1. Obstacles of Journey

222 67 177
                                    

Kaca jendela perpustakaan pecah. Bersamaan dengan itu pula, seorang lelaki dengan bandana di leher meluncur bebas dari lantai atas. Keadaan yang semula sepi menjadi sangat ramai saat kepingan-kepingan kaca itu jatuh berantakan bak air hujan turun dari langit.

Suara langkah seseorang terdengar, Mrs. Therenia tiba-tiba muncul dari tempat Rydel melompat. Mengagumkannya, lelaki sinting itu tidak berkutik. Dia malah tidur telentang tanpa menghiraukan serpihan kaca yang menancap di mana-mana.

"Rydel Dodge! Pengurangan lima poin untuk Asrama Fantasi!" seru Mrs. Therenia to the point. Dia tampak tidak peduli dengan kondisi Rydel di bawah sana, seolah yakin bahwa anak murid satu itu pasti akan baik-baik saja. "Sekali lagi kau datang tanpa izin, akan saya buatkan laporan ke Kepala Sekolah!"

"Yosh!" Rydel Dodge—Werewolf maniak darah—tiba-tiba semringah kala melihat cairan merah menetes dari tangannya yang tertusuk beling. Kata-kata dari Mrs. Therenia sengaja dia abaikan, masa bodoh dengan pengurangan nilai yang selalu saja dijadikan ancaman.

"Rydel! Dengarkan saya!" bentak Mrs. Therenia lagi, kali ini berhasil membuat Rydel buru-buru berdiri. Namun, dia malah langsung berlari begitu melihat tanduk gurunya ternyata sudah mencuat tinggi. "Rydel! Jangan kabur!"

Rydel tidak peduli. Dia terus berlari ke arah aula karena memang itulah tujuannya setelah menghabiskan waktu makan siang untuk menonton video dari pulau kegelapan. Terlihat dari kejauhan, jendela yang semula berlubang kini sudah kembali utuh seperti semula. Rydel berdecak kagum, ternyata seperti itulah cara pihak akademi merekonstruksi bangunannya.

Setelah terbebas dari amukan seorang Succubus, Rydel kembali kalang kabut saat sudah menjejaki lantai porselen aula akademi. Semua pasang mata tertuju padanya, tentu dengan sorot yang berbeda-beda. Dilihatnya ke depan, ternyata guru-guru juga tengah memperhatikan.

Vaeril diam, Habibie mendengkus kasar, sedangkan Claryn rasanya ingin menghilang saja dari sana. Melihat salah satu anggotanya terlambat tentu bukan menjadi hal yang enak dilihat, apalagi di depan para guru yang sudah rela menyempatkan waktu untuk datang ke tempat ini.

"Maaf, aku terlambat." Setelah membungkuk untuk meminta maaf, Rydel langsung berbaur menuju timnya. Mr. Navarro melemparkan senyuman dari jauh, menyiratkan dengan sangat jelas bahwa akan ada konsekuensi di balik keterlambatan itu.

"Kau berulah lagi?" tanya Habibie sambil menoleh sedikit ke belakang.

"Tidak, kok, tidak." Rydel menggeleng polos. Tampang tanpa dosanya itu benar-benar mengundang pukulan. "Kudengar ada kasus bunuh diri dari Malice Island, jadi aku hanya ingin melihat video itu di perpustakaan dan mempraktekkannya."

"Memangnya apa yang kau lakukan? Lompat dari lantai atas?" tebak Claryn asal, tetapi siapa sangka Rydel justru mengiakannya seraya menunjukkan tangan yang berdarah.

"Bersama kaca-kaca ini."

"Gila."

Pembahasan tentang Hiddenland kini beralih ke informasi terkait situs mitologi masing-masing tim. Tim Habibie memperoleh izin untuk pergi ke South Europia, region tempat sebuah amphitheater megah berada. Habibie lalu mengulang kata-kata Mr. Nastazio yang sempat terlewatkan, diikuti Claryn yang sudah siap membacakan list perlengkapan untuk tim.

"Ada yang masih belum paham?"

"Aku."

Atensi Habibie, Claryn, dan Rydel teralihkan ketika Vaeril berbicara. Sialnya, hal pertama yang mereka rasakan adalah aura gelap yang menguar. Butuh tiga detik untuk Habibie menyadari fakta tentang Vaeril. Bukannya mengerti, dia yakin kalau sejak tadi Vaeril hanya berusaha mencerna semua hal dalam diam.

Rioma's Red Sunset (MAPLE ACADEMY HIDDEN YEAR 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang