🌻┊Wolfgang

68 19 5
                                    

Siang ini, Nara dan keempat laki-laki sedang menghabiskan waktu di kantin. Mereka asyik makan sembari mengobrol. Bukan topik yang berat hanya sebatas obrolan ringan.

"Ra, makannya pelan-pelan dong. Nanti kalo keselek baru tau rasa loh." Heeseung menasihati Nara yang makannya cepat-cepat, seolah sedang diburu waktu.

"Biarin," ketus Nara dengan mulut penuh makanan.

Ada yang aneh. Nara bukan tipe orang yang seperti itu. Ia akan bertutur baik jika sedang dalam keadaan baik. Alhasil Heeseung pun langsung mengajukan tanya, "Ada apa lagi sih?"

"Biasa, Bang. Ngambek," jawab Jungwon.

"Ngambek kenapa?"

"Ya pastinya soal Sunoo sama Jungwon lah, apalagi," tebak Yeonjun.

Serempak dua nama yang disebut tadi lantas mengangguk lirih—mengiyakan apa yang dikatakan barusan.

"Udahlah nggak usah diambil hati. Mereka kan gak ada niatan buruk." Heeseung mengusap puncak kepala Nara dengan penuh rasa. Tetapi gadis tersebut malah acuh—tidak sama sekali menerima pembelaan.

"Iya Ra, sorry. Jangan ngambek lagi dong," rengek Sunoo sembari berlagak sok imut.

Brak!

Seseorang tetiba naik ke atas kursi. Ia berdiri tegap sambil meminta perhatian. "Attention please!"

Sontak semua orang yang ada di kantin jadi memperhatikan gerombolan laki-laki tersebut.

"Gue minta kalian semua fokus dulu ke sini. Karena gue akan memperkenalkan anggota baru Wolfgang. Huu ... tepuk tangannya mana?!"

Ikhlas atau tidak yang jelas seluruh penghuni kantin bertepuk tangan riuh, terkecuali Heeseung dan kawan-kawan.

"Sini!" Hyunjin menyuruh empat orang mendekat. "Ini Beomgyu adek gue. Yang itu Taehyun adeknya Jisung. Sebelahnya lagi sepupunya—Soobin. Dan diujung namanya Heuningkai atau bisa dipanggil Kai. Say hi please!"

"Hai," sahut orang-orang.

"Okey, mulai detik ini mereka berempat resmi menjadi bagian dari Wolfgang. Jadi barang siapa yang bermasalah sama mereka, itu artinya dia juga akan bermasalah sama kita. Paham?"

Selayaknya bawahan yang segan pada atasan, semua orang menurut pasrah. Tak ada satu dari mereka pun yang bersuara tanpa izin, apalagi mau menolak perintah geng terfamous di kampus.

"Cukup!" seru Chan—ketua Wolfgang.

"Oke, semua. Thank you," timpa Felix.

"Bu, siapin makanan yang enak! Hari ini biar Changbin yang bayar," kata Jisung.

"Loh kok gue sih?"

"Kenapa? Lo gak mampu?"

"Y-ya mampu lah. Tapi kenapa gue lagi? Kemarin kan gue udah bayarin kalian." Changbin sungguh membela diri. Bukannya ia tak mampu ataupun tidak mau, tapi rasanya ini tidak adil. Ia sudah sering kali membayar seperti ini. Padahal seharusnya sesuai dengan peraturan yang dibuat dulu 'setiap anggota akan membayar makanan secara bergantian'.

"Halah! Gak mampu mah bilang aja bos," cibir Jeongin.

"Sembarang! Kalo gue mau juga kepala lo bisa gue beli."

"Ihh ... serem," kata Jisung, Jeongin dan Felix bersamaan.

"Jangan kebanyakan bacot! Terima atau enggak pokoknya hari ini lo yang bayar," putus Chan.

"Yayaya ... ketua sudah membuat keputusan."

"Sabar ya Bin." Seungmin berlalu mencari kursi kosong sambil menepuk bahu Changbin.

𝐈'𝐌 𝐀 𝐐𝐔𝐄𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang