~ Cerita 36 ~

19 3 2
                                    

Bulan Madu Marchel dan Asha

Setelah tujuh hari kematian Philip, Melissa mengajak Mami Marchel piknik ke Bali. Ikut juga bersama, Marchel dan Asha, yang memanfaatkan moment itu untuk bulan Madu. 

Tidak ketinggalan, ikut juga bik Tum, bi Hana dan Narti. Marchel dan Asha memang sudah memprogramkan untuk berbulan madu, melanjutkan program hamil Asha yang bulan lalu belum berhasil. 

Sebagai laki-laki, Marchel sangat terbebani secara mental, dia dianggap laki-laki yang tidak subur, padahal secara fisik dia sangat sehat, baik secara jasmani, maupun rohani. Gagalnya program hamil Asha, membuat Marchel dianggap bukan ayah biologis Brama.

Marchel benar-benar mempersiapkan diri, mulai dari latihan fisik, maupun mengatur pola konsumsi makanan. Marchel rajin nge-gym, dan olah raga ringan lainnya. Semua panduan tentang meningkatkan kesuburan menjadi program rutin Marchel selama di Bali. 

Bukan cuma itu, cottage pun Marchel dan Asha minta terpisah dari Mamanya. Alasan Asha mereka ingin menikmati bulan madu, yang memang sejak habis menikah belum pernah mereka lakukan. Brama tinggal satu cottage dengan Melissa, begitu juga Narti. 

Marchel dan Asha benar-benar menikmati bulan madu mereka. Bagi Asha dia sudah terbukti tidak bermasalah, karena dia sudah melahirkan Brama, yang menjadi masalah adalah Marchel, karena sejak mereka menikah, Asha tidak kunjung hamil. 

Berbagai gaya bercinta yang dianggap jitu untuk program hamil mereka ikuti. Berbagai ramuan herbal yang dianggap bisa menunjang kesuburan pun mereka konsumsi. Seakan-akan tidak kenal lelah mereka bercinta, asal Asha bisa hamil. 

Marchel dan Asha melepaskan semua beban pikiran, mereka berusaha untuk serileks mungkin dalam bercinta. Bahkan lokasi untuk bercinta pun sangat variatif, bukan cuma di kamar. Lagi berenang berdua di kolam renang cottage yang sangat private, mereka pun bercinta. 

Sedang berada di ruang tamu cottage, mereka pun bercinta di sofa ruang tamu. Tidak ada waktu tanpa bercinta bagi Marchel dan Asha, kali ini mereka tidak ingin gagal lagi, program hamil Asha kali ini haruslah sukses. 

"Mas, dimana lagi nih tempat bercinta yang efektif buat program hamil, coba mas browsing deh siapa tahu ketemu inspirasi yang lain." pinta Asha

"Yang penting Sha, kita sudah ikhtiar untuk program hamil, kalau masih gagal juga kita terus aja usaha, pokoknya kamu harus hamil, kalau gak aku bisa malu sama Mami Sha." ujar Marchel

"Sekarang ini moment yang tepat mas, aku sangat menikmatinya mas, aku terpuaskan sangat maksimal." 

"Itu dia anehnya Sha, padahal kamu selalu klimaks ya, tapi kok tetap gak hamil ya? Semoga kali ini kamu bisa hamil ya Sha?"

"Makanya mas, kamu harus rileks melakukannya, jangan terlalu tegang, dan takut aku gak hamil."

"Wah.. aku udah rileks banget Sha, kamu berkali-kali pelepasan aku belum apa-apa."

Sementara di cottage Melissa, Marchel dan Asha menjadi pembicaraan Mami Marchel, 

"Itu Marchel padahal secara fisik sangat sehat, tapi saya heran kok Asha tidak hamil." ujar Mami Marchel

"Kita doain aja bu, semoga pulang dari Bali, Asha bisa hamil bulan depan, kan sudah terbukti sebelumnya bahwa Marchel sehat, makanya juga Brama lahir." jelas Melissa

Melissa mengambil Brama yang sedang diasuh Narti, dia membawanya kehadapan Mami Marchel, 

"Coba ibu lihat wajah Brama, kulitnya, matanya, dan juga hidungnya persis Marchel, rambutnya subur seperti Asha." Melissa memamerkan Brama pada Mami Marchel

Mami Marchel melihat ke arah Brama dengan pasat, untuk memastikan apa yang dikatakan Melissa tentang Brama. Pada kenyataannya, meskipun Brama bukan darah daging Marchel, namun kemiripan Brama dengan Marchel tidak bisa dipungkiri, seperti apa yang dikatakan Melissa. 

"Marchel pastinya sangat terbebani sebagai suami bu, karena Asha belum juga hamil, tapi Asha tidak terlalu mempersoalkannya, karena dia juga harus melanjutkan kuliahnya."lanjut Melissa

"Ya makanya saya bilang sama Marchel, faktor gen Papinya bisa saja jadi penghambatnya, karena Marchel itu lahir, setelah 15 tahun pernikahan kami." jelas Mami Marchel

"Kalau saya juga begitu bu, setelah Asha lahir, dengan suami kedua, saya juga tidak hamil-hamil, sampai kami bercerai." cerita Melissa

"Nah itu... jadi faktor genetik sangat mungkin jadi penyebabnya." timpal Mami Marchel

Marchel sebagai lelaki memang sangat tangguh, saking bersemangatnya dia ingin Asha hamil, dia tidak kenal lelah untuk bercinta dengan Asha, sampai Asha kewalahan melayani Marchel. Berbagai cara dan tempat sudah mereka coba, sesuai dengan petunjuk yang mereka dapat dari berbagai info. 

"Mas kayaknya besok lagi ya kita lanjutkan, aku udah capek banget nih," ujar Asha

"Yah.. tergantung mood aja ya Sha, gak kudu juga sih, mas juga udah capek juga." dalih Marchel

Betapa Marchel dan Asha sangat terbebani dengan program hamil Asha, padahal seharusnya mereka bisa lebih santai untuk menjalankan program kehamilan, tidak terbebani oleh tekanan Mami Marchel, yang sangat tidak bisa menerima Brama sebagai anak Marchel. 

Liburan ke Bali itu sangat dimanfaatkan Marchel untuk relaksasi, setelah kepergian Papinya. Ini merupakan liburan mereka paska kematian Philip, dan sesuai dengan rencana Marchel dan Asha sebelum kematian Philip. 

Terlepas dari itu semua, bagi Marchel dan Asha, liburan itu memang sangat diperlukan mereka sebagai pasangan yang masih muda. Karena selama tinggal di pondok indah, Marchel dan Asha jarang sekali bercinta. 

Sebagai laki-laki, Marchel sangatlah perkasa, dia sangat mampu memberikan kepuasan pada Asha. Hanya saja sayangnya Marchel tidak 'Tokcer', sehingga sejak resmi menikah dengan Asha, Asha tak kunjung hamil. Padahal Asha sudah tidak menggunakan kontrasepsi. 

Melissa minta pada Mami Marchel, agar tidak terlalu membebankan Marchel dengan kehamilan Asha. Namun karena ketidakpercayaan Mami Marchel terhadap kehadiran Brama, maka dia selalu meminta Marchel untuk membuktikan, kalau Marchel bisa memberikan Asha anak. 

Menurut Melissa, soal kehamilan itu adalah hak prerogatif Allah, hanya ketentuan Allah yang bisa menentukan seseorang bisa hamil atau tidak, tidak ada yang perlu dipaksakan, biarkan semua berproses secara alami. 

"Mas, kamu juga gak usah terbebani soal ini, aku gak tega juga sama kamu, yang sanggup melakukan apa aja, agar aku hamil."

"Aku cuma tidak percaya aja Sha, kalau aku tidak bisa membuahi rahim kamu, padahal aku sehat secara jasmani."

Marchel terdiam sejenak setelah mengucapkan kata-kata itu, dia seakan-akan merasa ada yang kurang dengan dirinya. Padahal dia sangat percaya diri, kalau dia adalah laki-laki yang subur, makanya saat dijebak Petty, dia sudah mengamankan dirinya agar Petty tidak hamil. 

"Kan kamu sendiri yang bilang, soal aku hamil atau tidak itu karena kuasa Allah, yaudah yakini saja itu mas, gak usah ngoyo juga kita untuk mendapatkan anak." Pungkas Asha

Bersambung..
Jangan lupa subscribe, review, dan vote-nya, penulis sangat mengharapkan apresiasinya dari para pembaca, karena kelanjutan cerita ini sangat tergantung respon pembaca sekalian..terima kasih sudah membaca cerita saya.

Om Nikah Yuk! - Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang