Ferdy dan Anisa jalan jalan bersama di New York. Ferdy hanya mengikuti kemana saja Anisa melangkah. Menyusuri jalanan kota New York yang tak pernah sepi.
"Kak," ujar Anisa.
"Kenapa?" tanya Ferdy dengan malas-malasan.
"Lihat itu," kata Anisa seraya menunjuk ke arah sebuah taman kecil.
Ferdy menoleh ke arah yang ditunjuk Anisa. Nampak sepasang muda mudi sedang asyik bercumbu mesra. Ferdy tersenyum hambar menyaksikan itu. Baginya hal sepertiitu sudah tak menggairahkan lagi.
"Jangan melihat hal hal semacam itu," kata Ferdy.
"Kenapa? Di sini orang orang terbuka dan bebas melakukan apapun," kata Anisa.
"Ya, tapi kau akan iri melihat mereka," kata Ferdy.
"Hem, kenapa aku harus iri? Aku sudah puas hanya melihat mereka," kata Anisa.
Ferdy mendekat ke arah Anisa yang berdiri di sebelah tiang lampu. Ia lantas menyentil kening Anisa.
"Auuw," Anisa mengaduh seraya memegangi keningnya.
"Sakit," rengek Anisa.
"Mana, coba kulihat. Maaf, maaf, terlalu keras, ya?' ujar Ferdy seraya mengusap kening Anisa.
Anisa bermanja dengan Ferdy, hal yang biasa ia lakukan dengan kakaknya, Agus. Karena sejak kepergian Richard, Anisa menyalahkan Agus. Ia merasa Aguslah yang menyebabkan Richard pergi.
"Kau mau makan es krim?" tanya Ferdy.
"Mau," kata Anisa sambil tersenyum.
Ferdy tersenyum manakala melihat Anisa yang tersenyum manis ke arahnya. Jika dia tak mengontrol dirinya pastilah ia sudah melumat habis bibir mungil itu.
"Ayo," kata Ferdy seraya memasang lengannya.
Anisa dengan senang hati merangkul lengan Ferdy. Mereka lantas mencari tempat nongkrong untuk menikmati es krim.
Mereka sampai di salat satu sudut kota New York. Di sana ada sebuah cafe kecil yang menyediakan berbagai macam minuman dan es krim.
Anisa memesan satu porsi es krim ukuran jumbo.Sementara Ferdy hanya memesan kopi hitam saja.
"Kenapa kau tak memesan es krim juga, Kak?'' tanya Anisa.
"Aku tak suka es krim," kata Ferdy.
"Kenapa? Ini enak, kau bisa mengurangi stres dengan makan ini," kata Anisa.
"Aku sudah bilang aku tak suka," kata Ferdy.
"Hem, baiklah," ujar Anisa mengalah.
"Kita akan berapa lama di sini? Aku tak bisa cuti lama lama. Aku bisa dipecat," kata Ferdy.
"Aku kan sudah bilang kau bisa kerja denganku. Kugaji kau lebih besar," kata Anisa.
"Dan aku juga sudah bilang aku tak akan melepaskan pekerjaanku sebagai polisi," ujar Ferdy.
"Memangnya masih ada kasus besar yang harus kau tangani? Bukankah masalahnya sudah beres? Musuh kalian sudah pergi. Dan kalian sudah menangkap siapa pelaku pembunuhan presiden waktu itu,'' kata Anisa.
"Bukan begitu, mau ada kasus besar ataupun tidak. Aku memang ingin mendedikasikan hidupku untuk pekerjaanku. Jadi aku tak mau melakukan hal lain," kata Ferdy.
"Kau sama saja dengannya. Pekerjaan lebih penting daripada seseorang," ujar Anisa.
"Anisa," ujar Ferdy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To My Enemy Yui Sakura
RomanceKisah ini adalah kelanjutan dari buku berjudul My Love My Enemy. Dikisahkan di buku pertama bahwa Anisa jatuh hati kepada Richard seorang kepala kelompok organisasi terlarang yang menjadi buronan polisi. Sementara Anisa adalah adik seorang penyidik...