Pengumuman

33 19 20
                                    

Hallo flend💞
Happy reading❤️💥


Gelak tawa diseluruh ruangan terdengar begitu nyaring, hari ini hari dimana hasil ujian akan diumumkan. Aku tidak bisa ikut berbahagia seperti teman-teman yang lain, aku merasa sangat cemas.

Aku membolak-balik halaman buku yang aku ambil secara acak tadi di perpustakaan. Entahlah aku tidak tahu apa yang harus lakukan sekarang, sambil menunggu guru datang.

Di sebalahku, Rini yang sedang memainkan ponselnya. Entah sedang apa, aku tidak begitu memperdulikannya.

Di depanku, Tia dan Sara sedang berbincang kelihatannya seru.

Dan di belakangku Ina sedang berbucin ria dengan pacarnya. Aku melirik sesekali ke arah tempat duduk cowok, tak sengaja mataku berpapasan dengan mata Radit. Ia tersenyum lalu kembali menatap ponselnya.

"Rin, kamu emangnya gak cemas?"tanyaku heran kepada Rini.

"Cemas mah ada Na, tapi ya kita harus tenang,"jawab Rini kalem sambil terus memainkan ponselnya.

"Aku takut." Aku berbicara lalu menelungkup kan kepala dimeja.

Akhir-akhir ini aku tidak bisa tenang, ada saja yang aku pikirkan. Apalagi melihat orang tua yang semakin hari semakin tidak stabil kesehatannya.

Aku takut, tidak lulus UKOM dan berakhir harus membayar senilai uang yang mungkin menurut sebagian orang itu tidak seberapa tapi menurutku sangat amat banyak.

"Jangan terlalu dipikirkan lah Na, gagal itu bukan satu kesalahan. Kan kita masih bisa ngulang." Ina berbicara sambil memberikan sepiring batagor kepadaku.

"Nah itu In, ngulang nya itu yang buat aku kepikiran. Mending kalau ngulangnya gak perlu biaya, lah ini? Capek deh." Aku menjawab dengan lesu.

"Eh, Na. Kamu tenang aja toh yang ngulang bukan cuma kamu," ujar Tia tenang.

"Kita berdoa aja semoga kita berlima tidak ngulang," ucap Sara menenangkan.

"Kalian ngomong gitu karena kalian udah pasti lulus," lirihku.

Tia dan Sara menghela nafas kasar mendengar lirihanku, mungkin mereka menyerah untuk menyemangatiku. Karena selama satu minggu ini aku selalu berkeluh kesah dengan pokok permasalahan yang sama.

Sedangkan Rini dan Ina memandangiku sendu, mereka sebenarnya sama denganku hanya saja mereka bisa lebih tenang.

***

Kini kami sudah berkumpul di kelas, ku lirik teman sekelas. Sebagian terlihat cemas dan sebagian lagi biasa saja.

Tak lama kemudian guru memasuki kelas, jantungku mulai berdetak kencang. Deru nafas memburu dan telapak tanganku mulai terasa dingin dan mengeluarkan keringat.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat pagi." Pak Rendi mengawali dengan salam.

"Waalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh, pagi," jawab kami serentak.

"Sebagaimana jadwal yang sudah saya beri tahu sebelumnya. Hari ini adalah pengumuman hasil Ukom minggu lalu." Pak Rendi menjada lalu memulai kembali,"Saya harap kalian yang belum lulus tidak berkecil hati dan yang lulus tidak melambung tinggi." Pak Rendi memberi pesan.

"Nanti saya tempel pengumumannya di white board,"infonya lagi.

"Saya tahu besar harapan kalian lulus UKOM ini, tapi apa boleh buat saya juga sedikit kecewa kepada kinerja kalian. Setelah ini, kalian harus menanggung konsekuensi dari hasil kalian. Jadi yang tidak lulus nanti saya infokan lagi, apa ada remedial atau membayar senilai uang," jelas Pak Rendi.

Setelah berbicara panjang lebar, Pak Rendi  segera menempelkan hasilnya lalu pamit kembali ke ruang guru.

Kami semua berbondong ke depan kelas, untuk melihat hasil ujian. Dan ya, aku tidak lulus nilai UKOM yang diberi penguji tidak memenuhi syarat.

Aku melihat peserta sesi dua yang tidak diuji oleh pihak perusahaan, banyak yang lulus. Aku dengar mereka dibantu juga oleh Pak Rendi. Terdengar tidak adil tapi apa boleh buat?.

Air mataku mengalir begitu saja, merasa duniaku runtuh semua yang ku takutkan terjadi. Hari ini terjadi, aku kembali ke mejaku terduduk lemas di kursi.

Tiba-tiba ada sebuah tangan hinggap di pundakku, aku melirik sang pemilik tangan itu. Ternyata Rini, aku menatapnya lalu tangisku tak bisa dibendung lagi.

Aku dan Rini saling peluk dan menangis sesenggukan berdua, biarlah orang lain mengatakan lebay aku tidak perduli.

"Kamu gak sendiri Na, aku dan Ina juga tidak lulus," ucap Rini sambil menghalus air matanya lalu beralih menghapus air mataku dengan tissue yang entah dia temukan dari mana.

"A-ku kecewa sama diriku, aku takut biayanya besar. Kamu ingat kan apa yang diucapkan Pak Rendi dua bulan yang lalu," ujarku.

***

Flashback on

Kami sedang berada di lab, seperti biasa menyalin isi buku paket kedalam buku tulis. Banyak sekali yang kami mencatat, aku pikir di masa akhir sekolah seperti ini penting untuk praktek daripada materi.

Mengingat sekolahku kejuruan bukan menengah atas di masa akhir sekolah akan banyak praktek apalagi dibidang produktif/jurusan.

Dari semenjak masuk sampai akhir ini praktek hanya hitungan jari bagi kami, padahal itu penting untuk keberlangsungan pekerjaan nanti.

Tidak heran banyak lulusan dari sekolahku ini bekerja tidak sesuai jurusan yang diambil, aku tidak menyalahkan sekolah kalo hal itu. Karena, pekerjaan bukan masalah jurusan tapi kemauan.

Kembali ke pelajaran, kali ini guru mata pelajaran produktif (jurusan) Pak Rendi. Berada di hadapan kami sekarang, dengan laptop di depannya dan juga banyak kertas. Entah kertas apa, aku tidak perduli.

"Anak-anak, sebentar lagi kita UKOM. Belajar yang benar mulai besok tidak ada mencatat, sudah mulai praktek untuk persiapannya. Himbauan juga kepada kalian, diusahakan UKOM nanti lulus semua ya. Karena yang tidak lulus, akan ada pengulangan dengan biaya yang cukup besar. Seperti kakak kelas kalian yang terdahulu, sampai lima juta dan perorang dikenakan dua ratus ribu," ujar Pak Rendi.

"Pak, nanti semisal kita tidak lulus, UKOM nya di sekolah aja atau di perusahaan?. Soalnya ada tetangga saya dari sekolah sebelah, dia mengulang dan tempatnya diperusahaan,"tanya Kiki.

"Untuk hal itu nanti dipertimbangkan lagi, tapi ada kemungkinan mengulang di perusahaan. Tapi, jika di perusahaan kita harus mengeluarkan biaya ekstra unutk transport dan lain-lain," jelas Pak Rendi.

"Berdoa dan belajar terus supaya tidak memungkinkan hal itu terjadi, pelajaran hari ini selesai. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Pak Rendi mengakhiri pertemuan hari ini.

Kami menjawab serantak lalu kembali ke kelas. Karena harus mengikuti pembelajaran selanjutnya.

Flashback end

***


"Semoga aja nanti pengulangannya di sekolah, dan tidak mengundang penguji. Jadi, kita tidak harus membayar," ujar Rini menenangkan.

Aku mengangguk namun tetap saja, hati dan pikiran ku tidak tenang. Aku takut yang kami semogakan ternyata tidak terwujud.

"Ekspektasi sering kali tidak sesuai dengan realita."












Bagaimana hari kalian? Semoga menyenangkan selalu💞
Terimakasih telah meluangkan waktunya🐣

The Journey (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang