Flee

138 23 1
                                    

Derap langkah dari luar terdengar jelas menuju arah tangga tempat kami berdiri. Disusul dengan geraman dan raungan dari mayat hidup itu. Suara yang sama juga terdengar dari arah belakang.

"Kita terkepung.." ucapku.

"Tak ada jalan lain.." Gumam Gernaldi.

"Tetap berdekatan, teman-teman. Theo! Ram!" Panggilnya.

"Zombie di belakang juga menuju kemari, Ger!"

"Biarkan saja mereka yang di belakang, kita harus tetap jalan."

Theo dan Ram yang tadi berjaga di tangga atas segera turun. Aku, Alya dan Reina yang tangan kosong berkumpul di tengah dan membiarkan mereka yang memegang senjata mengelilingi kami.

Kami semua bergerak turun. Lima zombie menggeram dan berjalan mendekat dari ruang olahraga. Gernaldi dan Will mengayunkan tongkat baseball yang mereka pegang saat dua zombie menyerang. Satu zombie terjatuh.

"Maaf, kawan.." Gumam Will

Ia menghantam kepala zombie itu ke lantai berkali-kali hingga darah zombie itu mengucur dan membentuk genangan. Anna memalingkan wajahnya. Sedangkan Rexel dan Alya terlihat akan muntah. Setelah zombie itu diam tak bergerak, Will beralih ke zombie lain.

Tepat saat Ram mengaitkan kunci pintu teralis besi, zombie-zombie itu turun dari atas dan menabrakkan tubuh mereka di pintu teralis. Kami menjauh saat tangan-tangan berdarah itu keluar dari celah teralis dan mencoba menggapai tubuh kami. Mayat hidup lain berjalan mendekat dari arah belakang.

"Kenapa mereka lebih banyak dari sebelumnya?"

Derby terlihat bingung sendiri. Ia terus memukul zombie yang mendekat dengan tongkat baseballnya.

"RAM!" teriaknya meminta bantuan.

Ram mendekat dan segera menghantam kepala zombie lain yang mencoba menyerang Derby dengan linggis di tangannya.

Aku hanya bisa melongo melihat tindakan bar-bar yang dilakukan teman-temanku.

"Dio.." gumam Rea yang berada di belakangku.

Aku menoleh. Rea menatap satu zombie yang mendekat ke arahnya. Zombie Dio. Tangan Rea gemetar. Anna yang berada di sebelah Rea segera memukul zombie itu hingga jatuh tersungkur. Theo tampak menatap Rea sekilas kemudian menghantam kepala zombie yang akan bangkit itu dengan tongkat baseball nya.

"Sadarkan dirimu, Kak! Dia bukan manusia lagi!" Seru Theo pada Rea.

Pintu teralis besi berderit nyaring. Suara raungan zombie-zombie yang terhalang teralis semakin terdengar mengerikan.

"Cepat lari!" Ajak Will.

Lima zombie sebelumnya sudah terkapar di lantai. Theo mendorong Rea dan Anna agar maju. Aku menggandeng tangan mereka berdua dan segera berlari menyusul lima orang yang sudah lebih dulu berlari ke ruang olahraga.

Gernaldi menggedor-gedor pintu ruang olahraga sambil berteriak-teriak memanggil Pak Reno. Sedangkan Rexel berulang kali meminta seseorang untuk membukakan pintu. Zombie-zombie yang masih tersisa tampak menyeret kaki mereka mendekat ke arah kami.

"Astaga, cepatlah buka!" Teriak Rexel frustasi.

Zombie-zombie itu mendekat, semua laki-laki—kecuali Gernaldi dan Rexel, bersiap mengayunkan senjata melawan mereka. Alya menangis ketakutan. Tepat saat tongkat baseball Derby menghantam kepala zombie, pintu ruang olahraga terbuka.

"Ayo cepat masuk!"

Gernaldi dan Rexel menyeret kami semua masuk. Theo, Will dan Derby menyusul. Aku sempat melihat Ram menusuk mata salah satu zombie dengan linggisnya dan menendang zombie itu menjauh sebelum masuk ke dalam ruangan. Pintu ditutup dan dikunci dengan cepat.

Z:ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang