That One Customer

133 9 1
                                    

***Disclaimer by Himaruya Hidekaz***







Diantara para pengunjung kafe yang datang silih berganti, Joao paling hapal dengan yang satu itu. Bukan seorang yang mencolok, hanya mahasiswa biasa dengan pakaian casualnya —sama seperti kebanyakan yang lain. Pun bukan hal asing bagi seorang mahasiswa untuk datang ke kafenya demi menumpang wi-fi. Dan anak itu tampaknya tak memiliki intensi yang jauh berbeda. Secara konstan memesan secangkir milktea hangat dan langsung membuka laptop di meja dekat jendela.



Setidaknya selama beberapa minggu ini, Joao telah terbiasa untuk melihat sekelebat kepala pirang yang kerap kali -atau mungkin selalu- terlihat sibuk dengan apapun urusan perkuliahan.

Sangatlah dimengerti.

Joao pernah ada di masa itu sekitar lima tahun lalu.





Namun, Joao tidak pernah mendengar suara anak itu terlepas dari memesan minuman atau mengucap terimakasih. Mereka tidak pernah pergi sejauh bertukar sapa, pun bercakap ringan. Dan memang tidak pernah ada keharusan untuk melakukannya. Baik dirinya maupun si mahasiswa hanyalah dua orang asing tanpa sankut paut tertentu.



Hanyalah mata Joao yang terbiasa melihat eksistensi yang lain pada sore ataupun menjelang malam, hingga menghapalinya tanpa sengaja.



Seperti sekarang, lonceng yang berdenting menyambut kedatangan surai pirang sebelum pelayan sempat memberikan salam yang terlampau dihapali. Joao di belakang konter bar, mengawasi bagaimana yang lain mengambil tempatnya yang biasa. Dan dirinya tersenyum akan itu.





Hal berikutnya adalah mengeluarkan laptop. Joao sudah tau. Maka tanpa sadar lengkungan di bawah hidung bertambah lebar. Meski tak sampai mengungkap deretan gigi sempurnanya, satu senyum itu cukup menghangatkan -tak perlu menyebutkan seberapa orang yang akan melunak jika disuguhi senyuman itu.


Lalu ketika pelayan memberikan secarik kertas bertuliskan-

*meja 7
milktea 1

Joao telah lebih dari siap untuk membuatnya.



... Dengan tambahan tawa kecil yang meninggalkan keheranan bagi si pelayan...






Joao memperhatikan kali ini terdapat beberapa detail yang sedikit berbeda. Seperti bagaimana buku cetak yang dikeluarkannya telah lebih banyak dari biasanya, ataupun ketika kini sang mahasiswa juga menyibukkan diri membuat catatan pada buku jurnal berukuran sedang.



Tak dapat dipungkiri jika dirinya sedikit terhibur bahkan untuk hal trivia semacam itu. Joao mencintai pekerjaannya, tapi bukan berarti dirinya akan selalu kebal terhadap rasa jenuh akan rutinitas sehari-hari. Dan menurutnya mahasiswa di sana itu cukup manis-

-Namun, pembicaraan mengenai ini harus menunggu untuk lain waktu...






Teh yang masih panas dibiarkan di sudut meja, anak itu terlihat sibuk dengan buku serta laptop di depannya. Joao dapat melihat gerakan seperti mengetuk-ngetukkan pena pada permukaan meja, atau jemari yang membetulkan posisi kacamata. Namun tidak sampai pada meniti setiap ekspresi atau kerutan pada wajah putih berjarak dua-tiga meja dari tempatnya. Dia akan jadi penguntit jika begitu...




Maka setidaknya biarlah dirinya sedikit memperhatikan dengan tetap menjaga batas normal. Pun dirinya tak langsung memelototi layaknya orang aneh.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

O conto de SempreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang