Nodal (2)

87 3 0
                                    

Aku dan Theo segera menuju halaman belakang setelah pembagian tugas dari Ram. Kami tetap waspada dengan keadaan di sekeliling gedung. Lengah sedikit saja, bisa-bisa kami berdua menjadi kudapan para zombie.

Sama halnya seperti halaman depan, peluru-peluru kosong berserakan di jalanan beraspal menuju halaman belakang. Genangan darah di beberapa titik juga terlihat mulai mengering. Aku semakin yakin baku tembak sudah terjadi sebelum kami datang kesini.

"Jangan jauh-jauh, Le."

Aku mengangguk dan kembali berjalan di samping Theo karena ia menyuruhku untuk tetap berdekatan dengannya.

.

Sebuah tenda panjang berwarna putih berdiri di lapangan saat aku dan Theo sampai di halaman belakang.

"Sepertinya itu tenda yang dijadikan tempat tinggal warga yang mengungsi." Ucapku.

Theo mengiyakan.

"Tapi kenapa kosong sekali ya, Le?"

Aku mengedikkan bahu dan mendahului Theo menghampiri tenda darurat tersebut. Saat hendak membuka tabir yang menutupi jalan masuk tenda, Theo dengan cepat menahan tanganku.

"Dengar.." ucapnya tanpa suara.

Aku mengernyit bingung. Sedetik kemudian, suara geraman samar terdengar dari dalam tenda. Dan detik itu pula aku menyadari bukan hanya kami berdua yang ada di tempat ini.

***

Logo bertuliskan "Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Polres Mapo" menyambut Ram yang baru saja memasuki gedung. Meja informasi di bawahnya tampak berantakan dengan berkas-berkas yang berserakan dimana-mana.

Ram menyingkirkan berkas di lantai dengan kakinya dan melangkah masuk lebih dalam. Sejauh ini tidak ada tanda-tanda keberadaan mayat hidup ataupun orang-orang hidup di dalam sini. Beberapa ruangan lain di dalam gedung juga tertutup rapat dan dalam keadaan terkunci. Akses menuju lantai dua juga di blokir dengan barang-barang yang disusun sedemikian rupa.

Ram berhenti di depan sebuah ruangan dengan pintu kaca yang terbuka. Dari luar, Ram melihat banyak meja kerja di ruangan tersebut. Ia pun masuk ke dalam dengan hati-hati.

Mata Ram berkeliling. Bagian tengah ruangan ini kosong, hanya terdapat kursi-kursi saja. Ram pun memeriksa meja-meja yang ada, menggeledah laci-lacinya, dan mengambil barang-barang yang mungkin akan mereka butuhkan di perjalanan nanti.

Brak!

Ram menoleh, mencoba mencari sumber suara mencurigakan tersebut. Ram menyampirkan tas hitam yang tadi ia temukan di punggung. Ia pun mengambil linggis miliknya kemudian berjalan menuju koridor sebelah kanan di ruangan ini.

Brak!

Ram mengeratkan genggaman pada linggis di tangannya. Meja-meja kerja yang ia yakin tadinya berada di tengah ruangan ternyata berpindah tempat di depan sebuah pintu jeruji besi di ruangan paling ujung. Ram tidak tau itu ruangan apa, tapi ia yakin meja-meja tersebut menghalangi sesuatu yang ada dibalik pintu.

Brak!

Brak!

Ram terus melangkahkan kakinya mendekati tumpukan meja-meja tersebut. Semakin dekat Ram dengan ruangan itu, semakin jelas juga suara tabrakan dua benda yang tadi ia dengar.

Dan saat sampai di depan tumpukan meja yang menutupi pintu jeruji besi, Ram mengintip melalui sela-selanya. Tubuh Ram membeku di tempat saat mayat-mayat hidup yang memenuhi sel-sel tahanan menabrakan tubuh busuk mereka ke jeruji besi di depannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Z:ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang