Asamanis

4K 120 7
                                    

Sekali lagi menengok jam tangan berwarna hitam yang tersemat di pergelangan tangan kirinya. Sudah hampir satu setengah jam dia menunggu sesosok laki-laki yang sedang ditunggunya. Sungguh dia tidak mengeluh dari tadi. Meski sudah dua cangkir latte telah ia tenggak habis di cafe khas Jepang itu, meski para waiters memandangnya dengan kasihan tapi ia tidak mengeluh dan meninggalkan tempat perjanjiannya bersama sang lelaki yang berstatus kekasihnya.

Mata coklat madunya terpejam, menghela napas sejenak dan menelungkupkan kepalanya diatas meja. Penat, bosan, dan hampa.

Tidak.

Dia tidak mengeluh. Sungguh! Hanya mengungkapkan isi hatinya saja lewat gerakan fisiknya.

"Maaf membuatmu menunggu lama."

Sebuah suara baritone tiba-tiba terdengar.

Pemuda manis berambut coklat gelap itu, masih menelungkupkan wajahnya dan tidak memperlihatkan wajahnya. Ia tahu, kebiasaan sang kekasih. Setelah duduk ia akan berkata,

"Ada dua cangkir kosong di sini. Maaf lama. Tadi ada urusan mendadak di kampus."

Kini, sang pemuda manis mengangkat wajahnya. Memperlihatkan wajahnya yang jenuh kearah lelaki yang duduk berseberangan dengannya.

"Jangan mengulangi kata-kata itu. Aku sudah hafal."

Sang lelaki berwajah tampan nan jangkung itu tersenyum kikuk, sesegera mungkin ia mengambil buku menu yang ada di meja untuk kemudian ia membacanya.

"Hm...kita lihat, menu baru apa yang ada hari ini." gumamnya.

"Beck."

Sang pemilik nama masih sibuk membaca buku menu dengan mencoba menghalangi wajahnya dengan buku itu.

"Beck, aku tahu kau mendengarku"

Beck meletakkan buku menunya –bertingkah seolah-olah tak mendengar ucapan pemuda yang ada di depannya "Oke. Aku akan memesan ramen keju saja dan segelas...uhm..." Beck mengerling kearah dua cangkir kosong dihadapannya "..aku pesan latte dingin. Aku tahu kau suka latte panas, Arven."

TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang