🌻┊I Swear, Curious!

67 15 12
                                    

Tak lama setelah matahari terbenam, Nara memutuskan untuk keluar membeli beberapa perlengkapan melukis. Namun karena tak mendapat izin pergi sendiri, makanya ia minta ditemani oleh Niki.

"Bang, kita jalan dulu ya," pamit Niki yang sudah bersiap di atas motor.

"Hati-hati tapi. Sampe lo bawa pulang adek gue lecet, habis lo!" ancam Yeonjun. Ia amat serius akan hal ini. Sebetulnya ia tidak ingin Nara pergi tanpa dirinya. Namun perkara pekerjaan Choi yang dilimpahkan kepadanya, membuatnya harus menyelesaikannya sesegera mungkin.

Niki meletakkan jari tangan di dekat pelipis sambil berseru, "Siap, kakak ipar."

"Ck, ketularan Jake ya lo?"

"Hehe ... bisa dibilang gitu."

"Udah ah, ayo!" Nara berdecak kesal. Sedari tadi ia tak kunjung jalan. "Kalo ngobrol terus sampai subuh pun nggak akan jalan nih," imbuhnya.

"Tuh kan Bang, tuan putri marah. Jalan dulu ye," kata Niki yang kemudian membantu Nara naik ke jok belakang.

Yeonjun yang sedari tadi berdiri di teras rumah lantas berkata, "Hati-hati ya, Ra. Jangan pulang kelamaan. Jangan mampir ke tempat lain juga."

"Iya bawel." Nara menunjukkan wajah kesal pada Yeonjun.

"Biarin bawel yang penting sayang," seru Yeonjun sebelum kuda besi tersebut tak lagi kelihatan.

Baru keluar dari kompleks perumahan, Niki berinisiatif memulai perbincangan. "Ra, rasanya pertama kali naik motor sama gue gimana?"

"Hmm, biasa aja."

"Yakin biasa aja? Enggak ada bedanya gitu sama Sunoo, bang Jake atau yang lain?"

"Ya emang biasa aja. Trus kamu maunya aku jawab gimana?" goda Nara.

"Ya enggak gimana-gimana juga sih. Hmm, tapi kalo disuruh milih lebih suka naik motor sama siapa?"

"Hah?" Nara sedikit membungkuk tubuh, ia tak begitu jelas mendengar pertanyaan Niki tadi. Entah karena jalan yang ramai atau angin yang kelewat kencang, tapi hal seperti ini sudah bisa terjadi pada orang yang duduk di belakang, kan?

"Lebih enak naik motor sama siapa? Gue, Sunoo atau siapa?"

"Oh, kayaknya lebih enak naik motor sama kak Jake deh. Gak tau kenapa tapi nyaman aja," jawab Nara apa adanya.

"Itu pasti karena bang Jake suruh lo peluk dia kan?"

"Hah? E-enggak juga ah," jawab Nara spontan.

"Hm, iyain aja deh." Niki mengulum bibir sembari mengembus napas. Dipikirnya dia yang akan dipilih. Ya meskipun ia juga sadar baru pertama kali memboceng Nara. Bicara pertama kali, ya itu memang benar. Karena baru-baru ini juga ia baru mendapat izin dan motor baru dari kakak sepupunya-Heeseung.

┊🌻┊🌻┊🌻┊

"Nik, aku udah selesai nih. Bayar, yuk!" Nara datang sembari membawa beberapa kuas dan cat air. Tak ketinggalan novel terbitan terbaru pun sudah ada digenggaman.

Niki yang semula berjongkok sedang mencari buku pun mendongak, "Yakin udah semua? Gak ada lagi yang mau dibeli?"

"Iya udah. Emang buku yang kamu cari belum ketemu?"

Selain mengatar Nara, sebenarnya Niki juga sekalian mencari buku biologi yang diminta gurunya untuk dibawa besok-mendadak sekali.

"Belum. Lo kalo mau bayar duluan aja. Bentar lagi juga gue nyusul," ucap Niki tapi tangan dan matanya serempak mencari-cari incaran.

"Emangnya buku apaan sih?"

"Biologi. Gue lupa penerbitnya. Tapi warna sampulnya ada abu hijaunya gitu."

𝐈'𝐌 𝐀 𝐐𝐔𝐄𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang