Desahan napas terdengar berat, lelaki itu meringkuk ketakutan namun sedetik itu pula ia tertawa terbahak-bahak. Sorot matanya yang telihat begitu pedih ia menatap selembar surat yang sudah mulai kusam termakan waktu, lelaki itu membaca seksama bahkan ia sudah sangat hapal dengan isi dari surat itu. Memorinya terpacu kepada sosok wanita yang sangat ia cintai namun wanita itu meninggalkannya dengan keji, lelaki itu menangis histeris dan terrtawa secara bersamaan.
Lelaki itu memiringkan wajahnya. "Apa sayang, kamu kangen sama aku? Aku juga, pulang yuk,"ujarnya purau sambil berbicara dengan guling yang ada di pelukannya.
"Kamu tidur ya," lanjutnya dan menimang nimang guling itu.
"Kamu juga tidur," ujar wanita paruh baya sambil mengelus rambut lelaki itu dengan lembut, "kalo kamu gak tidur gimana dia mau pulang heum?"
Lelaki itu mengangguk antusias. "Beneran? Tapi aku udah nunggu lama masa dia gak mau pulang."
"Dia akan ke sini, mau atau tidak dia akan ke sini. Mamah janji sama kamu."
Apapun ia akan lakukan untuk kesembuhan anaknya, bahkan ia akan membawa racun itu ke keluarganya untuk menjadi penawar anaknya yang gila karena cinta. Keluarga yang awalnya harmonis menjadi ruyam karena kedatangan wanita yang berhasil merenggut kewarasan dari anaknya, tawa yang dulu menjadi lantunan melodi sekarang hanya terdapat isakan tangis.
♡♡♡♡♡
"Xia! Kamu apa-apaan?!"
Xia yang baru akan masuk kamar menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap Que yang menatapnya dengan nyalang. Xia meneguk ludah saat melihat Sinfoni yang juga tengah menatapnya datar, kepala Xia semakin menunduk ia tidak berani menatap kedua orang tuanya.
"Apa kamu sudah gila!" Xia menggeleng ragu. "Kalo kamu gak gila, kamu gak akan melakukan hal itu!"
Xia membuang muka. "Itu hak aku."
Que melotot. "Hak kamu bilang?! Hak dari mana Hah!!" Tangan kanan Que mencambak rambut Xia membuat gadis itu terus mengaduh. Tak sampai itu, Que juga mencakar kulit sawo matang dan menimbukan keluarnya darah.
Que mendorong Xia sampai tubuh mungil itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh diantara guci besar, ia hanya bisa menangis dan merintih saat kaki jenjang milik Que menendang tubuhnya.
"S-akit."
"Sekarang kamu baru bilang sakit?" Que mencengkram dagu Xia. "Baru kaya gini kamu bilang sakit? Bagaiman kalo mereka yang memukulmu, apa itu tidak lebih sakit?"
"M-aaf M-ah hiks," rintih Xia.
Que melepaskan cengkramannya. "Mamah sekolah 'kan kamu tinggi-tinggi supaya kamu jadi pengusaha sukses! Bukan malah sukses jadi pelakor!!!"
"Kamu sadar gak si? Rasa sakit kamu gak sebanding rasa sakit istri sah dan Mamah! Mamah malu punya anak kaya kamu!"
"Maaf Mah hiks." Xia memegang kaki Que. "Xia khilaf Mah, dia yang ngejar-ngejar aku dan hiks aku terbuai, Mah."
"Lihat ini!" Xia menerima ponsel yang berisikan berita ia yang menjadi rusak nya rumah tangga pengusaha restoran, dan semua komentar jahat yang mulai memenuhi akun instagaram miliknya. Xia menggeleng ia tidak mau popularitasnya yang baru ia mulai menjadi hancur karena kecerobohanya, semua gara-gara Brio yang sukses membuat ia terbuai dengan perilaku manisnya. Lantas apa yang harus Xia laku'kan saat bertemu dengan teman kamusnya?
"Popularitas kamu hancur,"ujar Que sambil tersenyum sinis, "contoh 'lah Bea dia tidak pernah terlibat dalam sekandal apapun, Mamah gak akan bantu kamu. Silahkan klarifikasi sendiri." Setelah mengatakan itu Que bergegas pergi meninggalkan Xia yang masih meraung.
"Nak, Papah malu," ujar Simponi sambil membantu Xia untuk kembali berdiri.
"Makasih, Pah." Xia memeluk tubuh tegap Ayahnya. "Maafin aku ya, Pah."
Simponi tersenyum ia menghapus air mata Xia. "Tidur 'lah jangan nangis terus nanti matanya bengkak heum?" Xia mengangguk ia membuka pimtu kamarnya dengan pelan.
"Semua orang jahat!" teriaknya memenuhi sudut ruang kamar yang bernuanasa jingga, ia melempar asal semua bonekanya tak lupa ponsel dengan logo apel gigig juga ia lempar ke arah kamar mandi.
"Hahaha." Xia tertawa ironi, ia kemudian menatap cermin dengan senyuman devil. "Bea, semua orang memujamu. Lihat 'lah saja aku akan merampas semuanya darimu, aku juga putri Simfoni Abraham Marvelues tapi semuanya menganggap aku layaknya debu yang patut untuk dijauhi. Sedangkan Bea? Kamu sangat beruntung."
25 Januari 2022
Hiks hiks hiks
Maaf ya semua part kali ini dibuat dadakan banget jadi mungkin gak jelas😭 Ratu Senja lagi agak sibuk tapi Ratu juga ada kewajiban untuk cerita ini :)
Alhamdulillah kalo mau vote dan komen Ratu gak maksa kok, tapi Ratu harap kalian ambil pesan dari setiap part yang ada.
Semangat!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Perfect Women
RandomSeperti Bumi, Neptunus dan Pluto itu lah yang dialami Bealine, gadis dengan sejuta pesona yang mampu membuat lelaki tunduk dengan satu senyuman simpul. Kaya, cantik, serta populer siapa yang tidak cemburu dengan Bea? Lahir dari keluarga Marvelues me...