Part 1 - Kim Taeoh

740 82 4
                                    

Pukul enam lewat tiga puluh menit. Jongin bergegas meninggalkan ruang kerjanya, seharusnya ia sudah meninggalkan ruang kerjanya sejak pukul lima sore, namun karena hari ini adalah hari Jumat, yang mana ia akan libur di hari Sabtu dan Minggu, ia rela pulang lebih lambat malam ini supaya akhir pekannya tidak terganggu oleh urusan pekerjaan.

Ting
Satu notifikasi terdengar dari handphonenya, ternyata ada satu email masuk dari "Yoo Taeyang".
"Yoo Taeyang? Namanya seperti tidak asing." Jongin berpikir sejenak sebelum membuka email tersebut, namun ia tersadar dari pikirannya karena handphonenya kembali berbunyi, kali ini adalah panggilan telepon dari sang Mama. Ia mengangkat telepon tersebut sambil melangkahkan kaki keluar dari ruangannya.

"Halo, Ma."

"Daddy! Daddy aku ingin pulang. Aku bosan, sangat bosan. Daddy jemput aku!" Suara rengekan terdengar dari seberang sana. Itu Kim Taeoh, anak semata wayang Kim Jongin, yang saat ini berusia tiga tahun.

"Nak, jangan berteriak ya. Maaf Daddy telat menjemputmu. Mengapa Taeoh, bosan? Bukankah ada banyak mainan di rumah Nenek?"

"Maaf, Dad. Tidak mau, aku bosan. Aku ingin tidur saja tapi sebelumnya aku ingin mendengar dongeng dari Daddy."

"Baiklah, Daddy sedang dalam perjalanan menuju rumah Nenek. Taeoh tolong sabar tunggu Daddy ya, Nak."

"Okay, Dad."

"Anak pintar. Sekarang, berikan handphonenya pada Nenek, Sayang."

"Nenek, Daddy ingin berbicara."

Suara berisik terdengar, dan sepertinya Taeoh menaruh handphone sang Nenek dengan sembarang. Jongin hanya tersenyum mendengar anaknya memanggil Neneknya.

"Selamat malam, Pak."

"Hati hati, Pak."

Selama menunggu Mamanya menjawab panggilannya dari seberang sana, saat menunggu elevator di lantai dua belas terbuka, Jongin mendapat sapaan dari para karyawannya. Tentu saja, karena Jongin adalah seorang pemilik The Kim Foods, perusahaan yang bergerak di bidang pengelola bahan makanan cepat saji yang lumayan ternama di kota Seoul, perusahaan turun temurun yang diwarisi dari Kakek Buyutnya, kemudian Kakeknya, Ayahnya, dan saat ini ada di tangannya, Kim Jongin.

"Nak.." Suara sang Mama dari seberang sana, bersamaan dengan elevator yang terbuka dengan keadaan kosong.

"Mama, apa Taeoh merepotkan Mama hari ini?" Jongin menekan tombol elevator menuju basement tempat ia memarkirkan mobilnya.

"Bagaimana mungkin seorang Nenek merasa direpotkan oleh cucu kandungnya sendiri?"

"Maaf Ma, bukan seperti itu maksudku."

"Tidak, Nak. Mama dan Papamu tidak pernah merasa repot menjaga Taeoh. Namun, memang satu minggu belakangan ini Taeoh kadang bersikap sangat manja, atau bahkan merengek hampir sepanjang hari, seperti hari ini. Apa ada permintaan anakmu yang belum kau turuti, Jongin ah?"

"Tidak ada, Ma."

"Mungkin kau bisa bicara dengannya nanti, walaupun usianya masih tiga tahun, tidak ada salahnya berbicara dari hati ke hati, buat anakmu percaya sepenuhnya pada Daddynya. Hanya kau yang Taeoh punya saat ini, Nak."

"Baiklah, Ma. Terima kasih atas sarannya."

"Hm, kau baru akan pulang? Mengapa telat, Sayang?"

"Maaf Ma, aku membereskan pekerjaanku supaya tidak ada gangguan di hari liburku besok. Aku ingin menghabiskan waktuku bersama Taeoh. Maaf tidak memberi tahu Mama sebelumnya."

"Bukan masalah, Nak. Baiklah, kemarilah segera. Mama rasa anakmu benar benar ingin bersama Daddynya."

Pintu elevator terbuka, Jongin telah sampai di basement tempat parkir gedung kantornya. Ia hanya harus jalan sekitar satu meter dari elevator menuju mobilnya. "Ku tutup ya Ma, I love you."
"Mama loves you, Jongin. Hati hati."

Be My Valentine KAISOO SHORT STORY [ENDED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang