Part 3 - Sooya

424 60 7
                                    

Flashback ON

Sore itu suara hujan dan petir terdengar bersahutan dari luar rumah mereka, Kim Jinkyung berkeringat menunggu sang suami kembali dari kantornya setelah dua puluh menit lalu ia mengabari jika perutnya sakit tak tertahankan. Proses persalinan yang seharusnya di perkirakan dua minggu lagi ternyata maju lebih cepat.

"Oh Tuhan, Kim Jongin kumohon cepat!"

"Kim Jinkyung!!!" Jongin berteriak panik saat melihat kondisi sang istri; keringat bercucuran di pelipis hingga lehernya juga wajah yang pucat.

"Sayang, anakmu.."

Tanpa pikir panjang Jongin langsung menggendong tubuh sang istri, membawanya cepat menuju mobilnya dan melaju ke rumah sakit. Untungnya, rumah sakit dan tempat tinggal mereka hanya berjarak sepuluh menit, dan lalu lintas juga tidak padat.

"Ah! Sayang!"

"Kim Jongin!"

Jinkyung hanya bisa berteriak memanggil nama suaminya, kata "sakit" sama sekali tidak terucap dari bibir cantiknya, karena menurutnya ini adalah nikmat; nikmat yang hanya dimiliki oleh Ibu hamil.

"Sayang, ku mohon sabar. Sebentar lagi, Sayang."

"Aaahhh!" Jinkyung meraih lengan kemeja milik suaminya, meremasnya dengan kuat untuk mengalihkan rasa sakit.

"Ma, di rumah sakit dr. Moon Gangtae. Hm, aku sedang di perjalanan. Iya, lebih cepat dari perkiraan. Hati hati Ma."

"Ma, ini Jongin. Sekarang Ma, Pa, di rumah sakit dr. Moon Gang Tae. Nanti kita bicarakan langsung ya Ma. Hati hati, Mama."

Jongin di keadaan paniknya tetap menghubungi orang tuanya, juga orang tua Jinkyung jika anak dan menantunya akan melahirkan sekarang.

---

"Sayaaaang.."

"Aku disini, Jinkyung ah. Kau kuat, kau bisa."

"Jongin ah, jika aku tidak bisa menemani kau untuk membesarkan anak kita. Tolong sayangi dia dengan sepenuh hatimu, jaga dia, berikan dia banyak cinta."

"Nyonya, semangat Nyonya. Nyonya pasti bisa, ayo sedikit lagi-" suara dokter yang menangani proses persalinan Jinkyung terdengar menyemangati.

"Tidak, Sayang. Kita akan membesarkan dia bersama sama. Kau bisa, kau kuat, Mommy."

"Daddy.."

Suara dari Jinkyung yang memanggil Jongin dengan sebutan Daddy, saat itu juga Jinkyung menghembuskan napas terakhirnya tersenyum memandang Jongin dan menutup matanya.

"Kim Jinkyung!" Jongin berteriak histeris.

"Jinkyung ah, tidak! Jinkyung menyahut lah kau mendengarku bukan?!"

Tangis Jongin pecah, hati dan pikirannya tak karuan. Tapi setelahnya, suara tangisan bayi memenuhi ruangan bersalin saat itu.
Dokter dengan segera memeriksa kondisi Jinkyung setelah ia menyerahkan sang bayi pada rekan kerjanya.
Jongin bingung, mana yang harus ia lihat. Apakah sang anak, atau sang istri. Tapi akhirnya Jongin memilih untuk diam menunggu Dokter selesai memeriksa Jinkyung, sambil menunggu anaknya selesai.

Dokter melepas stetoskop nya, menatap Jongin tanpa harapan.

"Dokter.."

"Tuan, dengan berat hati saya harus menyatakan jika Nyonya Kim Jinkyung telah meninggal dunia pada pukul tujuh lewat lima belas menit, bersamaan dengan lahirnya putra Tuan. Nyonya Jinkyung meninggal dunia dikarenakan Kardiomiopati yaitu penyakit otot jantung yang membuat jantung lebih besar, lebih tebal, atau lebih kaku. Penyakit ini bisa membuat jantung lemah, sehingga tidak bisa memompa darah dengan baik. Saya ucapkan selamat atas kelahiran putra Tuan, juga turut berduka cita sedalam dalamnya, semoga Tuan Jongin selalu kuat menjalani hari harinya. Saya permisi, Tuan."

Be My Valentine KAISOO SHORT STORY [ENDED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang