Halo, ada yang nungguin ini?
***
Winda pulang dengan keadaan sedikit mengenaskan. Tubuhnya basah kuyup diguyur hujan, tatapannya kosong dan berakhir demam pada malam hari.
"Kamu lihat hantu kemarin?" Tanya Bayu saat meletakan telapak tangannya di dahi Sang Putri.
"Winda bukan indigo, Papa!" Winda merengek dengan suaranya yang serak. Gadis berusia 17 tahun itu terbaring lemah dengan bye bye fever yang menempel di keningnya.
"Tau sendiri gak tahan dingin, ini malah ujan-ujanan." Wajah pucat Winda semakin merengut tak suka saat Tia, Sang Mama, ikut berkomentar.
Memang, setelah ajakan pacaran Naresh kemarin sore, Winda termenung lama hingga tak menyadari hujan turun dan membasahinya. Pakaian, sepatu, hingga buku-buku yang Winda bawa di dalam tas semuanya basah. Yang menjadi pelengkap adalah salah satu buku catatan itu milik Sultan, teman sekelasnya. Winda tidak bisa membayangkan akan semarah apa Sultan jika tahu kalau buku catatan yang dipinjam oleh Winda kini sudah tak layak baca.
"Mama, kan aku nggak sengajaaa!" Rengekan itu kembali terdengar. Winda meringsut mendekati Sang Papa yang berada di samping kanannya. Memeluk sebelah tangan Bayu dengan wajah memelas, seakan-akan meminta Sang Papa untuk melindunginya dari omelan Tia.
"Udah Ma, kasian. Winda kan lagi sakit. Jangan diomelin gitu dong."
"Kamu nih terlalu manjain Winda, makanya Anaknya jadi manja, dikit-dikit sakit, dikit-dikit ngadu. Ya ini, gara-gara kamu, Mas!"
Winda merengut kecil saat mendengar omelan Tia. Setiap Winda merengek saat sakit, Orang tuanya selalu terlibat perdebatan kecil. Mama yang mengungkapkan kekhawatirannya dengan sedikit mengomel, dan Papa yang penuh kasih sayang selalu memanjakan Winda.
Bayu menghela nafas pelan, kemudian melepas pelukan Winda pada tangannya dengan perlahan. "Cantiknya Papa istirahat aja, ya? Biar besok sembuh."
Setelahnya, Bayu membawa Tia untuk keluar dari kamar putri mereka. Winda hanya mendengar samar-samar percakapan kedua orang tuanya yang berdebat kecil. Alih-alih merasa sedih, Winda malah mengukir senyuman. Mama dan Papa selalu seperti itu karena mengkhawatirkannya. Merasa bersyukur mempunyai Keluarga yang penuh kasih dan sayang. Dan sebentar lagi ia juga akan mendapat kasih sayang dari pacar barunya. Iya, kan?
Berbicara soal pacar barunya itu, Winda kembali mengukir senyuman dengan pipi yang merona. Astaga, tidak pernah sedikit pun Winda membayangkan ia akan menjadi pacar dari seorang Naresh Narendra. Si Center Basket andalan SMA Garuda yang super-duper tampan mempesona!
"Ah, masih gak nyangka! Ini bukan mimpi, kan, ya?" gumamnya dengan senyuman bodoh yang masih terukir.
"Winda, temenmu dateng nih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams Come True (Jaemin X Winter)
Teen FictionBayang-bayang penolakan yang ada di dalam benak Winda selalu menekan keinginannya untuk tidak menyatakan perasaan pada Kakak Kelasnya, Naresh Narendra. "Ini tahun terakhir lo liat dia loh, Win. Kalo keburu lulus dan Kak Naresh lanjut kuliah, lo gak...