Jatuhnya Golden Asteroid memunculkan banyak sekali problem serius di Hiddenland. Dampaknya hukan hanya fasilitas dan instalasi, melainkan juga alam dan manusia. Bahkan medan magnet pun dibuat tidak stabil. Teknologi supercanggih seperti kapsul waktu dan mesin pemindah tidak dapat dibenahi, padahal benda-benda itulah yang pernah menghadirkan kebanggaan besar bagi manusia itu sendiri.
Habibie merutuk, lupa bahwa tak seharusnya dia membuka aplikasi roadmap untuk memulai navigasi. GPS dan jaringan internet mustahil dijangkau, lantas untuk apa dia membawa smartphone ke tempat ini? Embusan napas berat keluar dari mulutnya, mencoba untuk tidak kecewa. Semoga saja benda itu bisa berguna nanti.
"Ayo, Habibie." Claryn yang sedang berjongkok menepuk pundak Habibie. Saat ini kotak mereka memang sudah diletakkan dengan aman di daratan Itania, Osthia Port lebih tepatnya. Tim Romawi hanya perlu menunggu komando Habibie sebelum lanjut ke titik persinggahan.
"Sebentar," ujar Habibie, sedikit mempertimbangkan ke arah mana mereka berlari. Dia lalu menatap manik mata Claryn, membuat gadis itu gugup sendiri. "Kerumunan atau tempat sepi?"
"Eh?" Claryn kebingungan, tetapi akhirnya paham saat Habibie mengulang kata-kata itu sekali lagi. "Oh, kerumunan ... mungkin?"
Tatapan sayu Habibie lantas beralih ke luar pelabuhan. Dari sini, dia dapat melihat hambatan yang cukup rumit. Mengikis habis celah gerbang, wisatawan yang membeludak mengantre panjang di beberapa kios makanan. Sejenak, Habibie merasa ragu. Bisakah Tim Romawi menembus lautan manusia itu tanpa sedikit pun membuat masalah?
"Bilang ke Rydel, jangan menyenggol orang sembarangan. Kita akan pergi ke pemukiman Lido de Osthia bagian utara," putus Habibie final. Claryn menyambutnya dengan anggukan mantap lalu segera beranjak untuk melaksanakan perintah itu.
Di belakang mereka, siapa yang tahu kalau Vaeril sedang tidak baik-baik saja. Perubahan sikap Claryn dan kata-kata Vinz sungguh membuatnya pusing setengah mati. Ada banyak sekali pertanyaan yang hinggap di kepala. Mulai dari siapa Vinz sebenarnya, kekuatan apa yang dia miliki, hingga bagaimana bisa lelaki itu tahu kalau Rydel memiliki tombak.
Vaeril memilin rok, berusaha mencermati segala ketepatan Vinz dalam menebak identitas mereka. Jangan bilang dia itu penyihir yang bisa membaca benang takdir hanya dengan melihat garis mata. Bukankah gawat kalau semua rencana mereka terbongkar hanya karenanya?
"Vaeril, apa yang kau pikirkan?" Habibie tiba-tiba saja menatap Vaeril tajam, menyiratkan ketegasannya dalam memimpin. "Cepatlah bersiap, kita tidak boleh lama-lama di sini!"
Mengangguk cepat, Vaeril lekas memasukkan healer yang tadi sempat dikembalikan oleh Lateef. Entah kenapa pria itu berubah pikiran, yang jelas Vaeril tidak ingin ambil pusing. Dia memastikan sejenak sebelum berdiri. Namun, dekapannya pada backpack tiba-tiba terlepas. Alhasil, beberapa bungkus kuenya jatuh berserakan di pasir pantai.
Rydel baru saja ingin membantu, tetapi petugas yang berdiri di menara tahu-tahu berteriak. Atensi beberapa rekan di sekitar kapal jelas langsung teralihkan. Sialnya, Vaeril-lah yang jadi sasaran. Gadis bersurai silver itu kabur sesuai instruksi dari Habibie yang sudah pergi lebih dulu bersama Claryn. Beberapa bungkus kue yang tidak sempat dipungut terpaksa dia tinggalkan. Menangislah, Rydel.
Menabrak beberapa orang di tengah jalan, Tim Romawi membuat jarak yang begitu lebar. Sayang sekali itu hanya bertahan sebentar, padahal Vaeril belum sempat keluar dengan aman. Gadis itu meringis. Tubuh kecilnya diimpit seketika, kepalanya disikut, kakinya diinjak. Sungguh, nasib sial apa lagi ini?
Sejauh mata memandang, hanya sekelompok orang berkulit putih yang dapat Vaeril lihat dari kejauhan. Rydel menghilang, padahal baru beberapa detik arah pandangnya berubah. Gadis beranting kristal itu pun terpaksa berlari tanpa tujuan, yang terpenting dia harus bebas dulu dari kejaran, masalah berkumpul bisa diurus nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rioma's Red Sunset (MAPLE ACADEMY HIDDEN YEAR 2)
Fantasy[UPDATE SETIAP SELASA & JUM'AT] Gladiator? Battle? Sihir? Apa yang akan kalian pikirkan jika diminta untuk menjelajahi seisi Colosseum? Berpetualang ke amphitheater megah seperti itu tentu bukanlah perkara mudah, terlebih manusia juga hadir di dalam...