Nah.. minna-sama. Maaf ya, kalau aku pakai kata 'onni-chan' karena bagiku itu imut. Gempa akan memanggil Hali dengan 'nii-san'.
Ok Langsung Sahaja!!
SELAMAT MEMBACA
Warning: gaje, abal, OOC, no power, no alien, typo(gak
tanggung-tanggung typonya bisa sampai satu kata) dan
beragam genus dan family(?)kesalahan lainnya..
.
Penyesalan memang selalu datang belakangan. Itulah kiasan yang tepat untuk kehidupan yang dijalani Halilintar dan Gempa sekarang. Sejak kematian Taufan 3 tahun yang lalu, Halilintar sering mengunci diri di kamar dan tidak pernah mengikuti semua kegiatan ekstra kulikuler. Ia memang tersenyum seperti yang permintaan terakhir Taufan. Tapi setiap kali ia tersenyum ia merasa hatinya berat dan hampa.
Lain Halilintar lain juga Gempa. Gempa memang tetap ramah kepada semua orang namun ia sangat kecewa dan tak bisa memaafkan kakaknya. Ia selalu menghindar jika bertemu Halilintar. Bahkan mereka jarang sekali bertemu, Gempa mengikuti banyak kegiatan ekstrakulikuler. Ia bahkan menjadi
anggota OSIS di SMP pulau rintis. Mereka tak pernah lagi makan satu meja. Bahkan Gempa selalu membawa makanannya ke kamarnya dan memakannya disana jika ia melihat Halilintar datang dan akan makan di meja. Setiap pulang sekolah ia rutin mengunjungi makam Taufan. Seperti hari ini ia mengunjungi
makam Taufan sepulang sekolah.Gempa mengelus batu nisan adik tercintanya itu. Ia menyesal tak bisa menemaninya ke taman dan memilih kegiatan di sekolahnya. Ia juga kecewa karena kakaknya tak mau menemani Taufan, hingga membuatnya pergi ke taman sendirian dan
berakhir dengan kecelakaan yang merenggut nyawa adik kecilnya. Air matanya menetes ketika mengingat kenangannya dengan Taufan. Berat sekali rasanya, setelah kehilangan Kedua orang tuanya. Ia juga harus kehilangan adik kecilnya. Masih terpatri dengan sempurna di ingatan Gempa ketika ia
mendengar kabar kematian adiknya.Flashback...
Hari ini hari libur, namun Gempa masih pergi kesekolah untuk mengikuti kegiatan pramuka. Ia entah mengapa merasa berat untuk berangkat ke sekolah. Perasaannya tak enak. Ia ingin kembali kerumah namun kegiatannya juga penting. Ia tak bisa
pergi begitu saja karena ia adalah ketua regu. Ia harus
mempersiapkan semuanya untuk jelajah alam dan berkemah, yang akan dilaksanakan 1 minggu kedepan. Ia harus menyiapkan semuanya."Gempa, semua sudah siap?" tanya kakak pembina yang sedang mengawasi kegiatan murid-murid SD pulau rintis.
"Belum kak ada yang kurang. Kita kekurangan beberapa kayu dan 1 tenda" kata Gempa kebingungan.
"Ohh.. coba kau cari kegudang, mungkin disana ada" ucap kakak pembina itu memberi saran.
"Baik. Terimakasih kakak pembina"
"Sama-sama""
Gempa segera pergi ke gudang dan mengambil keperluannya. Setelah mencari-cari ia hanya menemukan sediki kayu dan 1 tenda. Gempa kembali menuju lapangan untuk mengumpulkan keperluannya. Ia berjalan lambat, di kejauhan ia melihat kakak pembinanya sedang berbicara dengan seseorang. Ia masih tetap berjalan, sampai ia bisa mendengar percakapan mereka.
"Kau harus memberi tahunya. Adiknya meninggal."
DEGG.. perasaannya jadi tak enak. Meski ia tak tahu adik siapa yang meninggal Gempa merasa hatinya sakit. Seperti de javu perasaan yang dirasakannya saat mendengar berita kematian kedua orang tuanya kembali menerpanya.
"Eh.. Gempa. Sejak kapan kau disitu?" ucap kakak pembina gugup. Ia ingin memberi tahu kematian adik Gempa dengan perlahan karena Gempa masih kecil dan baru saja kehilangan kedua orang tuanya namun jika ia telah mendengar percakapan mereka..
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother's smile and I'm sorry
RandomGempa masih menyesal dengan sikap egoisnya saat Halilintar masih hidup. Karena sikapnya itu, Halilintar pergi meninggalkannya. Tapi akankah hari-harinya berubah setelah bertemu dengan seseorang yang seumuran dengannya? Ditambah dia adalah kakak tiri...