6

27 11 0
                                    

Dengan perlahan bulan sabit memulai melenyapkan eksistensinya. Seakan mengerti ini adalah waktunya dia untuk pergi dan membiarkan matahari bersama dengan bumi.

Terlihat seorang wanita masih tengah asik didunia mimpinya padahal ini sudah hampir pukul tujuh pagi, tapi tidak ada pergerakan sedikit pun dari sang objek yang memberikan tanda bahwa ia akan segera bangkit dari tidurnya.

"Hallo nyonya, maaf saya mengganggu nyonya pagi-pagi tapi anu nyonya itu- em non Zia sepertinya tidak sadarkan diri nafasnya juga sangat sedikit nya." Ucap bi minah pembantu rumah keluarga Chasanah Dengan nada paniknya.

"Bi jangan membuat saya panik dong, saya baru sampai dibutik loh ini." Ucap bunda moana was-was, bunda moana sengaja berangkat lebih pagi ikut dengan papah Zidan karna akan ada seorang perancang busana terkenal yang akan berkunjung kebutiknya pagi ini, jadi Moana menitipkan Kenzia pada bi minah untuk membangunkan Kenzia dan memberinya sarapan.

"Sumpah nyonya saya tidak bohong, bagaimana ini? Luka diwajahnya non Zia juga semakin membengkak nya." Ucap bi Minah yang membuat Moana semakin merasa kalut dan panik, walaupun anaknya bandel dan sangat menjengkelkan tapi yang namanya seorang ibu mau bagaimana pun kelakuan anaknya dia akan tetap menyayangi anaknya. apalagi Ken adalah anak satu-satunya dari Moana dan Zidan.

"Saya pulang sekarang juga bi, bibi cepat telpon dokter sekarang." Ucap Moana dengan panik.

Disekolah tepatnya dikelas MIPA -1 sudah sedikit hening sekarang, mungkin karna sala-satu mood booster kelas ini tidak masuk hari ini ntah karna apa.

"Kenzia Chasanah."

"Gak ada kabar Bu." Ucap violet. "Sosial medianya juga gak ada yang aktif." Lanjutnya.

Bu Leni melirik Erlingga, Erlingga yang merasa ditatap ah ralat merasa seperti diinterogasi malah membuang wajah malas. "Zia kemana Erlingga? Saya yakin kamu pasti tau."

"Ko ibu percaya diri banget saya tau keberadaan makhluk astral satu itu? Mana saya tau lah bu."
Ucap lingga dengan malas.

"Kamu itu ya! Cepat telpon." Ucap Bu Leni guru matematika paling galak.

"Telpon siapa si Bu?" Ucap lingga masih tidak minat.

"Bapak kamu. Ya Zia lah er gimana sih kamu." Ucap Bu Leni sambil membenarkan kaca matanya yang melorot, Bu Leni ini adalah sala satu guru yang anti jika ada anak ajarnya yang tidak masuk sekolah tanpa keterangan.

"Kok saya sih Bu?"

"Ya terus siapa lagi? Mang Pele? Yaudah sana kamu suruh mang Pele telpon Zia."

"Ck. Iya-iya." Akhirnya Erlingga mengalah, mengambil ponselnya lalu menelpon nomor Zia. Sebenarnya yang menyimpan nomor Zia diponselnya Erlingga itu adalah Tante Moana bukan Erlingga.

Dokter keluarga Chasanah datang tepat saat Moana datang, akhirnya mereka barengan masuk kedalam kediaman Chasanah tepatnya ke kamar Kenzia.

Ceklek

"Bi? Gimana keadaan Ken?" Tanya Moana dengan panik sambil berlari kecil menghampiri putrinya yang masih menutupkan matanya dengan wajah yang sudah pucat dan lukannya yang membengkak.

"Masih sama nya belum bergerak dari tadi."
Ucap bi minah dengan khawatir.

"Dok cepat periksa anak saya dok, saya Gamau anak saya kenapa-kenapa."

"Baik Bu."

Drrrtt...drttt...drttt...

Moana mengambil ponsel anaknya yang bergetar diatas meja nakas, terlihat nama orang yang memanggil nya.

'Cing-cang-keling'

Moana mengernyit dahinya bingung lalu mengangkat sambungannya. "Hall-

"Heh Zia! Lo kenapa gak masuk ha?!? Oh gue tau Lo pasti lagi bolos kan diwarjok?! Sini masuk Lo. Heran gue betah banget Lo diwarjok emang tuh setan seganteng apa sih sampe Lo betah banget disana? orang mati malah ditemenin lagi Lo jadi orang baik banget sih Lo tapi sayang gak guna. Udah sini balik kekelas." Ucap lingga dengan keras tanpa sepasi.

"el?"

Deg.

TBC.

Lingga [ON GOING]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang