"Win, lo beneran gak mau gue temenin? Atau seenggaknya gue tungguin gitu biar barengan pas pulang?"Winda menghentikan langkahnya sejenak dan berbalik menatap sahabatnya yang bernama Ryuka. Sejak Winda mengatakan kalau hari ini ia akan mencoba confess pada salah satu Kakak kelasnya, Ryuka dengan menyebalkan terus memaksa ingin menemaninya.
"Enggak usah repot-repot, karena gue gak mau!" Tolak Winda yang entah sudah berapa kali.
"Sumpah gue penasaran banget tau, Win!"
"Apa yang bikin lo penasaran sih?Ekspresi gue saat nanti ditolak Kak Naresh?" Winda hampir menjerit frustasi menghadapi Ryuka si kepala batu.
"Ya gue penasaran aja. Apakah Kak Naresh akan ngemaki-maki lo dulu sebelum nolak atau gimana? Meskipun gue tau Kak Naresh selalu nolak dengan nada suara dingin, tapi kali ini beda, Win!" Ryuka dengan mata berbinar terus berbicara, tanpa mempedulikan ekspresi Winda yang sudah menahan kepalan tangannya.
"Kali ini beneran beda, karena yang akan confess adalah Alaska Winda Bintari! Cewek paling nugu yang memberanikan diri buat-- IYA, IYA AMPUN!" Ucapan Ryuka terhenti saat Winda dengan wajah memerahnya itu mengangkat sebelah Sepatu ke arah wajahnya.
"Pulang gak lo?!"
"IYA! Ini gue pulang."
Winda menghela nafasnya dengan lega setelah Ryuka pergi dari hadapannya. Sungguh kepalanya sudah pusing sedari pagi mendengar celotehan Si gadis berambut sebahu itu.
Sebenarnya Winda merasa sedikit tidak enak menolak Ryuka yang ingin menemaninya. Winda hanya tidak ingin terlihat menyedihkan setelah acara confess nya pada Sang Kakak kelas, Naresh Narendra, yang sudah dipastikan akan mendapat penolakan.
Kakak kelasnya yang satu itu terkenal di Sekolah. Wajah tampan, prestasi gemilang, dan sebagai Center Basket di SMA Garuda. Dan yang paling menarik perhatian adalah senyumannya yang sangat manis. Senyum yang jarang terlihat itu mampu menghipnotis semua siswi di SMA Garuda untuk jatuh dalam pesonanya.
Namun, Naresh dan teman-temannya mempunyai circle pertemanan yang sulit ditembus. Apalagi sikapnya yang cenderung dingin membuat beberapa gadis urung untuk mendekati secara langsung. Kebanyakan dari penggemar Naresh mengirimkan surat cinta atau memberinya hadiah semacam cokelat atau bekal makanan yang tak pernah Naresh terima.
Lalu bagaimana dengan mereka yang mencoba menyatakan perasaannya langsung? Nasib mereka berakhir menyedihkan.
Winda pernah melihat seorang siswi mengungkapkan perasaannya pada Naresh di koridor kelas 11, tepat di depan teman-teman Naresh. Awalnya keadaan menjadi hening, namun setelah Naresh mengucapkan kata penolakan, maka teman-temannya mulai tertawa dan mengatai siswi itu. Tidak sampai di situ, beberapa hari setelahnya, Si gadis malang mendapat cemoohan dari para penggemar Naresh karena begitu berani menyatakan perasaannya.
"Lo pikir lo siapa? Sok kecakepan banget, lo kira Naresh bakal suka balik sama lo?"
"Muka kayak sikat WC aja belagu sok-sok an confess."
Dan masih banyak lagi.
Meskipun begitu, tiap minggunya selalu saja ada yang mengungkapkan rasa suka mereka pada si Pangeran Sekolah, Naresh Narendra. Dan Winda tidak percaya dia akan melakukan hal bodoh itu sekarang. Setelah bubarnya jam Sekolah, ia menunggu ekstrakulikuler Basket selesai untuk menemui Naresh.
Sejenak hatinya menjadi ragu setelah mengingat kekejaman penolakan Naresh kepada semua gadis di Sekolah. Benaknya bertanya-tanya, apa Naresh akan menolaknya dengan kata-kata kasar? Atau memanggil teman-temannya dan mengatainya? Atau bahkan dia akan mendorong Winda karena merasa ilfeel?
"Stop, Winda! Jangan mikirin hasilnya sekarang. Tujuan lo confess adalah biar hati lo lega. Seenggaknya Kak Naresh tau lo ada di Sekolah ini."
Menarik nafas sejenak, Winda kembali berjalan ke arah lapangan Basket outdoor. Sambil mengumpulkan keberaniannya untuk menemui Naresh Narendra.
*******
Awan gelap tampak menggantung di langit sore ini. Setelah Pelatih memberi tahu Latihan untuk hari ini selesai dan teman-temannya mulai beranjak pergi satu-persatu, Naresh masih tertahan dengan bola basket di tangan.
Tangannya masih aktif mendribble bola dan menggiringnya ke arah Ring, sebelum netra itu menangkap seorang gadis yang berjalan ke arah lapangan. Sejenak Naresh menghentikan permainannya dan melirik ke arah sekitar. Sudah tidak ada siapa-siapa lagi di sini selain dirinya.
"Kak Naresh?" Suara itu terdengar pelan dan sedikit bergetar.
Naresh tidak menjawab, ia hanya diam dan memandangi gadis yang sibuk menautkan kedua jarinya. Sesekali mata bulat itu melirik takut-takut padanya.
"Aku suka sama kakak." Naresh tidak terkejut sama sekali, terlalu sering menerima pernyataan cinta membuatnya biasa saja saat mendengar kalimat itu.
Entah berapa puluh gadis yang sudah mengatakan hal yang sama, dan jujur saja membuatnya lelah mendengar pengakuan cinta dan juga terlalu lelah untuk menolaknya. Sayang sekali, hari ini teman-temannya tidak turut menemani saat ia berlatih Basket, hingga Naresh harus menghadapi gadis di depannya ini sendirian.
"Alaska Winda Bintari," gumam Naresh pelan, membaca nametag di baju gadis yang baru saja menyatakan perasaan padanya.
Gadis itu mengangkat pandangannya dan mengerjap pelan, mungkin kebingungan saat Naresh memanggil namanya.
"Nama panggilan lo apa?" Tanya Naresh kemudian.
"Winda, Kak."
"Kelas?"
"Sebelas IPA dua."
"Okay, Winda. Gue terima."
"Hah?"
Mata bulat dengan iris cokelat terang milik Winda menatap Naresh dengan raut wajah bingung. Seakan-akan bertanya apa yang dimaksud Naresh dengan kalimat sebelumnya.
"Lo suka sama gue, kan?"
Winda mengangguk pelan.
"Yaudah, gue terima. Kita pacaran." Tanpa beban kalimat itu terlontar. Berbeda dengan reaksi Winda yang kaget dengan mata yang membola sempurna.
Naresh terkekeh pelan, reaksi gadis di depannya cukup menghibur rasa lelahnya hari ini. Terlihat sangat polos dan menggemaskan.
"Udah sore, gue pulang duluan. Dah, pacar."
Lagi. Naresh mendapat reaksi wajah yang lucu dari Winda yang kini makin menegang. Baiklah, sudah cukup. Reaksi itu penutup hiburannya hari ini.
Naresh akan mengabaikan efek dari kalimatnya. Ia hanya perlu sedikit hiburan, dan gadis itu datang tepat waktu. Sedikit bermain-main, tidak apa-apa, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams Come True (Jaemin X Winter)
Teen FictionBayang-bayang penolakan yang ada di dalam benak Winda selalu menekan keinginannya untuk tidak menyatakan perasaan pada Kakak Kelasnya, Naresh Narendra. "Ini tahun terakhir lo liat dia loh, Win. Kalo keburu lulus dan Kak Naresh lanjut kuliah, lo gak...