~ Cerita 32 ~

20 4 1
                                    

Asha Tahu Soal Yanuar dan Petty

Pulang dar kantor Bram, Marchel akhirnya cerita soal Yanuar dan Petty. Dia harus kasih tahu Asha. Bagi Marchel lebih baik Asha tahu lebih awal, dari pada shock setelah tahu kejadian. 

Marchel ajak Asha bicara di kamar, mereka berdua duduk di sofa yang ada di kamar, 

"Sha.. aku harus ceritakan ini sama kamu, dari pada nanti kamu tahunya belakangan." ujar Marchel

Asha langsung bereaksi, dari duduk, dia berdiri dihadapan Marchel, dipegangnya dan diguncang-guncangnya kedua bahu Marchel, 

"Mas simpan rahasia apa lagi sih? Cepat ceritakan mas!!?" desak Asha

Marchel berdiri, dia mengajak Asha kembali duduk, "Kamu tenang dulu Sha, ini bukan soal aku sama kamu kok." jelas Marchel

Asha kembali duduk, Asha memandang kearah Marchel dengan penuh penasaran, "Terus soal siapa mas? Ayo ceritakan dong!!? 

"Tadi saat aku di panggil pak Bram, dia cerita soal Papa kamu dan Petty Sha." cerita Marchel

"Kok soal Papa sama Petty? Emang Papa kerjasama dengan om Bram?" tanya Asha

"Ya Sha, Papa kamu menggantikan posisi aku untuk sementara, jadi dia harus bimbing Petty." jawab Marchel

"Terus masalahnya di mana mas? Apa yang sudah terjadi antara Papa sama Petty?" Asha semakin penasaran

"Pak Bram khawatir, apa yang pernah terjadi sama kamu dan dia, terjadi juga pada Papa kamu dan Petty."

"Memangnya sudah sejauh apa hubungan Papa dan Petty, kok sampai segitunya om Bram berpikir?"

"Papa dan Petty kalau ketemu klien, tidak pernah pulang ke kantor, seperti saat aku dampingi Petty, mereka baru melapor, kalau ditanya."

"Seharusnya om Bram gak usah sampai 'Parno' juga sih, kan belum tahu apa yang sudah terjadi."

Marchel tidak ingin cerita soal dia melihat Papanya berpelukan mesra dengan Petty, saat masuk ke lift hotel. Bagi Marchel itu bisa menjadi indikator, hubungan Yanuar dan Petty sudah kebablasan. 

"Ya.. kita sih berharap tidak terjadi apa-apa dengan Papa dan Petty, tapi hubungan Petty dan Papa kan antara om dan keponakan Sha, jadi sangat dekat."

"Apa tujuan mas cerita soal ini sama aku?" selidik Asha

"Supaya kamu tahu lebih awal, dan kamu tidak kaget kalau terjadi sesuatu sama Papa kamu."

"Om Bram tahu gak kalau Yanuar itu Papa aku mas?"

"Pak Bram udah cerita sama Papa kamu, soal siapa isteri aku, dan Papa sudah tahu kalau aku menantunya, tapi, om Bram tidak tahu kalau Yanuar itu Papa kamu."

Di kantor Bram, Yanuar di panggil Bram, karena Bram memutuskan agar Yanuar tidak melanjutkan mendampingi Petty, 

"Yan, mas pikir sebaiknya kamu fokus di Surabaya saja, karena di sana lebih penting." tegas Bram

"Baik mas, kalau memang itu keputusan mas Bram, ada lagi yang ingin disampaikan mas? Kalau gak saya mau langsung pamit." tanya Yanuar

Yanuar sangat merasakan perubahan sikap dari Bram, dia khawatir kalau Bram sudah mencium perselingkuhannya sama Petty, sehingga Bram berusaha menjauhkan dia sama Petty. 

"Gak ada Yan, cuma itu saja." jawab Bram dengan dingin

Setelah pamit, Yanuar langsung keluar dari ruangan Bram. Di luar dia ketemu dengan Petty, dan menceritakan kalau dia disuruh Bram untuk kembali ke Surabaya. Petty merasa kesal dengan keputusan Bram, namun dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. 

Yanuar pulang ke hotel, dan Petty mengikuti Yanuar ke hotel, sehingga dia meninggalkan tanggung jawabnya di kantor. Bagi Petty tiada hari tanpa Yanuar, dia harus menikmati sesuatu sebelum Yanuar pulang ke Surabaya. 

Bram sangat kecewa pada Petty, dia tahu kalau Petty mengikuti Yanuar. Bram benar-benar berkaca pada dirinya sendiri, apa yang sedang dialami Yanuar, adalah sesuatu yang pernah dia lakukan. Sehingga dia tidak bisa marah pada Petty. 

Seakan-akan Petty tidak peduli dengan tanggung jawabnya di kantor. Hanya Marchel yang menguntungkan bagi Bram, anak kandungnya sendiri malah tidak merasa memiliki perusahaan yang di miliki oleh orang tuanya sendiri. 

Di hotel, Melissa melihat Yanuar dan Petty dari kejauhan, saat mereka akan masuk lift. Melissa cerita apa yang di lihatnya pada bi Hana, yang masih menemani Melissa di hotel, 

"Barusan saya melihat Yanuar Han, dengan seorang gadis muda masuk ke hotel ini." cerita Melissa

Mendengar cerita Melissa, Hana segera mengambil ponselnya untuk telepon Yanuar. Bi Hana Dial up nomor ponsel Yanuar, namun tidak aktif, 

"Gak aktif ponselnya Mel, berarti dia masih menginap di hotel ini." ujar Hana

"Siapa kira-kira gadis muda itu Han? Kamu tahu gak?" tanya Melissa

"Manalah saya tahu Mel, pernah ketemu juga gak sama Yanuar." jawab bi Hana. 

Marchel dan Asha masih membahas soal Yanuar dan Petty, Asha mempertanyakan pada Marchel, apakah yang terjadi dengan Yanuar dan Petty itu bagian dari karma perbuatan Bram. 

"Mas.. apakah om Bram akan menerima akibat perbuatannya terhadap aku ya?" tanya Asha

"Hukumnya memang sudah seperti itu Sha, tidak ada yang bisa hindari. Kita sih tidak mengharapkan hal seperti itu terjadi, tapi ketentuan Allah itu sudah seperti itu." jelas Marchel

"Apa dampaknya pada aku mas? Apakah aku pun akan menerima karmanya?" tanya Asha lagi

"Kamu kan korban perbuatannya Sha, dan kamu sudah memaafkannya, tapi kan tidak berarti urusannya sama Allah selesai." jawab Marchel

Asha merasa di hantui ketakutan, dia sangat takut kalau masalah Yanuar dan Petty pada akhirnya akan membuka aib Bram dan Asha, juga menyangkut status anak biologis siapa Brama? Sehingga Asha tidak ingin mempersoalkan hubungan Yanuar dan Petty. 

Marchel juga memberikan saran begitu, untuk sekadar tahu masalah itu, tapi tidak untuk meributkannya. Jika Asha meributkannya, maka aib dia dan Bram pun akan terbuka, dan pada akhirnya semua tahu kalau Brama bukan anak Marchel. 

"Tapi mas, kalau sampai Papa benar-benar dianggap menghamili Petty, dan pada kenyataannya benar, pasti hubungan Papa dengan om Bram, juga dengan isteri Papa sendiri pasti rusak dong." ujar Asha

"Ya pasti ya begitu, tinggal gimana tindakan pak Bram, apakah dia akan tuntut Papa kamu secara hukum atau tidak?"

"Kalau Bram tuntut Papa aku secara hukum, aku juga akan tuntut dia secara hukum, karena juga sudah menghamili aku." ucap Asha emosional

"Kalau gitu, maka akan terbukalah aib kita semua Sha, termasuklah aib kamu sama pak Bram." ujar Marchel

Asha terdiam mendengar ucapan Marchel, karena apa yang dikatakan Marchel adalah benar. Asha mulai berpikir keras, biar bagaimana pun dia harus menutup masa lalunya dengan Bram. 

Bersambung..

Jangan lupa subscribe, review, dan vote-nya, penulis sangat mengharapkan apresiasinya dari para pembaca, karena kelanjutan cerita ini sangat tergantung respon pembaca sekalian..terima kasih sudah membaca cerita saya.

Om Nikah Yuk! - Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang