7. We Must Change

196 15 0
                                    

Jam 9 malam, Renjun baru saja tiba di rumah-nya, setelah menghabiskan waktu di mall bersama ketiga teman-nya.

Bersenandung kecil seraya memasuki perkarangan rumah.

"Renjwin?" Gumam Renjun begitu melihat Renjwin yang baru saja memasuki rumah.

Renjun semakin menyipitkan mata-nya, guna mempertajam penglihatan-nya.

Karena tidak terlihat juga, Renjun pun langsung menghampiri Renjwin yang tengah membuka gerbang rumah mereka.

"Renjwin! Kenapa kau baru pul--yak! Kau kenapa? Kenapa kau pulang dalam keadaan seperti ini? Siapa yang melakukan ini?" Tanya Renjun.

Ia sangat terkejut ketika melihat pakaian sekolah Renjwin yang sangat berantakan.

Renjwin meringis. Ia berniat pulang malam guna menghindari Renjun. Ia kira Renjun sudah tidur, atau masih main. Ternyata ia salah! Renjun tidak tidur, ataupun tidak main.

Renjwin selalu menyembunyikan perihal diri-nya yang selalu di bully, dan pulang dalam keadaan mengenaskan.

Ketika ingin sampai ke rumah-nya, Renjwin selalu menyiapkan baju ganti, guna mengganti baju-nya yang awal-nya sangat berantakan, menjadi rapih.

Renjwin juga selalu membeli baju tiap hari-nya, untuk persiapan kalau dia pulang dalam keadaan mengenaskan. Namun tadi koperasi sekolah-nya tidak buka. Jadi dia tidak bisa membeli baju sekolah baru.

"Bagaimana kalau kita berbicara di dalam rumah?" Tawar Renjwin.

Renjun mengerti. Ia langsung membawa Renjwin masuk ke dalam rumah mereka.

Sampai akhir-nya mereka tiba di ruang tamu, Renjun langsung mendudukkan Renjwin.

"Tunggu sini dulu. Aku akan membuatkan minum untuk-mu." Titah Renjun yang langsung menaruh tas yang ia bawa ke atas kursi, dan bergegas menuju dapur.

Tak lama, Renjun pun kembali dengan membawa dua teh camomile, satu gelas air putih dan juga makanan yang sudah Renjun hangatkan untuk Renjwin.

"Minum dan makan-lah. Kau belum makan bukan?" Titah Renjun.

Renjwin pun mengambil teh buatan Renjun, dan menyesap-nya. Tak lupa ia mengambil makanan buatan Renjun.

Jujur saja, dari sore ia belum makan. Ia ingin sekali makan di luar sana, tapi penampilan-nya tidak memungkinkan. Ingin mengganti baju di toko baju, ia malu karena penampilan-nya.

"Di bully lagi?" Tanya Renjun kepada Renjwin yang tengah makan.

Renjwin menganggukkan kepala-nya sebagai jawaban. Renjun yang melihat itu pun langsung menghembuskan nafasnya kasar. Sungguh, ia sangat kesal dan marah saat ini.

"Siapa lagi? Teman-teman mu dan Jeno?" Terka Renjun.

"Hanya teman-temanku. Hari ini Jeno tidak membully-ku. Ia hanya memperingati-ku." Jawab Renjwin.

"Yak! Wuah benar-benar sekali teman-mu ini! Bagaimana bisa dia membully saudara kembar-nya Huang Renjun?!" Teriak Renjun yang sudah sangat kesal dan marah.

"Dan kau diam saja Renjwinie?!" Tanya Renjun geram.

Renjwin menganggukkan kepala-nya takut. Sungguh, ia sangat takut ketika melihat Renjun marah.

"Kenapa diam saja sih?! Balas Renjwin!" Ucap Renjun geram.

"Aku tidak bisa. Eomma mengajarkan--"

"Mengajarkan kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan? Oh come on Renjwinie! Kita ini hidup di dunia nyata, bukan dunia oren, novel, ataupun wattpad! Kita ini manusia, kau Renjwin, dan aku Renjun. Kita bukan Yeen yang hanya diam ketika di tindas!" Geram Renjun, tak habis pikir dengan ucapan dangkal Renjwin.

Renjwin ini sangat menuruti perkataan Eomma-nya. Berbeda dengan Renjun yang lebih menuruti perkataan sang Appa.

Appa-nya selalu mengajarkan Renjun san Renjwin, untuk selalu membalas perbuatan orang yang jahat dengan mereka. Berbeda dengan Eomma-nya yang selalu mengajarkan Renjun dan Renjwin untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Kata Eomma-nya, biar Tuhan yang membalas perbuatan mereka.

Renjun yang sikap dan sifat-nya 95% mengambil dari Yuta, dan 5%-nya mengambil dari Winwin pun mengikuti Yuta.

Sedangkan Renjwin yang sikap dan sifat-nya 95% mengambil dari Winwin dan 5% dari Yuta, mengikuti Winwin.

"Ya kan tetap saja Renjun. Eomma---"

"Sssttt! Sudahi pembelaan-mu dengan membawa Eomma! Pokok-nya aku ingin bertukar identitas dengan-mu besok! Aku ingin memberikan pelajaran kepada teman-teman mu yang bajingan, terutama dengan Jeno! Aku tidak ingin adanya pembatahan apapun yang keluar dari mulut kamu! Mengerti?!" Ucap Renjun. Memberikan penegasan, dan penekanan kepada Renjun di setiap kalimat yang keluar dari mulut-nya. Seakan tidak ingin kalimat-nya di bantah sedikit pun oleh saudara kembar-nya; Renjwin.

Renjwin yang sudah sangat takut melihat Renjun marah, serta tidak ada kekuatan untuk membatah perintah Renjun, ia hanya menuruti ucapan Renjun.

"B---baiklah." Pasrah Renjwin.

"Bagus-lah kalau seperti. Sekarang makan-lah dan setelah itu istirahat." Titah Renjun.

"Kalau begitu aku ke atas lebih dulu." Pamit Renjun. Renjwin hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Sampai di kamar-nya, Renjun langsung melemparkan tas-nya ke sembarang tempat.

Ia langsung membaringkan tubuh-nya di atas ranjang berukuran Queen size milik-nya. Tangan-nya terulur untuk mengambil ponsel yang ada di blezer-nya.

Dia berniat untuk mengabari Jaemin, kalau ia sudah sampai di rumah dengan selamat. Bukan hanya ingin mengabari, Renjun juga ingin memberi tau kalau besok dia akan bertukar identitas. Dia ingin Jaemin menjaga Renjwin di sekolah-nya nanti.

Bukan hanya Jaemin saja! Renjun juga memberi tau Haechan, kalau besok Renjwin akan bersekolah di sekolah dia.

Haechan yang tingkat penasaran-nya sangat tinggi pun bertanya alasan-nya. Renjun tidak bisa bohong ke Haechan. Alhasil Renjun memberi tau dan menjelaskan semua-nya kepada Haechan.

Haechan yang kesal dan geram atas cerita Renjun, mengenai sikap dan tingkah teman Renjwin. Rasanya ia ingin ikut bersama Renjun, untuk membalas perlakuan mereka.

Tapi ya dia tidak bisa. Renjun melarang Haechan, supaya masalah ini tidak menyebar luas ke mana-mana. Selain itu Renjun juga meminta Haechan untuk menjaga Renjwin ketika dia bersekolah di sana.

Jadikan Renjwin menjadi Renjun yang sesungguh-nya, agar penyamaran dan pertukaran ini berjalan sempurna, tanpa adanya curiga.

Begitu juga dengan Renjun. Renjun mulai belajar mengenai sikap dan perilaku Renjwin yang lemah lembut. Tidak seperti Renjun yang sedikit bar-bar nan galak, serta memiliki tingkat kesabaran yang sangat tipis! Setipis akhlak-nya Lee Haechan, serta setipis kapas selembar.

Renjun yang biasanya tidak mengejar seorang pria dan pria yang selalu mengejar-nya, kini dia harus belajar mengejar seorang pria.

Ah tidak hanya mengejar! Mengemis cinta seorang pria, yang sama sekali Renjun tidak pernah melakukan-nya.

Renjun itu bukan wanita yang suka mengemis, apalagi menunjukkan kalau dirinya sangat menyukai pria.

Menurut Renjun, kalau dia menyukai Renjun ya syukur, kalau tidak ya sudah.

DOUBLE R - NOREN JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang