Killer

5 1 0
                                    

https://pin.it/vm53uaL, basis on this pin.

...

Ryan menatap langit malam bersama dengan Giselle, anak gadis konglomerat calon korbannya kali ini.

"Nee, Ryan nii-chan, kenapa nii-chan menjadi pembunuh bayaran?", Giselle menatap penasaran mata indah Ryan yang berkilau disinari cahaya bulan.

Ryan menerawang. Mencoba mengingat-ingat.
"Kalau tidak salah ingat... Penyebab aku menjadi pembunuh bayaran sekitar 15 tahun lalu. Saat aku masih seorang bocah 10 tahun."

Giselle memeluk boneka kesayangannya, merebahkan kepalanya ke pangkuan Ryan. "Ryan nii-chan, ceritakan kisah nii-chan untuk pengganti dongeng sebelum tidur."

Ryan mengelus lembut rambut emas Giselle. "Baiklah. Tapi ingat, ini bukan cerita bahagia. "

15 tahun sebelumnya...

Seorang anak laki-laki dengan tatapan kosong dan tangan berlumur darah menatap rumahnya yang terbakar hebat dari kejauhan.

"Bersenang-senanglah di neraka, Mama, Papa. Aku tidak akan pernah merindukan kalian.", Gumam anak laki-laki itu. Ia kemudian menyanyikan lagu kematian bermakna mengerikan karangannya sendiri.

Sampai seseorang menganggu.

Ryan, anak laki-laki itu menoleh ke belakang. Mendapati seorang pria bertopeng dan memakai pakaian serba hitam. "Kamu siapa?"

"Reaksimu terlalu janggal untuk bocah 10 tahun. Sekejam itukah orang tuamu sampai kau tak punya emosi?"

"Jangan balik bertanya. Kau siapa?", Ryan menghunus pisau lipat berdarah yang sedari tadi ia simpan dalam saku bajunya.
Pria bertopeng itu terkekeh. Membingungkan Ryan.

"Panggil saja Mr.M, Ryan."

Ryan terbelalak. "Mr.M?! Pembunuh berantai di koran itu?!"

"Yeah. Itu aku."

Mr.M menyangka Ryan akan lari menyelamatkan diri mengetahui seorang pembunuh berantai berdiri dihadapannya. Namun tidak, Ryan malah tersenyum semakin lebar dan berlari memeluk Mr.M.

Reaksi yang sangat tidak terduga.

"Mr.M, kau adalah idolaku! Inspirasiku! Aku sungguh bahagia bertemu denganmu! Mr, Mr tahu tidak kalau aku membunuh orang tuaku sama persis dengan cara Mr.M membunuh?"

Melepas pelukannya, Ryan mulai bercerita tentang orang tuanya yang kejam.

"Sejak dalam kandungan, Mama membenciku. Dia tidak menginginkan aku lahir. Melakukan aborsi namun gagal, membuatku cacat. Menganiayaku, menelantarkanku. Berkali-kali mencoba membunuhku."

Mr.M mendengarkan.

"Papa hanya mencegah Mama membunuhku. Selebihnya dia tidak peduli. Terkadang, dia juga ikut menyiksaku. Bahkan lebih parah. Lihatlah, Mr.M, semua luka-lukaku."

Ryan melepas atasannya. Tubuhnya kurus kering, memar dan lebam dimana-mana. Ada pula bekas sayatan benda tajam. Menyibak poni di mata kirinya, terlihatlah matanya yang buta dikarenakan luka bakar.

Mr.M dibalik topengnya tersenyum miris. Dengan hati-hati berlutut dan memeluk Ryan.
"Aku benci mengetahui bahwa ada orang tua kejam yang menghancurkan anak mereka. Untuk melampiaskan rasa benci itu, aku membunuh mereka semua. Dan target kebencianku kali ini adalah orang tuamu, Nak."

Ryan balas memeluk Mr.M, "Mr kali ini tidak perlu mengotori tangan Mr sendiri. Aku sudah melakukannya untuk Mr."

Mr.M melepas jubahnya dan memakaikannya pada Ryan. Kemudian menggendong bocah itu. "Kau tahu Nak? Aku dari pertama kali melihatmu sudah mengetahui bahwasanya kau lahir ke dunia ini untuk menumpahkan darah para pendosa. Bagaimana kalau kau ikut denganku? Dan bersama-sama kita menyelamatkan anak-anak yang tersiksa dengan membunuh orang tua kejam di dunia ini?"

Untuk pertama kali, mata Turquoise itu menyaratkan sinar kehidupan. Berbinar-binar Ryan mendengarnya.

"Em. Mari bersama-sama kita membunuh mereka semua!"

Flashback end

"Begitulah sejauh yang bisa kuingat. Bukan kisah bahagia kan?", Ryan menunduk menatap Giselle.
Gadis kecil itu telah tertidur pulas memeluk boneka kesayangannya. Ryan terkekeh, mencubit pipi gembul Giselle.

"Ryan, kita sudah selesai. Antar anak itu ke panti asuhan."

Tiba-tiba saja muncul pria tampan kotor oleh darah. Ryan menggendong Giselle dan mengangguk pada pria itu.

"Baik, Master Murder."

..

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Joy & SadneesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang