa kamu gunakan untuk menata hatimu agar ikhlas mengembalikan Januar pada saya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss
Roman d'amourTeror yang datang terus-menerus dari istri mantan pacar membuat Tiara Citra Amelia terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya. Denda penalti adalah konsekuensi yang harus ditanggung olehnya karena resign sebelum masa kontrak selesai. Padahal dia p...