Bucinan

9 6 2
                                    


Happy Reading

Dengan langkah cepat Reylan melewati koridor yang sudah ramai dengan siswa-siswi, pikirannya sungguh melayang bahkan langkahnya ini sungguh tidak menentu, pikirannya kacau entah kenapa.

"Tumben sekali kamu tidak bersama si penunjuk arah" Ucap seseorang dari samping Reylan.

Lantas Reylan berhenti lalu menatap sang pembicara dengan sorot mata tajam. Siapa 'si penunjuk arah' Vanda kah maksudnya?

"What do you mean?" tanya Reylan sedikit memiringkan kepala.

Lawan bicara merespon dengan menegakan badan. Wanita dengan rambut bergelombang itu mendekatkan wajahnya pada Reylan lalu tersenyum kecut.

"Kamu tidak bodoh 'kan Reylan? Apakah kamu baru saja melihat suatu pertunjukan?"

Lagi-lagi Reylan dituntut untuk berpikir oleh lawan bicara yang adalah kaka kelasnya sendiri, Carvina Xyolanda.

"Bisakah kamu menjelaskan kejadian di lapangan?" Reylan menatap Carvina dengan sedikit memohon karena ia sungguh tidak mengetahui apapun.

"Ouh, itu hanya sebuah drama di siang ini. Forget about it, itu sangat konyol" tawanya renyah.

Menghadapi seorang Carvina sangat membutuhkan kesabaran ekstra untuk seorang Reylan yang tidak sabaran, lihat saat Reylan ingin bodoamat dengan segalanya dia malah membuat Reylan penasaran dan ingin mengupas tuntas semua kejadian di lapangan, tapi apa senior sekaligus biang masalah ini suka mengantungkan pembicaraan.

Dukh*

"Katakan padaku apa maksudmu yang menyoroti El-Vanda dalam percakapan tadi"

"Hey, you are so rude Reylan. Jauhkan tanganmu! " ucap Carvina tegas saat Reylan masih mencengkeram kuat lengannya.

"Kau yang telah membuatku seperti ini, jelaskan sekarang lalu kau bisa pergi. Meskipun kau seniorku tapi umur kita tidak jauh berbeda" Reylan pun tidak kalah tegasnya.

"You---"

"Ada apa ini?" suara lembut nan menusuk itu menghentikan perkataan Carvina.

"Apa yang kalian lakukan?" Reylan langsung melepaskan cengkeramannya lalu menatap Carvina yang tersenyum menang pada dirinya.

"Hentikan tatapan itu Lan," pinta Vanda dengan nada lembut.

•••

"Makan dulu, jangan di tekuk wajahnya" suruh Vanda sambil menyodorkan sekotak kue miliknya.

Semalam Reylan memesan kue bikinin ibu Vanda, ini bukan pertama kalinya Vanda membawakan Reylan kue melainkan sudah kali ke 8 Vanda memberikan kue hasil dari tangan ibunya untuk Reylan.

Meskipun sederhana tapi sangat enak, itu kata-kata Reylan yang membuat Vanda sangat sadar akan Reylan yang tidak membedakan kasta antar keduanya.

"Suapin!" jawab Reylan masih membuang muka.

Eitsss...

Ini bukan di kantin atau di kelas, mereka berdua berada di pohon besar waktu itu. Tempat ini cukup sepi di jam istirahat seperti ini karena banyak siswa memilih makan dikantin.

Jadi Reylan bebas ber-manja pada Vanda.

"Yaudah buka matanya" pinta Vanda sambil memegang kue untuk disuapkan pada Reylan.

"Mulut Va... tuh kan ga jadi ngambek lagi ih" tepuk Reylan pada paha Vanda.

"Ehehehe... Udah sini makan, jangan cemberut terus nanti lambungnya nangis aku juga yang repot"

Mengingat tadi pagi dirinya tidak sarapan karena akan memakan kue bikin ibu Vanda, Reylan tidak jadi menolak suapan Vanda karena jujur lambungnya sejak tadi sudah perih.

"Nah gitu kan pinter, udah nih makan sendiri jangan manja lagi. Malu di liatin anak lain"

"Iyaaa" kesal Reylan lalu merebut kotak kue itu dan mengabaikan bekas kuenya ditangan Vanda.

"Lalu ini?" tanya Vanda menatap kue itu dan Reylan secara bergantian.

"Vandaaa?"

Oh tidak.

"Lan makan ini dulu baru yang di kotak"

"No, kamu harus makan itu. Habiskan jika tidak..."

"Baiklah ibu tiri" inilah hal yang sering Vanda dapati ketik makan bersama Reylan, sepotong kue berdua.

Bukannya jijik dengan bekas makan itu, tapi Reylan suka begini jika memakan sesuatu itu sebabnya Vanda selalu hati-hati. Pernah sekali Vanda menolak makan cilok pedas saat keduanya jajan di pinggir jalan. Vanda menolak karena ia tidak suka makanan pedas di situ Reylan menyimpan kasar cilok itu ke gerobak penjual hal itu membuat mereka jadi sorotan.

Mau tidak mau Vanda memakannya, sungguh itu menyiksa setelah sampai rumah perut Vanda masih perih akibat cilok itu kebanyakan sambal.

"Bilangin ke ibu mertua, makasih udah bikinin kue untuk aku" ucap Reylan memberikan seulas senyum di hadapan Vanda.

Hal itu membuat Vanda tersedak hingga mengeluarkan air mata.

"Aduh Va makan itu yang baik dan bener, jadi ginikan akibatnya... untung ga sebabin kematian"

"Makanya kalau ngomong itu dijaga dan liat kondisi Lan, kata-katamu itu sungguh mematikan"

Tbc

Akhirnya bisa up lagi

Dikit-dikit aja yah up-nya biar g bosenin, xixixi 🤭

Maaf yah lama up soalnya akhir-akhir ini lagi sibuk sama tugas dan tanggung jawab hehehe

Jangan lupa tinggalin ⭐ dan 💬membangun yah

See u🌹

TACENDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang