Seberkas cahaya menyilaukan menembus kobaran api yang panas, mendarat dengan sempurna, sebelum akhirnya kembali menerjang gelapnya lorong rahasia. Tidak butuh teknologi canggih untuk memandu, serigala berbulu abu-abu gelap itu dapat dengan mudah mendeteksi keberadaan sosok yang diincar. Hanya berbekal insting, terowongan yang memiliki banyak simpangan tidak membuatnya kebingungan sedikit pun.
Rydel adalah pengejar yang baik, selaras dengan nama belakangnya yang memiliki makna 'menghindar' jika diterjemahkan. Kecepatannya setara dengan kemampuan Wolfe. Jadi, tidak heran kalau mereka sering mengadu bakat di akademi.
Sementara itu, Garth yang cukup percaya diri terus berlari menyusuri lorong berdinding hitam, menerjang reruntuhan, berguling ke depan, hingga melompati selokan-selokan kecil yang mengadang. Di tangannya, Chiyo terus memberontak. Tampaknya Garth tidak tahu bahwa monyet kecil itu bisa mengirim sinyal kepada Rydel.
Kaki depan Rydel berubah menjadi tangan manusia begitu sosok Garth sudah terlihat di depan mata. Bersamaan dengan itu pula, bloodlust spear-nya kembali muncul dan meninggalkan percikan sinar di sepanjang jalan yang dia tempuh. Butuh seperempat menit baginya untuk meringkas jarak. Namun, sebelum sempat dia melakukan apa pun, Garth lebih dulu menyadari keberadaannya.
Dentuman yang begitu hebat terdengar menggema. Baik Garth maupun Rydel, mereka sama-sama menjauh begitu tombak dan belati saling beradu. Di satu sisi, Garth mulai panik. Di sisi lain, Rydel lega walaupun staminanya berkurang drastis.
"Pengguna kemampuan," ujar Garth tiba-tiba, membuat Rydel yang awalnya tenang sontak membeku. "Aku curiga, jangan-jangan kau dan temanmu itu ... bukan manusia?"
"Tau apa kau soal kami? Iri kau karena aku bisa mengejarmu?" Rydel terbahak renyah, berusaha untuk tidak terpancing omongan musuhnya. "Asal kau tau, ya. Kami itu punya strategi, kami juga punya kepandaian. Kami bukan sepertimu yang hanya mengandalkan ambisi dan kekuatan. Seharusnya yang kau pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya kabur dariku, bukan malah memusingkan identitas kami."
"Sudah selesai ceramahnya?" Garth menyunggingkan senyum remeh. "Aku biarkan kalian pergi, jadi menyingkirkan sebelum aku berubah pikiran."
"Hei! Kukira kami takut padamu?"
Bohong besar kalau Garth berkata seperti itu hanya untuk menyelamatkan diri dari ancaman Rydel. Jauh di dalam hati, sebenarnya dia hanya ingin menunggu waktu yang tepat untuk memberantas mereka semua. Dia sangat tertarik pada keempatnya, terlebih pada kemampuan Vaeril yang sempat membuatnya ternganga. Namun, mengingat Rydel sulit ditaklukkan, Garth tidak punya pilihan lain selain melarikan diri. Dia mendapati banyak sekali risiko jika pertarungan ini tetap dilanjutkan.
"Mundur atau kubunuh monyetmu?" ancam Garth sembari menenteng Chiyo yang kesakitan. Selain menjadi pembunuh ulung, pria itu juga suka menyiksa hewan tak berdosa.
"Membunuh? Untuk apa kau membunuh hewan lemah, jelek, dan menyebalkan seperti dia?" Bukannya terprovokasi, Rydel justru tertawa. Suaranya keras sekali sampai-sampai membuat Chiyo sedih karena merasa dikhianati. "Yah ... kalau kau mau, sih, tidak apa. Daripada dibunuh, lebih baik ambil saja. Kau bisa menyuruhnya mencuri, memasak, memijat, dan masih banyak lagi."
"Lalu bagaimana jika aku mengincar gadismu?"
Sadar bahwa Vaeril yang dimaksud, genggaman Rydel pada tombak menguat seiring buku-buku jari tangannya yang memutih. Tatapan lelaki itu berubah drastis bertepatan dengan gerakannya yang meningkat pesat. Tidak tinggal diam, kali ini Chiyo ikut beraksi. Tubuhnya langsung mengecil menjadi seukuran ibu jari. Bakat itu seketika membuat Garth terkejut. Chiyo berhasil lepas dari cengkeraman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rioma's Red Sunset (MAPLE ACADEMY HIDDEN YEAR 2)
Fantasy[UPDATE SETIAP SELASA & JUM'AT] Gladiator? Battle? Sihir? Apa yang akan kalian pikirkan jika diminta untuk menjelajahi seisi Colosseum? Berpetualang ke amphitheater megah seperti itu tentu bukanlah perkara mudah, terlebih manusia juga hadir di dalam...