1️⃣

69 10 5
                                    

"Tian, cepetan ayo," ucap Ben yang bersandar malas-malasan pada pintu Kelas XI-IPA 1. 

"Ah, lama banget, cepetan buru," katanya lagi.

"Eh Bang Ben, abang-abangku udah keliatan belom?" tanya Kamal. 

"Udah itu,.. Tian cepet lah, ah sengaja emang," gerutunya. Tian yang paham betul gelagat temannya itu malah sengaja berlama-lama dengan kegiatannya merapikan buku di meja dan memasukkannya ke dalam tas.  Tian baru berjalan ke luar bersama dengan Kamal ketika dia melihat dua kepala orang dari balik jendela.

Dua pasang kaki yang lain berjalan mendekat ke arah kelas XI-IPA 1  juga. Dua orang itu adalah Arjuna dan Abian, abang-abang yang dimaksud Kamal tadi. 

"Hayo pada ngapain ini kumpul-kumpul depan kelas," kata yang paling tua di antara kelimanya. 

"Yah, biasalah, mau kemana lagi emangnya kak," jawab Tian.

"Pada mau Jumatan di mushola sekolah apa di masjid deket Baksoan?" tanyanya lagi.

"Jumatan di Masjid aja yuk bang, tar habis jumatan ngebakso kita wkwkwk," ajak Kamal.

"Boleh deh yuk. Tian sama temennya ikut yuk," ajak Ajun. 

"Iya ini mau ikut, ntar aku tunggu sambil jajan pangsit dulu." Tian mengiyakan ajakan kakak kelasnya itu tanpa menanyai temannya yang satu lagi apakah dia mengiyakan atau tidak. Soalnya ya pasti ikut-ikut aja dianya.

Mereka berlima akhirnya jalan bareng ke arah Masjid yang letaknya di depan gang, berkumpul dengan pusat penjual jajanan kaki lima kawasan Sekolah Menengah Atas Negeri itu. Masjidnya ramai, beberapa gerobak pedagang pun juga ramai. Sebagian ada yang tutup sejenak dan ikut salat Jumat di masjid, yang muslim.

"Eh udah azan, ini nanti duduk sebentar udah mulai iqomah, ayok cepet," kata Abian. Akhirnya mereka berlima pecah jadi dua, yang tiga lanjut jalan ke masjid, yang dua nepi di gerobak pangsit.

"Tian rese banget, sengaja kan," ucap Ben, yang kalau ku sebut nama lengkapnya kalian bakal 'Oh' aja. Benedict Arsen Juana. 

"Eh ya ampun, jangan marah dong, katanya mau kenal sama Kak Ajun," katanya membela diri.

"Ah nggak gitu caranya, tadi mesti jelas banget kitanya, Kak Ajun kalo risih gimana? Belom jadi kenalan udah risih duluan," katanya dengan muka bete.

Keduanya kini duduk di kursi yang disediakan abang penjual pangsit bakar. Sambil menunggu pesanan, sambil memantau yang sedang Jumatan di masjid, soalnya emang keliatan dari luar.

"Loh ini berdua nggak Jumatan?" tanya si penjual pangsit.

"Hehe, enggak bang dia Katholik, saya Kristen," jawab Tian. Kesannya memang kurang sopan menanyakan perihal keyakinan, tapi mereka maklum lah. Lagi pula abangnya juga nanya mungkin karena memang tidak tahu.

Pangsit bakar pesanan mereka sudah jadi. Satu tusuk isinya lima. Tian beli pangsit isi seafood sedangkan Ben beli pangsit isi ayam. Harga pangsit per-tusuknya sepuluh ribu sampai lima belas ribuan, tergantung isiannya apa. 

Asik menikmati jajanannya, jamaah masjid udah keliatan pada bubar. Kebanyakan memang isinya anak-anak dari SMA-nya. Sebab tiap hari Jumat, bagi mereka baik kelas X sampai kelas XII wajib ikut kegiatan Pramuka. Jadi mereka yang rumahnya jauh dari sekolah memang pilih tetap melakukan kegiatan di sekitarannya sebelum jamnya Pramuka nanti jam 14.00.

Tiga orang titan berwujud manusia, alias Ajun, Abian dan Kamal balik menghampiri mereka berdua.

"Yok, langsung ke baksoan, ntar keburu jam dua," kata Ajun. Dia daripada keempat orang itu soalnya harus siap duluan untuk kegiatan Pramuka, soalnya dia itu Pemangku Adat juga Dewan Kehormatan, jadi ya gitu, sibuk lah.

ANAK PRAMUKA: Ajun & BenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang