Selamat malam, pagi, siang, sore (pokoknya kapanpun kalian baca ini cerita)
Happy reading all💥💞Akhirnya hari ini terjadi, hari dimana aku berangkat kerja. Dimana pengalaman pertamaku mencari uang untuk diri sendiri.
Aku berangkat berdua dengan bapak, Yap kemanapun aku pergi, pasti harus diantar bapak.
Selain merasa aman bapak juga orang paling tahu jalan yang kukenal, beliau sering menceritakan bahwa masa mudanya dihabiskan oleh merantau, jadi tidak heran kalau bapak hapal daerah kota.
Diperjalanan aku kebanyakan diam, pikiran berkecamuk dalam benakku. Apakah keputusanku ini benar? Apakah nanti aku akan bisa kerja?. Entahlah aku hanya bisa mengikuti alur hidupku kali ini.
"Teh, mau minum?" Bapak menawariku.
"Gak Pak," jawabku sambil melihatnya.
Sebenarnya interaksiku dan bapak itu tidak canggung namun tidak dekat juga, ada kalanya kami dekat dan ada kalanya juga ya seperti ini canggung.
Aku yang terlalu bingung harus berbuat apa ketika berdekatan dengan bapak, dan entah apa yang dipikirkan bapak terhadapku.
Kendati dengan sikap itu, bapak adalah orang yang paling dekat denganku dibandingkan ibu. Mungkin karena aku anak perempuan.
"Nanti antar teteh sampe terminal aja pak, abis itu bapak pulang aja pas teteh naik metromini," ujarku.
"Ah, gak bisa. Bapak antar sampe tempat kerjanya," jawab bapak sambil meminum airnya.
"Tapi, bapak capek entar," ucapku keukeuh.
"Ya capekan kalo bapak dari terminal pulang atuh, kan kalo sampai tempat kerja bapak bisa ikut istirahat bentar," ujar bapak.
Benar juga kata bapak, akhirnya aku mengangguk dan kembali fokus ke ponsel untuk menghubungi bik Tiwi.
Tak terasa aku sudah sampai terminal, dan tanpa menunggu lama aku kembali menaiki kendaraan umum untuk sampai pada tempat tujuan.
Disini yang lucu, bapak terus bercerita pengalamannya ketika menjadi supir di daerah sini, setiap melewati gang bapak selalu menunjuk dan berkata "nah dulu bapak kerja disana." Aku bahagia mendengar celotehan bapak.
Hingga akhirnya kami sampai di titik tempat yang bik Tiwi sampaikan, ketika turun dari mobil dan melihat sebrang jalan, aku menemukan bik Tiwi melambaikan tangannya kepada ku.
"Pak tuh bik Tiwi,"ujarku girang.
"Oh iya, ayok kita nyebrang," ucap bapak.
Tanpa aba-aba bapak memegang sebelah tangan ku dan mengajakku menyebrangi jalan. Pegangannya sangat erat aku memandangi wajahnya dari samping sambil tersenyum.
Dalam hatiku tak luput dari kata terimakasih. Bapak yang selalu mendukung keinginan ku, tidak pernah memperlihatkan bahwa dirinya lelah kepada anak-anak nya.
Akhirnya aku dan bapak sudah sampai ke tempat bik Tiwi menunggukku. Selanjutnya aku dan bik Tiwi menaiki bajaj untuk sampai ditempat kerja, sedangkan bapak dengan suami bik Tiwi menaiki motor.
***
Setelah sampai ditempat kerja, aku bapak dan bik Tiwi di bawa ke sebuah warteg oleh suami bik Tiwi.
"Makan dulu ya Na, A'a juga nanti abis makan istirahat dulu sebelum pulang," ujar paman.
Aku dan bapak mengangguk menyetujui usulan itu, karena kami lapar sehabis perjalanan tadi.
Aku diberi tahu jika nanti selama kerja, aku bisa makan disini dengan cara kas bon. Seumur-umur aku belum pernah seperti itu.
Tapi tak apa, namanya pengalaman pertama banyak yang belum aku ketahui.
Sehabis makan aku dibawa bik Tiwi ke tempat kerja, oh iya disini tempat tinggal dan tempat kerja menyatu maksudnya aku nanti akan tidur di mess yang disediakan.
Sedangkan bapak dibawa paman ke tempat dia kerja yang berletak disebelah tempat ku kerja.
Saat aku memasuki tempat kerja ini, banyak pasang mata melihatku aneh. Sebagian ada yang menunjukkan raut tidak sukanya, tapi aku anggap angin lalu saja. Toh aku berkerja untuk cari uang bukan cari masalah.
Aku menaiki tangga untuk mencapai lantai dua, setelah sampai dilantai dua aku bertemu dengan orang-orang yang sedang melipat kain dan seorang bos yang berada di meja berisikan layar komputer dan di dindingnya terdapat televisi yang menayangkan rekaman cctv.
"Koh ini ponakan Tiwi yang mau kerja itu," ucap Bik Tiwi sambil menyuruhku Salim.
Aku menyalimi pria berdarah China itu dengan takut-takut.
"Gimana sehat?," Tiba-tiba Koko China itu bertanya aku yang jelas kaget hanya tersenyum lalu mengangguk.
"Dia gak ngerti ko, baru ketemu udah maen becanda aja," ucap salah satu perempuan yang berada disana.
"Hahaha yaudah, sana Wi bawa ponakannya istirahat." Ujar koko dan dituruti bik Tiwi.
Aku dan bik Tiwi kembali berjalan kearah tangga lantai tiga, disana lah letak messnya. Saat sampai dilantai tiga aku menemukan satu pintu masuk dan ketika dibuka itu adalah sebuah kamar.
Kamar yang berisi banyak barang karyawan, dikamar inipun terdapat dua tempat tidur (kyk di asrama atas dan bawah gitu).
"Nah ini kamarnya Na, kamu istirahat dulu. Bibik mau lanjut kerja," ucap bik Tiwi lalu meninggalkan ku.
Aku menaiki tangga untuk sampai di kasur tempat tidurku, dan alangkah kagetnya ternyata diatas ada seseorang sedang tiduran.
"Hai, ponakan teh Tiwi ya?" tanyanya.
"Eum i-iya" jawabku
"Kenalin Sary, kamu siapa namanya?"tanyanya lagi.
"Arina" jawabku sambil tersenyum lalu mengambil tasku dan menatanya.
"Sini tiduran dulu istirahat, besok kamu gak bakal istirahat soalnya banyak kerjaan," ucapnya lagi, aku yang sudah menata tasku mengangguk dan memainkan ponsel kembali.
Karena aku bosan, aku membuka aplikasi wattpad untuk membaca cerita. Ya agar rasa canggung ini juga tidak ketara.
Funfact in this story is the author's personal experience xixixi, wajar ya umur masih 17an gitu pertama kali kerja di antar bapak, eh tapi percaya gak percaya saya sampai umur 20an ini masi diantar bapak kalo pergi keluar kota 😭🤭 emang cupu Saia tuh.
Btw flend saya sangat terharu ketika menulis scene diatas kyk Look how much a father sacrifices🙂
Ok cukup kalo gak berhenti bisa panjang sesi curhat ni, btw flend have a nice day yaa💞🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey (On Going)
ChickLitSebuah perjalanan hidup yang tidak tahu dimana ujungnya dan bagaimana akhirnya. kisah manusia yang berulang kali disadarkan namun dibuat khilaf kembali. Pada intinya orang ini tidak mempunyai pendirian teguh. Hidupnya lucu ya walaupun hanya menurut...