2. Pengangguran

9 0 0
                                    

Mentari sinar matahari menusuk jendela kamar rumah membuat diriku terbangun dari tidur. Seperti biasa, aku memulai hari dengan meng-apply beberapa lowongan kerja di beberapa situs internet terlebih dahulu. Setelahnya aku pun tak lupa membereskan tempat tidur kemudian pergi mandi untuk membersihkan badan. Yap, aku memang tipikal orang yang gak pernah gak mandi, jadi setiap hari harus mandi 2x pada umumnya.

"Kamu kapan nyuci? baju kotor udah numpuk banget, Ibu gak ada baju kerja lagi" ucapnya pada ku.

"Iya habis ini, aku baru kelar mandi.", ucap ku yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Nyuci tuh dua hari sekali, jangan nunggu numpuk."

Aku hanya mengangguk dengan raut kusam. Sebenarnya itu tugas udah otomatis dan aku ingat, cuma kalau diingatin kaya gini bukannya aku semangat nyuci malah jadi meloyo. Ah iya, aku belum bilang aktivitas lain selain tidur ya? sama kok kaya anak pada umumnya saat di rumah yaitu jadi babu hehehe.

Aku selama menjadi seorang pengangguran di rumah, tentunya harus melakukan pekerjaan rumah yang sudah dibagikan berdua dengan Kakak ku sejak masih kecil. Dulu memang ada ART yang mengurus semua pekerjaan rumah, cuma semenjak gak ada ART mau gak mau pekerjaan rumah harus dibagi berdua.

***

Nyatanya menjadi seorang pengangguran itu tidak enak ya, terlebih jadi sering dimarahin oleh orang tua karena kita disangka gak apply lowongan kerja, gak terlihat ikut serta mengerjakan pekerjaan rumah di mata mereka dianggapnya pemalas, dianggapnya gak bisa ngapa-ngapain dan sebagainya. Kadang aku capek menjadi pengangguran yang kini udah berjalan selama tiga bulan. Padahal setiap hari aku sudah berusaha buat apply kerja ke sana kemari namun belum ada satu pun yang terpanggil.

Sejujurnya aku kadang merasa iri sama teman-teman lainnya yang langsung dapat kerja setelah lulus bahkan ada juga dari sebelum lulus. Gimana sih cara mereka kok cepat banget diterima kerjanya? Apa aku harus ikut kelas skill atau kursus online mumpung masih pandemi?

*PIP PIP PIP*

Suara mesin cuci berbunyi nyaring menyadarkan aku dari lamunan. Pertanda juga bahwa pakaian yang sudah di cuci di mesin itu telah selesai. Kebetulan lahan untuk menjemurnya ada di atas aku segera berlari ke lantai atas kemudian menjemur semua pakaian yang ada.

Setelah usai semuanya, aku kembali turun menuju kamar untuk membuka laptop barangkali ada kursus skill atau kursus bahasa asing online yang sedang buka pendaftaran. Baru saja aku ingin mengkoneksikan internet, ternyata jaringan wifi saat ini sedang eror.

"Ah sebel, kebiasaan banget kalau lagi penting tuh jaringan eror" ucap ku kesal. Karena ini bukan lah kejadian yang sekali dua kali tapi hampir tiap bulan ada saja jaringan eror. Padahal untuk bayaran per-bulannya selalu bayar tepat waktu. Mau gak mau aku harus menggunakan data seluler sementara.

Berhubung kamar ku dekat dengan ruang tamu, aku melihat Ibu yang daritadi sudah memakai pakaian rapih entah mau kemana.

"Ibu, mau kemana?", kata ku penasaran.

"Ke pasar, kamu lapar? Mau makan apa?"

"Beliin ketoprak aja deh" ucap ku yang baru sadar juga bahwa belum makan dari pagi tadi.

Memang sih aku gak terbiasa makan pagi kaya orang-orang. Entah kalau pagi tuh rasanya gampang mancing mules tapi gak pengen BAB gitu. Aku juga salut sih sama orang yang bisa sarapan pagi-pagi buta. Jam sarapan aku itu biasanya sekitar 11.00 AM alias sarapan sekaligus makan siang hahaha.

Aku sambil menunggu Ibu pulang dari pasar kembali menatap layar laptop yang kini sudah terkoneksi dengan data seluler. Aku mulai mencari di google kursus bahasa asing ataupun kursus skill lainnya yang buka pendaftaran online. Selama mencari aku belum menemukan informasi tentang kursus yang dekat rumah, kebanyakan masih pada tutup hanya ada sedikit yang sudah mulai buka di masa pandemi ini.

Aku mengambil sebuah handphone yang berada di samping laptop. Tangan ku mulai membuka aplikasi media sosial instagram dan mencari keyword kursus bahasa asing ataupun kursus skill. Lama mencari di kolom bar pencarian, aku hanya menemukan kursus bahasa asing online yang sudah buka yaitu Korean First. Sebelum mendaftarkan diri tentunya aku membaca lebih dulu tentang harga, paket yang akan ku ambil.

"Kayanya aku lebih cocok yang ini deh, dibanding kursus bahasa korea yang tadi." gumam ku yang masih membaca postingan harganya.

Setelah mempertimbangkan dengan sangat lama dan matang, aku dengan yakin mengambil paket yang setahun untuk mengasah skill bahasa korea. Disamping itu, aku juga sudah berdiskusi dengan Ibu kalau aku ingin ikut kursus bahasa asing. Ibu pun yang mengetahui itu langsung menyetujui.

Lebih ke pasrah, BUKAN nyerah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang