Nothing

923 51 6
                                    

"Hei! Kau memangnya mau kemana?"

Neil memandang bingung kearah sang pria manis yang sedang merapikan beberapa pakaiannya untuk kemudian ia masukkan kedalam kopernya.

Pria manis itu tidak menjawab. Tetap memasang wajah datarnya sambil terus memasukkan bajunya –bajunya kedalam koper.

Jengah dengan sikapnya, Neil akhirnya menghentikkan gerakkan tangan sang pria manis itu dan kemudian memaksanya untuk memandang dirinya.

"Kau marah denganku?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Aku hanya ingin menyegarkan pikiranku."

"menyegarkan pikiran dari apa?"

"Dari sifat playboymu itu tuan Neil Clinton."

Neil membelalakkan matanya. Playboy? astaga! Kata itu seperti menghinanya. Apa dia tidak menyadari setelah Neil memilikinya, sifat itu telah hilang begitu saja secara alami. Ya... mungkin itu pemikiran seorang Neil Clinton.

"Melvin aku –"

"Jangan sebut namaku!"

Selesai. Semua pakaiannya telah rapi dimasukkan kedalam koper. Melvin, pria Manis itu berjalan menuju kursi yang menyampirkan jaket coklatnya. Memakainya dengan cepat dan sedikit memandang pantulan dirinya didalam cermin untuk merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

Melvin mengambil koper itu dan berjalan menuju pintu keluar. Tak sedikitpun ekor matanya melirik sang kekasih yang diam sambil memandangi dirinya.

"Melvin!"

Mendengar namanya terpanggil, Melvin menghentikan laju kakinya tanpa berbalik untuk memandang orang yang memanggilnya tadi.

"Apa kau tega membuatku merasa bosan di apartemen ini?"

"Hah! Bosan? Bukankah majalah yang berisi wanita berbikini itu membuat rasa bosanmu itu musnah?"

Tunggu?!

Majalah?

Neil menepuk pelipisnya karena mengetahui kebodohannya sendiri.

Bagaimana ia bisa lupa untuk menyimpan kembali 'harta' tersembunyinya dari pandangan sang kekasih.

Itu memang majalah lama dan sudah ia simpan ditempat yang Melvin tidak bisa temukan. Tapi entah kenapa kemarin ia saat membersihkan tempat itu, majalah berisi wanita-wanita sexy itu tertinggal dimeja kamarnya.

Uh! Bolehkah Neil memukulkan kepalanya ke tembok?

"Kenapa diam? Baru menyadari kebodohanmu karena lupa tidak menyimpannya kembali?"

Lamunan Neil terhempas begitu saja saat mendengar suara Melvin.

"Err... itu karena –"

"Aku pergi dulu. Jangan menghubungiku tiga hari kedepan."

"Hei! Hei! Hei!" Neil berhasil menangkap pergelangan tangan Melvin yang akan memutar knop pintu depan.

"...Sorry"

"Kenapa minta maaf?"

"Apa karena itu kau jadi marah padaku?"

Melvin menghela nafas. Meletakkan koper berukuran sedang itu kelantai.

"Dengar. Bukankah tadi aku bilang aku pergi karena ingin menyegarkan pikiranku."

"Tapi tadi kau bilang... itu... ah pokoknya aku malas kalau di tinggal sendirian disini."

"Aku bisa panggilkan Alex kalau kau mau."

Neil tertawa kaku. Memundurkan dirinya sedikit agar badannya bersandar pada punggung sofa.

"Alex adikmu? Jangan bodoh. Aku bisa mati kesal karena sifat sok mengaturnya itu."

"Kau menghina adikku?!"

Neil segera menutup mulutnya dan menggeleng cepat sebagai pertanda menyatakan bahwa bukan maksudnya untuk menghina adik sang kekasih.

"Kalau begitu Bob. Kau tahu kan dia anak yang ceria. Mungkin kau tidak akan bosan jika bersamanya."

Neil masih diam sambil memandangi kekasihnya itu. Dan beberapa detik kemudian ia mengarahkan tangannya menuju saku belakang celananya untuk mengambil dompetnya. Untuk kemudian ia melihat isi dompetnya

"Mungkin jangan."

"Kenapa?"

"Ingat bulan lalu? Bukankah uangku habis untuk mentraktirnya paket ayam goreng jumbo direstoran cepat saji. Dan karena itu aku menelponmu untuk menyusulku karena uangku kurang. Sial! Mana harga diri seorang Neil Clinton hanya karena paket ayam itu?"

.

Melvin hanya memandang aneh pria tampan yang berstatus sebagai kekasihnya itu.

"Ehem! Jangan anak ayam itu. Biar aku sendirian saja selama kau pergi asal kembali."

"Neil?"

"Hmm?"

"Kau melupakan satu orang lagi. Charles –"

"Stttt! Jangan sebut nama itu okey. Aku tidak ingin apartemenku hancur hanya karena ulah absurdnya."

Sebegitu traumakah kekasihnya itu dengan bocah evil bernama Charles itu? Padahal mereka sudah cukup lama kenal tapi Neil masih saja tidak mempercayainya. Ya.. mungkin Neil tidak mau lagi dimarahi oleh tetangga lain seperti dulu karena kegaduhan yang lakukan lakukan dulu di apartemen ini.

"Baiklah kalau kau ingin sendirian."

"Kau sungguh akan pergi?"

Neil memandang sedih sang kekasih ketika ia mulai menjinjing lagi kopernya.

"Kau kira aku hanya bercanda. Tenang. Hanya tiga hari."

"Ya... dan aku akan bosan karena tidak menikmati hal-hal yang manis."

"Singkirkan pikiran mesummu itu!"

"Baiklah~"

Neil berjalan mendahului Melvin untuk membukakan pintunya. Mengikhlaskan kepergian sang pujaan hati dengan senyuman ikhlas.

"Terima kasih Mr. Clinton yang tampan~"

Melangkahkan kakinya dengan riang, Hati Melvin mulai lebih baik sekarang. Sebelum pintu itu tertutup, Melvin membalikkan badannya.

"Jangan lupa makan tepat waktu."

"Akan aku ingat. Apa perlu kuantar?"

"Tidak usah. Lebih baik kau mengisi waktu luangmu dengan menghapus file yang berbau porn movie di laptopmu."

Neil kembali kaget dengan perkataan yang meluncur dibibir manis pria manis itu.

"Melvin bagaimana bisa kau –aku...itu.."

"Baiklah. Aku pergi dulu. Bye~"

BLAAM!

Melvin menutup pintu itu dengan keras dan meninggalkan Neil yang masih terpaku ditempat dengan wajah bodoh dan bingungnya.

"Bagaimana ia bisa tahu? Padahal sangat tersembunyi. Dia memang hebat!"


A/N : maaf ambigu. Ini ngetik Cuma iseng-iseng sebelum bobok. Tapi kalau ada yang bca lalu di vote dan beri komentar, oke juga ^^

Voment?

Arigatchu~


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang