Berbeda

5 0 0
                                    

•••

Duduk sendiri dengan dijamu oleh tiga pasang mata seolah ingin menghakiminya ternyata semenakutkan itu.

Reylan buktinya, ia sekarang seperti tersangka yang tertangkap basah.

"Kamu apain abang? Kecil-kecil udah nakal sama abang, hati-hati juga sama  emosimu" tegur Ferdiansyah.

Di samping Ferdiansyah ada Savian dengan bibir berucap "Tuh dengerin."  Rupanya ia senang dengan posisi di bela.

Sepasang kekasih yang awat muda itu telah pulang dari rumah saudara Jasmeen, namanya Ranam.

Kepulangan mereka sudah di suguhkan oleh leher Savian yang mencetak banyak lebam seperti di tempelkan mistar besi yang panas. Jasmeen sempat shock, namanya juga seorang ibu dan wanita tentunya tingkat kepanikan mereka lebih tinggi di bandingkan pria.

Seperti Jasmeen saat ini, takut jika putranya ini di sakit oleh orang-orang tak di kenal, pasalnya Savian ini sejak kecil tidak pernah namanya berantem dan tidak pernah membuat onar sehingga dirinya cukup panik.

Meskipun begitu, Savian sedikit menguasai ilmu bela diri waktu di bangku SMA, namun Jasmeen tetap mengkhawatirkan putranya. Itu sebabnya Jasmeen tetap panik sampai-sampai ia melemparkan banyak pertanyaan pada Savian agar dapat segera di laporkan ke polisi.

Namun di cegah Savian karena pelakunya adalah putri mereka sendiri, mana mungkin kan mereka memenjarakan Reylan—putri mereka sendiri.

"Kamu itu perempuan sekaligus adik, tidak pantas melakukan itu pada abangmu sendiri. Mau jadi apa kamu kalau gini kelakuan kamu di rumah, jangan-jangan... Herfiza melihatnya?" tanya Ferdiansyah setelah mengingat sesuatu.

Savian mengangguk santai, "Tentu, karena dia juga yang membantu Abang lepas dari siput ini" sontak Reylan melayangkan tatapan permusuhan di sana. Namun di tepis jauh oleh Savian.

Beginilah kakak adik sebenarnya, bertengkar terus tanpa adanya kedamaian sedikitpun antara mereka. Sekali damai, itupun singkat sekali.

"Reylan engga bakal kelewatan seperti tadi, jika bukan Bang Ian dan Herfiza penyebabnya."

"Apa salah Herfiza,"

"Reylan tidak suka kehadirannya"

"Buang sifat ke kanak-kanakanmu itu dia adalah calon suamimu" tekan Ferdiansyah pada kata 'Suamimu'.

Membuat Savian dan Reylan tercengang. Tidak mungkin Reylan harus menikah di usia muda seperti ini, tidak tidak boleh terjadi.

"P-pah" lidah Savian cukup keluh memanggil ayahnya.

Tanpa menerima bantahan, Ferdiansyah mengangkat tangan pertanda ia tidak menerima apapun usul dan saran dari Savian bahkan Jasmeen juga.

Merasa cukup lelah dan pening, Ferdiansyah memegangi kedua pelipisnya hal itu membuat Jasmeen semula duduk menjadi berdiri, menuntun suaminya ke kamar untuk segera beristirahat.

Meninggalkan kaka adik yang tengah melemparkan tatapan tak terbaca.

"Jangan nikah yah, Lan"

•••

Anonymous Chat
Heii

Reylan
Iya ada apa

Anonymous Chat:
Kamu asli mana?

Udah mandi bersih belum?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TACENDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang