Assalamualaikum, Ratu Senja kembali lagi :) maaf kalau partnya gaje, lagi anu soalnya😭. Laporkan jika ada typo ya^^
••••••••••••••••••••••••
Bea semakin menarik selimut agar membungkus seluruh tubuhnya, ia bergerak kurang nyaman saat dirasa kasur yang ia gunakan terlalu kecil. Bea kembali menegakan tubuhnya, kedua tanganya ia gosok-gosokan sehingga membuat rasa hangat yang ia harap nengurangi rasa dingin. Saat ini Bea sedang menginap di kontrakan kecil milik Iris ia memutuskan untuk tidak pulang ke rumah, sungguh akhir-akhir ini ia merasa tidak nyaman berda di dalam rumah. Bukan karena fasilitas yang kurang oh ayolah rumah milik keluarga Marvelues tidak mungkin kekurangan fasilitas, hanya saja Bea merasa keluarganya tidak seperti dulu tidak ada kehangatan di dalamanya.
Ekor mata Bea menatap Iris yang terlelap tidur dengan karpet tipis serta kain jarit yang membungkus tubuh Iris, padahal Bea sudah menawarkan untuk tidur bersama dirinya saja. Namun, gadis itu menolak dengan alasan tidak pantas tidur bersama seorang Bea dan dengan rasa tidak enak hati Iris lebih memilih tidur di atas karpet.
"Itu orang apa bukan si?" gumam Bea menatap heran Iris yang terlihat begitu nyaman, "saya aja tidur di kasur kedinginan apalagi Iris tidur di karpet."
Bea mengubah posisinya menjadi berdiri ia kemudian melangkah dengan hati-hati dan membuka pintu kontrakan serta membawa ponsel di tanganya, ia menarik napas begitu dalam saat dirasa suasana di pagi hari yang cukup membuat dirinya mengigil. Bea mulai menggerakan kedua tangannya kedepan dan kebelakang secara teratur, sepertinya ia perlu melakukan pergerakan otot untuk membuat tubuhnya kembali menghangat.
"Masih dingin," cicitnya sambil mengangkat kaki kanan nya, kepalanya menoleh menatap ke arah gang sempit yang dipenuhi oleh kabut. Buluk kuduk Bea meremang saat dirasa pikiran negatifnya mulai berkeliaran, Bea itu penakut tapi selalu penasaran dengan hal-hal yang berbau mistis.
"Ngeri-ngeri sedep." Lagi-lagi ia bergumam sambil terus menatap ke arah yang sama, pikirannya ingin mengalihkan pandangan tapi rasa pemasaranya jauh lebih besar. Sejenak Bea menghentikan gerakanya, ia menatap kosong gang sempit yang pencahayanya remang-remang. Bea jadi pemasara bagaimana sensasi ia berjalan di gang sempit itu.
Dret! Dret!
Bea menarik napas gusar. "Dia lagi."
"Hallo?"
"B-ea kamu pasti denger desas-desus itu 'kan?"
Bagas mencengkram erat ponselnya, menunggu jawaban dari Bea sungguh membuat jantungnya seperti ingin keluar.
"Iya."
"Kamu jangan salah paham dulu ya? Aku bisa jelasin."
"Emang kamu pikira aku perduli?"
"Aku akan tetap jelaskan kalau sebenarnya gosip itu memang nyata adanya."
Napas Bea menjadi memburu, mau sekuat apapun ia membohongi dirinya ia tetap akan kalah dengan perasaan itu sendiri.
"A-ku juga tidak tau kalau kemaren aku mau tunangan, karena Mamah bilang kalau itu cuman acara biasa. Sungguh percayalah padaku, aku datang ke pertunangan juga dalam keadaan aku tidak tau menahu."
"Bea, apa kamu masih di sana? Mau sekeras apapun kamu menyangkal, aku tetap yakin kalau kamu masih ada perasaan untuk aku. Bea, aku mohon sekali saja beri aku kesempatan untuk memulai dari awal bersamamu."
"Bagas, aku tidak bisa."
"Kenapa? Apa selama ini perjuangan aku tidak ada artinya untuk kamu? Kasihini 'lah aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Perfect Women
AléatoireSeperti Bumi, Neptunus dan Pluto itu lah yang dialami Bealine, gadis dengan sejuta pesona yang mampu membuat lelaki tunduk dengan satu senyuman simpul. Kaya, cantik, serta populer siapa yang tidak cemburu dengan Bea? Lahir dari keluarga Marvelues me...