Niskala 6 : Lendir Hitam

77 10 11
                                    

Mini note : Hi! Selamat menjalani hari sabtu yang menyenangkan ;)
-LustRee-

####

Jika ada perlombaan untuk mengukur sebuah ketidakberuntungan yang mungkin didapatkan seseorang, maka aku pasti dinobatkan sebagai kandidat terkuat untuk kategori : Manusia yang selalu terkena sial (tanpa alasan jelas) di manapun ia berada.

Setelah hari panjang melelahkan kulewati, aku dikejutkan dengan penampakan kamar tidurku yang begitu berantakan dengan cairan hitam kental berceceran di mana-mana. Aku bahkan tidak memiliki sisa tenaga untuk marah. Cairan itu mengeluarkan bau anyir yang memuakkan hingga aku terpaksa harus tidur di sofa.

Ibu membantu membersihkan di pagi berikutnya dengan sikat dan larutan pembersih kerak toilet. Cairan hitam yang menempel terasa seperti lem, begitu kental dan lengket. Cukup sulit membersihkannya walau digosok kuat-kuat. Sepanjang pagi kami menghabiskan waktu untuk mengkeruk pada tiap sisi dinding dan lantai kamar.

Aku menatap langit-langit, berpikir tentang apa kiranya yang menyebabkan benda menjijikkan itu sampai menetes kebawah. Ibu mengatakan jika mungkin ini adalah kotoran kelelawar, dan jika memang benar, maka pasti kelelawar itu berjumlah ratusan dan entah mengapa mereka mau repot-repot masuk melalui celah jendela hanya untuk buang tahi di sini.

Bukan hanya itu, letak beberapa barang juga terlihat berbeda dari sejak kutinggalkan. Seperti urutan buku-buku di rak, aku selalu menatanya sesuai abjad dan kini tatanannya teracak. Kemudian posisi bantal dan selimutku yang tiba-tiba terlipat rapi. Juga tentang pajangan foto di atas meja, entah bagaimana kini berganti arah.

Aku merasa seolah ada seseorang yang telah mengorak-arik kamar ini kemudian mencoba menatanya kembali. Namun dia terlalu buru-buru hingga meninggalkan jejak yang mudah kusadari. Aku yakin ini bukan pekerjaan ibu, ibu tidak punya waktu hanya untuk membereskan kamar tidurku. Apalagi Marrie, bocah itu tidak mengerti tentang konsep peduli dan rapi.

Lantas siapa yang sudah masuk kemari?

"Ada sesuatu yang kau pikirkan, Mike?"

Aku sempat gelagapan, ibu tampak khawatir memperhatikanku dari ujung ruangan sedang bergulat dengan pikiranku sendiri.

"Tidak ada Bu," aku menyahut dengan suara yang berusaha kutenangkan. 

Awalnya ibu terlihat tak percaya, ia ingin mendesak namun urung ketika aku mulai membahas hal lain.

"Apakah ibu mendapat kabar ayah?"

"Iya, sesaimpainya di kota kemarin ia langsung menelpon. Dia bilang masalah bisnisnya perlahan mereda."

"Apa itu berarti kita akan kembali ke kota lebih cepat?"

Tampaknya ibu menangkap urgensiku. "Apakah kau tidak suka di sini?"

"Suka, tapi tidak terlalu."

"Kenapa?"

Aku diam sebentar. Tidak mungkin kuceritakan pada ibu tentang segala keresahan yang kualami karena anomali Desa Lumia. Dengan ketidaktahuannya saja, ibu yang sekarang tampak lebih kelelahan ketimbang ketika kami masih tinggal di kota. Perempuan itu memiliki bebannya sendiri dan aku tidak berencana untuk menambahnya lagi.

"Mungkin karena ini adalah lingkungan baru. Kurasa jika aku sudah terbiasa, hidup di desa atau di kota akan sama saja."

Bohong. Itu jelas sebuah dusta besar.

"Syukurlah," ibu tersenyum lembut kemudian beranjak untuk mengambil cairan pembersih dan menyemprotkannya pada sisa-sisa kerak di dinding.

Aku kembali menggosok lantai, masih merenungkan bagaimana lapisan lengket ini bisa masuk kamarku. Hal yang sedaritadi mencokol di dalam kepala adalah sebuah pertanyaan sederhana : Kenapa hanya tempat ini saja dari sekian banyak ruangan di rumah?

NISKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang