~ Cerita 31 ~

21 3 0
                                    

Pirasat Bram Soal Yanuar

Pagi keesokan harinya, Yanuar dan Petty di tanya Bram, "Gimana prospek ketemu klien hari ini? Kamu gak entertain klien kan Pet?" tanya Bram

"Ya gak lah pap, tanya om Yanuar aja, kan om Yan dampingi Petty terus kok." jawab Petty

"Dari beberapa klien yang kita temui, cukup memberikan prospek yang bagus kok mas.., kita lihatlah minggu depan." jelas Yanuar

Bram cukup senang mendengar penjelasan Yanuar, namun Bram tidak tahu seperti apa Yanuar dan Petty di belakang Bram. Yanuar dan Petty seperti menggenggam bom waktu, yang pada saatnya akan meledak, dan menghabiskan mereka semua. 

Sebagai adik ipar Bram, Yanuar tidak bisa menempatkan dirinya, dia kencani keponakan isterinya sendiri, tanpa memikirkan resikonya. Sementara Bram sendiri sedang menghadapi 'karma' perbuatan yang dilakukannya terhadap Asha. 

Bram dan Yanuar akan sama-sama sakit akibat perbuatan mereka sendiri. Kalau saja suatu saat Yanuar tahu, bahwa anak kandungnya dihamili Bram, dan Bram tidak bertanggung jawab. Betapa sakitnya Bram bila suatu saat ternyata Petty hamil karena perbuatan Yanuar. 

Di luar kantor, Yanuar dan Petty terus melakukan kencan. Yanuar seakan-akan mendapatkan amunisi baru untuk melampiaskan hasratnya. Begitu juga dengan Petty, yang merasa mendapatkan lawan tanding yang sangat berpengalaman, sehingga dia hanyut dalam cinta terlarang. 

Marchel masih belum masuk kantor, karena masih dalam suasana berduka. Di rumah, Marchel dan Asha hanya berusaha untuk menghibur Mami. Mereka berusaha untuk membuat Mami senang, memenuhi apa pun yang diiginkannya. 

Asha menghampiri Mami Marchel di ruang tamu, "Mami hari ini mau Asha masakin apa? Biar bik Tum bisa belanja kepasar." tanya Asha

"Mami ingin makan ikan bakar, sama sayur asem aja Sha, makan sorenya juga itu aja." jawab Mami 

"Yaudah, buah-buahannya apa? Atau Asha bikinkan 'desert' ya mi?" usul Asha

"Apa aja boleh Sha.. Mami ikut selera kamu aja."

Asha kordinasi dengan bik Tum, sementara Marchel sibuk dengan laptopnya di meja kerja Papinya, di ruangan tengah. Marchel masih terpikirkan tentang hubungan Yanuar dan Petty, dia begitu mengkhwaatirkan akibatnya. 

Ada keinginan Marchel untuk bertemu dengan Bram, dia ingin membicarakan soal saham Papinya di perusahaan Bram. Marchel merasa kalau Petty sebagai penerus Bram, tidak fokus dalam menjalankan amanah Bram. 

Marchel seperti kontak batin dengan Bram, karena sejurus kemudian Bram telepon Marchel, Marchel mengangkat ponselnya yang berada di dekat laptop, 

"Ya pak Bram, apa kabar pak?"

"Baik Cel.. kamu ada waktu gak hari ini, saya mau bicara soal saham pak Philip."

"Siap pak!! Kebetulan hari ini saya masih belum masuk kantor pak."

"Bisa gak sebelum makan siang ke kantor?"

"Bisa pak, sebentar lagi saya jalan ke sana."

Marchel mengakhiri percakapannya dengan Bram, dan Marchel membenahi meja kerjanya untuk siap-siap ke kantor Bram. Marchel menuju ke kamar untuk berganti pakaian, Asha menyusulnya ke kamar, 

"Mas mau kemana? Tadi yang telepon om Bram ya?" tanya Asha

Sambil pakai sepatu, Marchel menjawab pertanyaan Asha, "Ya Sha, dia minta aku ke kantornya sekarang, dia mau bicara soal saham Papi di perusahaannya." jawab Marchel

"Kalau ketemu Petty, jangan dilayani mas..," pesan Asha

"Ya.. semoga gak ketemu deh, yaudah aku jalan ya." Pamit Marchel sambil mencium kening Asha. 

Marchel pamit sama Maminya yang masih duduk diruang tamu,"Mi.. Marchel ke kantor pak Bram dulu ya, mau bicara soal saham Papi." pamit Marchel sambil mencium tangan Maminya. 

Marchel keluar menuju depan rumah, mobil sport peninggalan Papinya sudah standby di depan rumah. Marchel sengaja menggunakan mobil itu, untuk menyesuaikan dengan penampilannya. 

Mobil Marchel meluncur di jalan Raya Pondok Indah, menuju ke kantor Bram. Marchel mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia sangat menikmati mengendarai mobil itu, terbayang ucapan Papinya, yang meminta dia mengendarai mobil sport kebabanggaan Papinya. 

Berkali-kali Marchel menolak fasilitas itu, sekarang dia baru menikmatinya. Ternyata Papinya benar, bahwa kadang-kadang penampilan itu penting, tidak bisa di bilang kalau tidak penting. Pada kenyataannya, Marchel memang membutuhkan itu. 

Mobil Marchel sudah memasuki gedung perkantoran Bram, dia memarkirkan mobilnya di halaman depan. Para sekuriti tidak menyangka dengan kedatangan Marchel, karena penampilannya sudah sangat berbeda. 

Sebelum masuk ke gedung, Marchel beramah-tamah terlebih dahulu dengan sekuriti dan karyawan yang ada di depan. Marchel langsung menuju ke lift, dan naik menuju ke lantai ruangan Bram. 

Kedatangan Marchel sudah ditunggu Bram, hanya Bram yang ada di ruangan itu. Bram membuka pembicaraan, "tadinya saya tidak ingin ganggu kamu, karena masih dalam suasana duka." tutur Bram

"Gak apa-apa sih pak, saya di rumah juga cuma menyelesaikan amanat Papi aja kok." balas Marchel

Bram menarik napas sejenak, "Begini Cel, ada dua hal yang ingin saya bicarakan sama kamu, pertama Soal saham Papi kamu." ucap Bram, "Yang kedua ini juga penting, ini soal Yanuar." lanjut Bram. 

"Ada apa dengan Yanuar pak? Bukankah dia masih keluarga Bapak?" tanya Marchel

"Mungkin ini cuma firasat saya, saya menilai dia atas dasar perilaku saya sendiri..," ucap Bram 

"Maaf pak, saya kurang mengerti maksudnya?" tanya Marchel lebih penasaran

"Kamu kan tahu saya, bahwa saya menyukai wanita seusia Asha, sehingga terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan. Saya kuatir hal itu dialami oleh Petty." 

"Ya sebaiknya bapak tidak memikirkan kalau hal itu akan terjadi, atau sebaiknya mempersiapkan mental kalau itu sampai terjadi." usul Marchel

"Ya saya sadar, bahwa ada yang namanya Karma perbuatan, apa yang pernah kita tanam, itulah yang akan kita tuai."

"Benar pak, seperti itulah hukum Tuhan yang berlaku di dunia, yang dibilang sebagai hukum karma. Siap tidak siap, bapak harus siap menerima, kalau sampai itu terjadi."

Bram sudah punya firasat dari melihat gelagat Yanuar dan Petty, dia merasa ada yang tidak wajar diantara keduanya. Namun dia juga menyadari perilakunya sendiri, dan tahu kalau ada karma dari setiap perbuatan. Tapi Bram agak sulit menerima kalau hal itu terjadi pada dirinya. 

"Saya ingin menghentikan campur tangan Yanuar, dalam hal membimbing Petty, saya kuatir mereka kebablasan." tambah Bram

"Itu salah satu solusinya pak, kalau memang ada indikasi yang kurang baik dari kerjasama Yanuar dan Petty." jelas Marchel

"Soal saham Papi kamu gimana? Apa kamu yang akan meneruskan menjadi Komisaris di perusahaan ini?"

"Bisa saja begitu pak, biar tidak putus tali silaturahmi saya sama bapak."

"Sepakat Cel, kalau gitu ganti mama kepemilikan saja ya, nama pak Philip, di ganti dengan nama kamu."

Setelah ketemu kesepakatan, dan tidak ada lagi yang perlu dibicarakan dengan Bram, Marchel langsung pamit pulang. Saat Marchel keluar dari ruangan Bram, sepintas Yanuar melihat Marchel, Yanuar langsung menghindar. 

Yanuar sudah tahu dari Bram, kalau Marchel suami anaknya, Asha. Dia tidak ingin ketemu dengan Marchel. 

Bersambung..

Jangan lupa subscribe, review, dan vote-nya, penulis sangat mengharapkan apresiasinya dari para pembaca, karena kelanjutan cerita ini sangat tergantung respon pembaca sekalian. Terima kasih sudah membaca cerita saya.

Om Nikah Yuk! - Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang